Tanggapi Film Dirty Vote, IJM: Mengingatkan Publik Pentingnya Merespons Kecurangan
MutiaraUmat.com -- Direktur Indonesia Justice Monitor (IJM) Agung Wisnu Wardana berkomentar lebih lanjut terkait film dokumenter Dirty Vote yang menceritakan dugaan kecurangan Pemilu 2024. Ia menilai film tersebut mengingatkan publik pentingnya merespons praktik kecurangan.
"Dari film Dirty Vote, seolah mengingatkan pentingnya bagi publik dalam merespons praktik kecurangan," ujarnya dikutip dari kanal YouTube Justice Monitor: "Dirty Vote, Why?" Senin, 12 Februari 2024.
Menurutnya, film yang rilis 10 Februari 2024 garapan sutradara Dandhy Dwi Laksono itu seakan ingin menyajikan potret buram politik di Republik Indonesia. Diketahui sebelumnya Dandhy juga menjadi sutradara film fenomenal Seksi Killers yang menceritakan tentang oligarki yang telah menggerogoti sistem demokrasi di Indonesia.
Namun demikian, Agung mengingatkan, kemunculan film tersebut sebenarnya bukan satu-satunya gerakan inisiatif untuk mengedukasi publik yang sekaligus menyerukan keprihatinan terhadap kondisi buramnya politik di Indonesia. Karena, sebelumnya civitas akademika dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia juga angkat suara dan menyatakan sikapnya terhadap kemerosotan kualitas politik selama masa pemerintahan Presiden Jokowi.
"Ini menunjukkan bahwa civitas akademika sejatinya tidak diam di tengah kerja-kerja akademiknya. Aksi-aksi belakangan ini merupakan respons dari banyaknya peristiwa-peristiwa sosial politik ekonomi dan juga hukum yang belakangan ini terjadi, seperti merosotnya kualitas politik selama masa pemerintahan Presiden Jokowi," ungkapnya.
Bukan hanya perihal sistem politik, Agung juga mengingatkan tentang gambaran penguasa yang buruk. "Ingatlah kekuasaan itu ada batasnya. Tidak pernah ada kekuasaan manusia yang abadi. Sebaik-baiknya kekuasaan adalah meski masa berkuasa pendek, tapi bekerja demi rakyat dengan menerapkan sistem hukum yang adil. Seburuk-buruknya kekuasaan adalah yang hanya memikirkan diri dan keluarganya dengan memperpanjang kuasanya," pungkasnya.[] Saptaningtyas
0 Komentar