CJ Werlemen: Pertumbuhan Populasi Muslim di India Meningkat, Hindu Nasionalis Marah-Marah


MutiaraUmat.com -- Menurut wartawan Senior asal Australia, CJ Werlemen, pertumbuhan populasi Muslim di India meningkat terus selama 50 tahun terakhir. Kenyataan ini membuat kalangan Hindu Nasionalis merah-marah dan mencari cara untuk menekan pertumbuhan umat Islam. 

“Mari kita luangkan waktu untuk berbicara tentang pertumbuhan populasi Muslim di India. Kita mulai dengan fakta bahwa jumlah umat Islam di India telah meningkat hampir lima poin presentase menjadi 15% dari total populasi selama 50 tahun terakhir. Hal tersebut menjadikan Hindu nasionalis marah-marah, dan mencari cara untuk menekan peetumbuhan Islam,” ujarnya dalam YouTube The CJ Werleman Show: Muslim Revert Terrifies India and Israel (09/02/2023).

Sementara pada saat yang sama, umat Hindu menurun sebesar empat poin presentase menjadi 79% dari total populasi jumlah penduduk.

Realita yang sama juga dialami oleh negara Zionis Israel. Populasi Muslim di Israel meningkat lebih dari dua kali lipat dalam waktu 20 tahun terakhir. 

Hal tersebut menjadikan Israel dan Hindu Nasionalis, membentuk undang-undang yang ditargetkan untuk menekan pertumbuhan Islam di negara mereka masing-masing. 

Salah satu bukti ketakutan India terhadap pertumbuhan populasi Muslim di negaranya, dapat dilihat dari perlakuan pemerintah India terhadap salah satu sosok mualaf yang bernama Muhammad Umar Gautam. 

“Ia (Muhammad Umar Gautam) masuk Islam pada tahun 1984, setelah seorang mahasiswa di universitasnya mengenalkannya pada Al-Qur’an. Ia mengatakan bahwa seruan Islam untuk memperhatikan kaum yang tertindas menjadi alasan yang meyakinkan Gautam untuk menjadi Muslim,” kata CJ Werlemen. 

Lanjut ia kisahkan, setelah dua puluh empat tahun kemudian, Umar Gautam mendirikan pusat dakwah Islam (2008). Sebuah lembaga amal yang mendistribusikan makanan, dan selimut kepada para tunawisma. Pelayanan yang Gautam berikan selama belasan tahun, menjadikan umat Islam sebagai sasaran diskirminasi dan kekerasan di bawah kekuasaan Narendra Modi-BJP.
 
Kemudian dua tahun yang lalu, Umar Gautam ditangkap dan dipenjaran di negara bagian Uttar Paradesh, yang dikuasai BJP. Ia ditangkap oleh polisi anti-terrorisme berdasarkan undang-undang anti-pindah agama yang kejam, setelah dituduh memaksa umat Hindu untuk masuk Islam sebanyak 1000 orang. 

Hal yang unik kata wartawan asal Australia itu, tidak akan ada konspirasi anti-Islam yang lengkap di India tanpa dugaan adanya hubungan dengan Pakistan. 

“Ini adalah momok terbesar bagi Hindutva. Tetapi dengan dalih palsu inilah pihak berwenang Hindutva menangkap anaknya Gautam dengan tuduhan yang sama,” terangnya. 

Permasalahan lainnya kata CJ Werleman, Pengadilan Tinggu telah diberikan bukti-bukti, dan melihat bahwa pihak berwenang tidak memberikan apapun untuk mendukung klaim terorisme terhadap Umar Gautam dan anaknya, Pengadilan memberikan jaminan beberapa bulan lalu. Tetapi putra Umar Gautam masih tetap dipenjara hari ini menungu putusan atas kasus palsu lainnya.

Menurut CJ Werlemen, semua tuduhan yang didakwakan kepada Umar Gautam dan anaknya adalah kasus palsu. Karena bukti-bukti yang diajukan, semuanya bohong.

“Mereka yang dituduh untuk pindah agama oleh Umar secara paksa, kini menyatakan bahwa mereka menjadi Muslim atas kemauan sendiri dan karena seruan Islam yang tidak dapat ditolak, termasuk mantan penganut Hindu Bernama Jaswani,” bebernya.  

Meskipun kebenaran telah terungkap, tetapi para saksi mata menuturkan bahwa Umar Gautam masih berada di penjara. 

Kenyataan tersebut katanya, memicu permohonan yang menyayat hati dari putri Umar Gautam. Pasalnya, Umar Gautam tetap dipenjara karena rezim Nasionalis Hindu ingin memberikan contoh bagi siapapun yang mencoba untuk jadi pemimpun Islam, yang menyambut dan mendorong umat Hindu untuk memeluk Islam.

Pemerintah India bahkan telah mengeluarkan undang-undang kontroversi bernama “Jihad Cinta”, yang melarang perempuan Hindu menikahi pria Muslim. Pengorbanan yang dilakukan oleh Umar Gautam putranya telah menjadi pemberitaan santer di Israel, dan menjadi sumber inspirasi besar bagi pemerintah Ultra-Zionis. 

Lalu pada tahun 2022, negara Zionis Israel mengeluarkan undang-undang pernikahan rasis, yang melarang pria dan wanita Palestina tinggal di rumah, jika mereka menikah dengan warga negara Zionis Israel. “Seorang Hakim Israel mengatakan bahwa undnag-undang tersebut memang rasis. Tetapi ia katakan bahw HAM bukanlah reseput untuk bunuh diri nasional,” lanjutnya. 

Sederhananya, Isarel dan India melakukan apapun yang mereka bisa untuk menekan popularitas Islam yang semakin meningkat. “Namun dalam upaya melawan perpindahan agama Islam di negara mereka masing-maising, baik Israel maupun India hakikatnya telah terlambat. Keadilan dan kebenaran pada akhirnya akan selalu megalahkan penindasan dan kebohongan. Itulah yang ditunjukkan waktu hari ini,” pungkasnya. []M. Siregar

0 Komentar