MutiaraUmat.com -- Keadaan generasi bangsa hari ini sangat memprihatinkan, seharusnya fokus dengan rutinitas agenda sekolah, mulai aktif di forum diskusi, atau ikut serta berperan membantu pekerjaan rumah.
Realitas berbanding terbalik pada gadis dibawah umur di Purworejo menjadi korban pemerkosaan oleh teman laki-laki yang baru dikenal dari aplikasi kencan.
Kemudian pelaku terjerat pasal 81 ayat 2 UU RI No. 35/2014 tentang Perlindungan Anak, dan pasal 332 ayat 1 KUHP tentang melarikan anak dibawah umur (Purworejo.terkini, 23/02/24)
Menyoal kasus ini, harus mengurai satu per satu akar persoalan;
Pertama, budaya kebarat-baratan menjadi corak identitas generasi hari ini. Misalnya pacaran, style life hedon, pergaulan bebas, pemikiran liberal, dsb. Mirisnya, mayoritas menghalalkan berbagai cara agar mampu mencapai taraf keinginannya.
Kedua, tidak tepatnya mengoptimalkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi. Seperti yang diketahui, kita berada di era digital notife artinya semua bisa diakses dengan kecanggihan teknologi. Misalnya pada kasus ini, memanfaatkan gadget untuk tindak kriminal melalui aplikasi kencan.
Ketiga, lingkungan tidak mengkondisikan untuk taat pada aturan, sehingga kebanyakan bukan seseorang akan terwarnai oleh gempuran budaya barat yang masif di aruskan, dimana sejatinya tidak sesuai dengan norma-norma di negeri ini.
Keempat, kerusakan kurikulum pendidikan secara sistematik. Dimana fakta hari ini pelaku tindak kriminal lahir dari generasi pendidikan baik dari bangku SD sampai mahasiswa. Ini merupakan bukti bahwa ada apa dengan dunia pendidikan?
Kelima, dari semua faktor diatas biang keladinya ada pada sistem yang mengikatnya. Dimana kita ketahui bahwa negeri ini mengadopsi sistem demokrasi. Menurut Dr. Riyan M.Ag seorang pengamat politik islam menyatakan bahwa politik demokrasi ditegakkan atas asas sekulerisme yang artinya fashlud-din 'an al-hayaah atau memisahkan agama dari kehidupan.
Bisa disimpulkan bahwa negara dilepaskan dari agama sehingga negara memiliki wewenang untuk menciptakan kebijakan. Jelas ini bertentangan dengan konsep bahwa manusia hanya makhluk yang diciptakan Al-Khaliq. Sehingga menjadi lumrah ketika seorang makhluk membuat aturan pasi didalamnya banyak terjadi kerusakan dan penyimpangan.
Keadaan ini sungguh tidak akan terjadi ketika islam diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Sudah terbukti selama 14 abad islam sudah menunjukkan pada dunia bahwa islam seperti secercah cahaya dalam kegelapan.
Merespons faktor pemicu kerusakan diatas, Islam memiliki solusi tuntas;
Pertama, islam kental dengan budaya islam yaitu tentu yang dijadikan role model nya adalah orang-orang taat syariat yang bermuara kepada Rasulullah Muhammad SAW. Dimana sebelum wahyu kenabian itu datang, orang-orang kafir Qurais menyukai "Muhammad" karena akhlaknya atau sifat jujurnya. Sehingga sudah bisa dipastikan ketika Rasulullah menjadi idola akan memberi corak warna kebaikan.
Kedua, didalam islam ketika mengoptimalkan teknologi itu disandarkan pada standarisasi halal haram nya Allah. Konten-konten isinya edukasi dan ilmu-ilmu islam, penciptaan aplikasi harus disesuai manfaat bukan keuntungan, dan semua fitur yang ada itu tidak akan ada konten porno, iklan pinjol, dan produk-produk sekuler lain nya yang mendatangkan murkanya Allah.
Ketiga, khalifa sangat mengkondisikan lingkungan yang islami melalui khilafah atau sistem islam. Syech Taqiyuddin An-Bhani menggambarkan lingkungan islam bahwa tidak ada hari-hari tanpa mereka membahas kemajuan islam bahkan orang kafir dzimmi sekalipun.
Keempat, islam memiliki kurikulum sempurna sehingga melahirkan generasi penakluk dan pembebas dengan corak kepribadian islam, tercermin dari pola pikir dan pola sikapnya menggambarkan syariat
Kelima, semua itu bisa terealisasi dalam wadah mabda atau ideologi islam, dengan sistem khilafah dan dipimpin oleh khalifa.
Sejatinya islam hadir sebagai obat, sudah saatnya kita melanjutkan kehidupan islam, mulai dari ganti sistem sampai menjadi sebuah peradaban islam seperti dulu. Ditengah produk sekuler yang terus digaungkan, kita juga harus istiqomah dengan kebenaran.
Wallahu'alam Bisowab.
Oleh: Novita Ratnasari, S.Ak
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar