Demokrasi Tidak Saintifik dan Tidak Rasional


MutiaraUmat.com -- Cendekiawan Muslim Prof. Dr. -Ing Fahmi Amhar mengatakan, demokrasi itu tidak saintifik dan tidak rasional. "Demokrasi meskipun sebagai sistem politik yang idealnya memungkinkan partisipasi yang luas dari rakyat dalam pengambilan keputusan, tidak selalu dapat dianggap sebagai metode yang sepenuhnya saintifik," tuturnya dalam FGD ke-41 FDMPB: Kritisi Demokrasi Selamatkan Negeri, Sabtu, (10/2/2024) di YouTube FDMPB.

Prof Fahmi, sapaannya, menilai, meskipun demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan yang paling diinginkan dalam masyarakat modern, secara sadar system ini tidak selalu sempurna. Rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan khusus.

“Demokrasi berprinsip hukum berasal dari rakyat, dilaksanakan oleh pemimpin yang dipilih oleh rakyat, dan mendatangkan manfaat untuk rakyat. Sedangkan Sistem Pemerintahan Islam berpinsip hukum berasal dari Allah, dilaksanakan oleh pemimpin yang dipilih oleh rakyat, dan mendatangkan rahmat untuk seluruh alam. Jadi sistem pemerintahan Islam jelas bukan demokrasi dan bukan diktatur!” imbuhnya.

Dr. Fahmi Lukman mengamati jika inti dari seruan dan petisi dari guru besar, dosen, dan mahasiswa merupakan kejujuran sikap. “Rasa tanggung jawab yang besar yang mereka miliki tentu saja menjadi satu aspek yang sangat penting. Karena itu menjadi tugas dan tanggung jawab social dan peradaban,”imbuhnya.

Dr. Lukman menjelaskan kritik ilmuwan Barat terhadap demokrasi dari Frank Carsten dan Car Beckman. Kegagalan demokrasi itu sebenarnya diperkuat oleh penelitian ilmiah tentang akibat-akibat negative. Hopes juga mengakui demokrasi itu sesuatu yang dalam Bahasa pemungutan suara tidak menghasilkan daya guna. Karena ketidaktahuan pemilih yang rasional dalam konteks banyak terombang-ambing dalam ketidakpastian. 

Hal menarik juga disampaikan Dr. Lukman, ”Demokrasi memiliki paham kedaulatan tertinggi di tangan rakyat. Tetapi ketika dibandingkan dengan Islam ternyata tidak seperti itu. Sebab manusia pada hakikatnya dalam Islam tidak berdaulat termasuk atas dirinya sendiri.”

Lanjutnya, “Dalam kaitan kedaulatan Islam memandang berada di tangan Allah SWT. Maka perlu merenungkan kembali benarkah demokrasi sesuai dengan aspek fitrah manusia? Itulah beberapa hal yang perlu melihat dan mengritisi ulang tentang apa yang terdapat dalam demokrasi.”

Kampus teranama di Indonesia akhirnya bersuara. Guru besar, doktor, dan intelektual kampus memberikan sikap kritisnya. Hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Fahmi Amhar (Intelektual Muslim), Assoc. Prof. Dr. Fahmi Lukman, M.Hum (Direktur INQIYAD), Dr. Mispansyah, SH, M.H. (Ahli Hukum), Dr. Muhammad Riyan, M.Ag (Pakar Politik Islam), dan Dr. Ahmad Sastra, MM.(Ketua FDMPB). Peserta yang hadir beragam dari kalangan intelektual dan umum. Acara ini mendapatkan antusias luar biasa baik di zoom meeting maupun Youtube. Paparan narasumber menjadi pencerdasan dalam geliat edukasi masyarakat.[] HN

0 Komentar