Islamofobia Meningkat di Inggris, Bukti Ketakutan Barat Terhadap Kebangkitan Umat Islam?



Mutiaraumat.com -- Islamist! Terrorist! Radicalist! Anti-Semitism! Istilah-istilah tersebut kembali menyasar umat Islam di Barat, khususnya mereka yang  tinggal di Inggris (UK).  JJulukan-julukan tersebut terus massif dihembuskan oleh  beberapa kelompok tertentu anti-Islam termasuk pemerintah Inggris yang turut mendukungnya.  

Pada akhirnya, muncullah penyakit Islamofobia yang menghantui masyarakat Inggris (Barat) sehingga tidak jarang melancarkan serangan-serangan verbal maupun fisik terhadap umat Islam di UK (Inggris), yang kian meningkat. 

Berdasarkan data yang dirilis oleh MAMA (Measuring Anti-Muslim Attacks), yaitu sebuah Lembaga atau badan layanan pelaporan kasus anti-Islam, kasus anti-Muslim di Inggris mencapai 2000 lebih dalam empat bulan terakhir. Atau jika dihitung dalam dua bulan terakhir, terjadi peningkatan 300% kasus islamophobia. Data tersebut mengungkapkan sebagai penemuan kasus terbanyak sepanjang lembaga MAMA berdiri sejak tahun 2011. 

Senada dengan MAMA, berita daylisabah.com juga melaporkan bahwa jumlah kasus islamophobia terus meningkat. Tetapi target terbanyak yang mengalami penyerangan adalah para Muslimah sekitar 65% atau mencapai peningkatan sebesar 335%, dengan serangan ancaman, pelecehan, aksi vandalisme, diskiriminasi, dan ujaran kebencian. 

BBC News UK sendiri melaporkan, bahwa para Muslimah menjadi target terbesar, atau dalam tiga kasus perhari kasus islamophobia, dua diantaranya menargetkan para Muslimah Muslim. Serangan-serangan yang dialami oleh mereka diantaranya; pelecehan dalam bus di area London Timur karena pakaian dengan serangan verbal," Kalian Muslim adalah Bencana,” ancaman pembunuhan melalui surat-surat yang disebar di Mesjid dan lain sebagainya. 

Tentu masih banyak lagi kasus-kasus serangan anti-Islam (Islamofobia) yang terus menghantui warga Muslim di Barat (Inggris). Seolah-olah kasus ini tidak pernah berujung damai dan menjadi perhatian serius dari pemerintahan Inggris. Bahkan, terkesan dipelihara agar terus terjadi dan meningkat dari tahun ke tahun.  

Pertanyaannya kemudian adalah, kenapa terus terjadi serangan terhadap umat Islam di Barat (Inggris)? Bukankah Barat adalah negara yang mendewakan hak-hak asasi (human rights) khusunya kebebasan beragama (the freedom of religion)?

Inggris dan Islamofia yang Dipelihara

Peningkatan kasus islamofobia jika memakai kacamata Islam, tentu bukanlah hal yang aneh, melainkan wajar. Karena dilatarbelakangi oleh beberapa fakta;

Pertama, Inggris adalah jantungnya negara Eropa (Barat) dan kiblat pemikiran sekuler, yang jelas tidak sejalan dengan Islam.  Selain itu, Inggris bukanlah biladul mulimin (Negeri Muslim). Melainkan negara yang penduduknya mayoritas Non-Muslim. Sehingga penerimanaan Islam dan pemeluknya tidak sepenuh hati warga dan pemerintah Inggris.

Adapun umat Islam di Inggris, mereka kebanyakan para imigran walaupun warga asli Inggris sendiri juga sudah banyak memeluk Islam. Bahkan, Inggris merupakan negara dengan perkembangan Muslim yang sangat bagus.

Kedua, tidak bisa dipungkiri bahwa warga Muslim yang ada Inggris baik Imigran maupun warga asli hidupnya rata-rata lebih baik dan aman secara material dibandingkan yang bukan Muslim. Bahkan para gelandangan yang ada di Inggris tidak tercatat dari kalangan Muslim. Sehingga terjadi kecumburuan sosial terhadap umat Islam, yang menjadi salah satu faktor pemicu terpeliharanya islamofobia. Umat Islam pendatanag (imigran) khususnya, dianggap telah merampas peluang-peluang kerja dan kehidupan masyarakat Inggris. 

Ketiga, saat ini Inggris dipimpin oleh PM Rishi Sunak yang berlatar belakang keturunan campuran Inggris-India. Sebagai seseorang yang berketurunan India-Inggris, warisan kebencian terhadap umat Islam tidak dipungkiri mengalir dalam darahnya. Terbukti dengan jabatan dan kekuasaannya sebagai Perdana Menteri dari Partai Buruh (Labour Party), telah membekukan Hizbut Tahrir Inggris dengan alasan yang sangat tidak rasional. Meskipun sebenarnya, Hizbut Tahrir telah menjadi target tiga Perdana Menteri sebelumnya, tetapi terwujud di tangan Rishi Sunak. 

