Kemiskinan Ekstrem Mengancam Masa Depan Generasi


Mutiaraumat.com -- Kemiskinan ekstrem masih menjadi problem kronis diberbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Kemiskinan ekstrem merupakan bencana bagi sebuah peradaban. Masyarakat tidak mendapatkan bahkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hajat kehidupan mereka. Imbasnya orang dewasa maupun anak-anak juga menjadi korban akibat masalah ini.

Pemerintah memperkirakan kemiskinan ekstrem akan melonjak naik drastis dipenghujung masa kepemimpinan joko Widodo, yakni pada tahun 2024. Suharso Monoarfa selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas. Dia menjelaskan saat ini Indonesia masih menggunakan perhitungan masyarakat miskin ekstrem dengan rumus USD1,9 purchasing power parity (PPP) per hari. Sedangkan  secara global sudah memakai basis USD 2,15 PPP per hari.

Suharso juga memaparkan jika perhitungan dengan USD1,9 PPP, maka jumlah penduduk miskin ekstrem mencapai 5,8 juta yang harus dituntaskan hingga 0% pada tahun 2024 ini. Hal ini setara dengan 2,9 juta orang pertahunnya. Pemerintah harus mengentaskan 6,72 juta orang penduduk miskin hingga 2024 atau 3,35 juta orang per tahunnya, jika menggunakan basis global yang USD 2,15 PPP per hari (CNBCIndonesia.com 05/06/2024). 

Berdasarkan data PBB dan badan amal Inggris, Save the Children International, terdapat 1,4 miliar anak dibawah usia 16 tahun hidup tanpa perlindungan sosial. Akibat tidak adanya akses perlindungan sosial, membuat anak-anak lebih rentan terpapar penyakit, gizi buruk, dan kemiskinan.

Natalia Winder Rossi selaku direktur Global Kebijakan Sosial dan Perlindungan Sosial UNICEF mengatakan bahwa secara global, setidaknya terdapat 333 juta anak yang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Mereka berjuang untuk bertahan hidup dengan pendapatan kurang dari USD 2,15 atau setara dengan 33.565 rupiah per harinya. (kumparan.com 15/02/2024).

Data tersebut sebenarnya menggambarkan kemiskinan adalah problem dunia lebih dalam lagi hal tersebut menandakan adanya persoalan sistemik yang dihadapi dunia. Ini adalah fakta bukti dunia bahwa kehidupan masyarakat saat ini, terutama anak-anak sedang tidak baik-baik saja dalam dekapan kapitalisme. 

Kapitalisme Sumber Masalah

Sistem kapitalisme terbukti gagal dalam memberikan kesejahteraan kepada rakyat. Kebebasan ekonomi yang diagungkan dalam sistem kapitalisme, telah membuat para pengusaha menguasai hajat hidup rakyat. Para pengusaha dengan mudah menguasai sumber daya alam, padahal sumber daya alam adalah harta yang seharusnya dimanfaatkan untuk menjamin kehidupan rakyat. Seperti terjaminnya pendidikan, pelayanan kesehatan, infrastruktur serta terjaminnya rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Kondisi ini merupakan konsekuensi dari reinventing government, yaitu negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator, bukan sebagai pelayan rakyat. Sementara peran sebagai pelaksana diberikan kepada pihak swasta. Sehingga, negara diurus layaknya seperti sebuah Perusahaan yang mempunyai unsur bisnis dan profit. 

Pemerintah juga ingin menjadikan masyarakat mandiri, yang mampu berdaya sendiri. Pemerintah memberikan wewenang kepada masyarakat agar terwujudnya pelayanan efektif dan efisien. Hal Ini dilakukan agar masyarakat mengurangi ketergantungannya kepada pemerintah. Dengan kata lain, negara berlepas diri dari kewajibannya sebagai pelayan rakyat.

Selain itu, abainya negara dalam memberikan pelayanan terbaik untuk rakyat, memberikan peluang bagi swasta diberbagai sektor strategis. Sebagai contoh, banyaknya sekolah swasta dan rumah sakit swasta berdiri dalam rangka mengakomodir pelayanan serta fasilitas yang kurang pada sekolah ataupun rumah sakit yang berstatus negeri. Alhasil, rakyat yang hidup dengan ekonomi terbatas harus berpuas diri dalam mendapatkan layanan publik seadanya. Sehingga, kondisi ini akan memperparah kemiskinan menjadi kemiskinan ekstrem.

