Kemiskinan dan Hilangnya Naluri Seorang Ibu


Mutiaraumat.com -- Kasus perdagangan bayi yang terungkap di Tambora Jakarta Barat pada akhir Februari yang lalu, mengingatkan kembali maraknya kasus perdagangan bayi yang terjadi hampir setiap tahun. Kasus perdagangan bayi selalu dilatarbelakangi karena kondisi ekonomi yang lemah. 

Hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Asisten Deputi (Asdep) Perlindungan Khusus Anak dan Kekerasan Kementrian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Ciput Eka Purwanti. Antara News (23/2/2024).

Kasus jual beli bayi ini bagaikan fenomena gunung es, kasus yang terlihat tidak sebanyak kasus yang terpendam dan tidak terungkap. Biasanya para pelaku mencari target ibu hamil yang tingkat ekonominya lemah dan kesulitan membiayai persalinannya, atau ibu hamil dengan suami yang tidak bertanggung jawab, sehingga tidak ada pilihan lain selain menjual bayinya.

PPPA mencatat 111 anak menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) pada 2019, pada 2020 bertambah sebanyak 213 anak, pada 2021 melonjak lagi menjadi 406 anak, kemudian pada 2022 tercatat 219 anak dan pada 2023 tercatat 206 anak (Tempo,26/2/2024)

Kemiskinan selalu menjadi pangkal segala permasalahan di negeri ini. Dampaknya akan dirasakan baik secara individu maupun masyarakat pada umumnya. Seperti dikutip dari Kompas.com (02/05/2023), bahwa dampak kemiskinan, diantaranya: meningkatnya angka pengangguran, banyaknya kasus putus sekolah, munculnya berbagai permasalahan kesehatan masyarakat, angka kematian meningkat, konflik yang terjadi di masyarakat, dan meningkatnya tindakan kriminalitas.

Meningkatnya angka pengangguran, diawali dari sulitnya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinanan untuk mengakses pendidikan yang layak, hal ini menyebabkan sulitnya mencari lapangan pekerjaan karena kalah bersaing dengan masyarakat yang tingkat pendidikannya baik. Apalagi di negeri ini akses untuk mendapatkan pendidikan berkualitas sangatlah sulit, ini juga penyebab mengapa banyak kasus putus sekolah.

Kemiskinan juga akan menyebabkan rentannya masyarakat mengalami berbagai masalah kesehatan, tidak terpenuhinya kebutuhan makanan yang sehat, menyebabkan masyarakat miskin mengalami gizi buruk, jika asupan gizi tidak terpenuhi berbagai penyakit akan dengan mudah menyerang.

Hal ini diperparah dengan akses layanan kesehatan yang memadai sulit di akses oleh masyarakat miskin. Hal ini jugalah yang mengakibatkan angka kematian masyarakat miskin terus meningkat.

Kemiskinan juga akan membuat bermunculannya berbagai konflik sosial, di mana si kaya dan si miskin akan mendapatkan perlakuan yang berbeda dalam mendapatakan akses di berbagai fasilitas tertentu. Hal inilah yang memunculkan kecemburuan sosial dan timbulnya konflik di masyarakat.

Kemiskinan jugalah yang membuat tingginya tingkat kriminalitas di tengah masyarakat. Pemenuhan kebutuhan semakin sulit didapat, sehingga apapun akan dilakukan agar kebutuhan bisa tercukupi meski harus bertindak melawan hukum dengan melakukan tindakan kriminal, pencurian, perampokan, penipuan, dan bahkan pembunuhan.

Berbagai bantuan sosial yang digelontorkan negara seakan tidak menyentuh mereka, belum lagi banyaknya kasus bansos yang tidak tepat sasaran, atau pemberian bansos hanya untuk mencari simpati masyarakat, memperparah kondisi masyarakat miskin.

Kemiskinan dan lemahnya iman adalah dua kombinasi yang akan membuat banyak orang menghalalkan segala cara agar kebutuhan hidupnya terpenuhi. Termasuk banyaknya kasus ibu menjual bayinya, hadirnya sang buah hati dirasakan akan menambah beban bagi keluarga di tengah-tengah semakin mahalnya semua kebutuhan pokok. Apalagi jika kepala keluarga tidak berperan sebagaimana seharusnya yaitu pemberi nafkah bagi keluarganya. 