Rishi Sunak mengklaim bahwa Hizb Tahrir Inggris adalah kelompok Islamist, radicalist, anti-semitism bahkan dicap sebagai gerakan yang sama dengan terorisme. Sehingga pembekuan organisasi HT berada di bawah undang-undang anti terorisme Inggris, hanya karena kelompok HT menyerukan dakwah Islam dan pengiriman militer ke Palestina yang seharusnya dilakukan oleh penguasa-penguasa Muslim.

Artinya, seruan HT Inggris tersebut bukan untuk PM Inggris, Rishi Sunak. Tetapi PM Inggris terlalu “baper” dan kehilangan jati dirinya sebagai pemimpin negara yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat (the freedom of Speech). 

Padahal, jika dilihat dari sisi lain, pembekuan ormas Islam oleh Inggris bisa jadi sebagai sentimen pribadi terhadap lawan politik dari partai lain di parlemen. Sebab sebelum Rishi Sunak mengkalim ormas Islam HT sebagai pembela HAMAS adan membekukannya, Rishi Sunak sudah terlebih dahulu dituduh oleh salah satu anggota Parlemen Inggris dari Partai Konservatif,  Lee Anderson sebagai PM yang memelihara radikalis di rezim Rishi Sunak, seperti jumlah pejabat di Inggris saat ini yang banyak diduduki warga Muslim, seperti walikota London, Sadiq Khan. 

Tentu saja secara persaingan politik, Rishi Sunak merasa perlu membuktikan bahwa pernyataan Anderson salah.  Demi menjaga nama baiknya, persoalan Israel-Palestina pun ditunggangi. Seperti klaim AS bahwa HAMAS adalah kelompok teroris, maka para pembelanya, siapapun, apalagi dari kalangan ormas Islam yang gigih membela Palestina dan menyudutkan Israel, dianggap pendukung HAMAS, yang berarti pendukung teroris atau bahkan bagian darinya. 

Maka, pembekuan terhadap dakwah Islam dan ormas Islam menjadi jalan yang sangat menguntungkan bagi PM Inggris untuk membungkam lawan politik demi membersihakan nama baiknya. Tentu saja keberuntungan narasi-narasi busuk islamofobia selalu dimanfaatkan dan dipelihara oleh Barat demi eksistensi pribadi, kelompok, serta ideologi mereka. Dan lagi-lagi, umat Islam selalu jadi taruhan dan sasaran korban. 

Ketakutan Barat (Inggris) Terhadap Kebangkitan Islam

Inggris adalah bagian yang tidak terpisahkan dari jejarah kelam runtuhnya peradaban Islam. Sebab, kerusakan dan ketidakharmonisan internal umat Islam juga tidak luput dari andil Inggris. Belum lagi penjahahan fisik yang masih terus menimpa kaum Muslim seperti di Palestina, dan India (Kashmir). 

Runtuhnya institusi politik umat Islam yang kini genap 100 tahun  (sejak 3 Maret 1924-3 Maret 2024), adalah misi Inggris melalui agennya, Mustafa Kemal At-Taturk. Pasca runtuhnya kekhilafahan, umat Islam dibagi-bagi dan dipecah oleh Inggris dan sekutunya. Bagi negara yang mendapatkan jumlah penduduk minoritas Muslim, maka akan tertindas, seperti di India, tepatnya di Kashmir. 

Inggris menjajah India dengan menghembuskan nafas kebencian terhadap umat Islam. Sehingga bukan hal yang baru jika seperti PM Inggris Rishi Sunak juga benci Islam dan umat Islam. Terlebih, ikatan politik India-Israel sangatlah kuat. Bahkan, India menjadikan Isarel sebagai mode of the rule untuk menjajah Muslim di Kashmir pasca lepas dari tangan Inggris. 

Sehingga wajar, jika Inggris sangat mendukung Zionis Penjajah berada di Palestina dan membantai umat Islam. Inggrislah yang menjadi pintu masuk Zonis ke Palestina. Maka siapapun yang menyudutkan Zionis akan bernasib sama di hadapan Inggris.

Negara-negara Barat juga Amerika tentunya mampu melihat geliat panasnya umat Islam dalam membela Palestina. Seperti yang terlihat oleh PM Rishi Sunak di Inggris. Terlepas kemungkinan kepentingan pribadi dalam membekukan ormas Islam pembela Palestina, para pejabat Inggris tentunya juga ketakutan dengan munculnya gelombang pembelaan terhadap Islam dan kaum Muslim akibat peristiwa genosida di Palestina. 

Maka selain menguntungkan pribadi dan kelompoknya, para pemimpin negara Barat (Inggris, AS) juga memiliki komitmen untuk terus menghadang kebangkitan Islam agar tidak terwujud. Oleh karena itulah, sekat-sekat nasionalisme dijadikan pemecah-belah antar negeri Muslim, julukan-julukan radikal, moderat, menjadi pemecah diantara kaum Muslim. Dengan demikian, misi Barat dalam menghadang Islam dianggap sempurna. 

Namun mereka lupa, bahwa keyakinan umat Islam akan tegaknya kembali Islam dalam naungak khilafah rasyidah tidak akan mampu dibendung oleh Barat. Karena umat Islam adalah umat terbaik yang telah Allah janjikan sebagai pemenang dan pemimpin di muka bumi. Allahu'alam bishshawwab.[]

Oleh: Nadhoh Fikriyyah Islami
(Analis Mutiara Umat Institute)


0 Komentar