Kemiskinan ekstrem ini tentu berbahaya bagi kehidupan rakyat selanjutnya, termasuk anak-anak yang menjadi generasi penerus bangsa ini. Kemiskinan akan memicu banyaknya problem dalam kehidupan generasi.  Mereka terancam putus sekolah dikarenakan biaya pendidikan yang mahal, rentan terserang penyakit akibat minimnya pelayanan kesehatan, gizi buruk bahkan kelaparan. Padahal mereka adalah generasi yang sangat berpengaruh terhadap nasib dunia pada masa yang akan datang. 

Islam Mampu Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat

Jika sistem kapitalisme telah gagal dalam memberikan kesejahteraan kepada rakyat, termasuk pada generasinya. Tentu berbeda dengan sistem Islam. Ideologi Islam memiliki mekanisme dalam mewujudkan kesejahteraan. Mekanisme tersebut menjamin dari level individu, masyarakat juga negara. 

Dari level individu yakni adanya kewajiban bekerja bagi setiap laki-laki yang sudah baligh dan berakal untuk memberikan nafkah kepada keluarganya. Kemudian level masyarakat yakni adanya dorongan amal saleh berupa infaq, sedekah dan wakaf. Mereka yang memiliki harta berlebih akan terdorong untuk memberikan hartanya kepada mereka yang kekurangan. 

Adanya dua level ini belum cukup untuk mewujudkan kesejahteraan pada rakyat. Maka kita butuh level yang ketiga yaitu negara. Islam mewajibkan negara yakni daulah khilafah berperan dalam mewujudkan kesejahteraan kepada rakyat. Ketegasan dan perintah dari dalil-dalil yang menunjukkan adanya ancaman berat bagi penguasa atau negara ketika mereka lalai dalam memelihara urusan rakyatnya. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Tidak ada seorang hamba yang dijadikan Allah mengatur rakyat kemudian ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya (tidak menunaikan hak rakyatnya) yang kecuali Allah akan mengharamkan dia (langsung masuk) surga” (HR. Muslim).

Adapun peran negara dalam mengentaskan kemiskinan, yaitu: 

Pertama, dengan menciptakan lapangan kerja dan memerintahkan rakyat untuk giat bekerja. Adapun, sektor lapangan kerja dalam khilafah sangat terbuka luas seperti dibidang peternakan, pertanian, jasa, maupun industri.  Sektor ekonomi real akan ditumbuh suburkan oleh negara sehingga pertumbuhan ekonomi akan dirasakan nyata oleh masyarakat. 

Kedua, semua kecurangan yang mematikan ekonomi akan ditutup oleh daulah khilafah. Seperti praktik riba, judi, ghabn al-fahis (penipuan harga dalam jual beli), tadlis (penipuan barang atau alat tukar), maupun ihtikar (menimbun barang). Daulah khilafah akan memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku kecurangan. 

Ketiga, mengelola sumber daya alam secara mandiri. Syariah Islam mengharamkan penguasaan sumber daya alam oleh individu ataupun perusahaan swasta. Disistem kapitalisme pengelolaan sumber daya alam diberikan kepada pihak swasta. Sehingga harta tersebut masuk kekantong pribadi para kapitalis, yang seharusnya itu digunakan untuk menjamin kesejahteraan rakyat. 

Rasulullah SAW bersabda:

“Manusia berserikat dalam tiga hal yakni air, padang rumput, dan Api." (HR. Abu Daud).

Keempat, negara menjamin secara langsung kebutuhan publik. Seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Negara akan memberikan semua kebutuhan tersebut secara gratis kepada rakyatnya baik Muslim ataupun non muslim. Baik yang kaya ataupun yang miskin, baik yang tua ataupun yang muda. Adapun dana yang digunakan untuk menjamin kehidupan rakyatnya, bersumber dari hasil pengelolaan sumber daya alam yang masuk ke pos kepemilikan umum Baitul mal. 

Penerapan sistem Islam secara kaffah, dapat mencegah serta mengatasi masalah kemiskinan. Khilafah akan menjamin kesejahteraan rakyatnya, termasuk dalam mengangkat generasi dari problem kemiskinan ini. Meski demikian, bukan berarti di dalam khilafah tidak akan ada orang miskin. Keberadaan orang miskin dalam khilafah adalah qadha atau ketentuan dari Allah SWT.

Namun, semiskin-miskinnya rakyat yang ada di dalam khilafah, mereka masih bisa mendapatkan jaminan kehidupan yang layak dari negara. Alhasil, kualitas generasi akan tetap terjaga.[]

Oleh: Aqila Deviana
(Aktivis Muslimah)

0 Komentar