Banyaknya kasus PHK, semakin menambah jumlah pengangguran. Hasilnya adalah ketika seorang suami tidak dapat memberikan lagi nafkah, peran ganda pun mulai disandang oleh seorang istri, mengurus keluarga dan anak-anaknya serta berpeluh untuk mencari nafkah.

Naluri keibuannya seakan hilang, akal sehatnya pun ikut tergerus, semua akan dilakukan asalkan menghasilkan uang agar perputaran roda kehidupannya terus berjalan, walau harus dengan menjual sang buah hati. Belum lagi persoalan sulitnya regulasi mengenai pengadopsian seorang anak, membuat sebagian masyarakat mencari jalan pintas dengan mencari seorang bayi dengan cara yang melanggar aturan.

Segala permasalahan di atas merupakan buah dari sistem ekonomi kapitalis, di mana sistem yang menyerahkan kebebasan kendali ekonominya pada pelaku atau pihak swasta untuk mengambil keuntungan. Pihak swasta yang dimaksud adalah masyarakat, Perusahaan ataupun perorangan, yang memiliki modal besar. Dalam sistem ini negara memiliki peran yang sangat sedikit dalam kegiatan ekonomi, dari sinilah terjadi banyak ketimpangan sosial dan munculnya prilaku individualis.

Sekularisme yang diterapkan juga semakin memperparah kondisi negeri ini, pemisahan agama dari sendi-sendi kehidupan tentu saja akan membuat ketimpangan dalam kehidupan. Tidak ada lagi halal haram, semua akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia yang tidak ada habisnya, bahkan sampai mengabaikan naluri seorang ibu yang seharusnya melindungi dan menyayangi darah dagingnya sendiri.

Berkaca dari banyaknya permasalahan yang berawal dari kemiskinan dan rendahnya keimanan, Islam telah memberikan solusi dan bukti nyata dalam memberantas semua permasalahan tersebut, yaitu dengan memenuhi semua kebutuhan dasar rakyatnya.

Negara memegang peranan yang besar dalam pengelolaan sumber daya alam, bahkan dalam hadist Riwayat Abu Dawud dan Ahmad dikatakan bahwa: “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu, padang rumput, air dan api.” Hadist tersebut menegaskan bahwa ketiga hal tersebut kepemilikannya tidak boleh dimiliki individu atau diswastanisasi.

Dalam sistem pemerintahan Islam, kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berupa sandang, pangan dan papan, tetapi kebutuhan akan layanan pendidikan, kesehatan dan keamanan akan dijamin oleh negara. Ketersediaan lapangan pekerjaan akan dijamin dengan upah yang layak, sehingga beban mencari nafkah berada di pundak kepala keluarga, seorang istri bisa fokus mendidik anak-anaknya sebab ibu adalah “al umm madrasatul ula idza a’dadtaha sya’ban thayyial ‘araq” yang artinya ibu adalah madrasah pertama, apabila engkau mempersiapkannya maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik.

Lantas apa solusi yang Islam tawarkan untuk terhindar dari perdagangan bayi atau human trafficking? Solusinya adalah penerapan sistem sanksi yang tegas dan menjerakan, sehingga apapun jenis kejahatannya termasuk perdagangan bayi akan diberantas hingga tuntas. Penerapan sanksi yang tegas inilah yang tidak kita temui dalam sistem saat ini, keadilan dengan mudah bisa diperjual belikan, tidak ada sanksi yang membuat jera, bahkan hukum seperti mata pisau yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas. 

Setelah permasalahan kemiskinan, hal terpenting lainnya adalah bagaimana Islam menjaga pondasi keimanan masyarakatnya, yaitu dengan sistem pendidikan Islam, masyarakat sudah ditanamkan akidah yang kuat sejak dini, dan kurikulum yang berlandaskan akidah Islam, yang memadukan antara keimanan dengan ilmu kehidupan, sehingga masyarakat tidak hanya mumpuni dalam hal ilmu agama tapi juga menguasai ilmu umum, sains dan teknologi. 

Dengan sistem pendidikan islam, telah banyak melahirkan generasi cemerlang. Generasi cemerlang hanya bisa dihasilkan dari peradaban yang cemerlang dan Islam telah membuktikannya selama 13 abad.[]

Oleh: Hidayati Sundari
(Aktivis Muslimah )

0 Komentar