Saleh tetapi Berjudi

Mutiaraumat.com -- Bagaimana pendapat Anda ketika orang yang rajin sholat, rajin puasa menafkahi keluarganya dengan berjudi? Bahkan dia punya cita-cita, jika menang besar lagi, dia akan melanjutkan pembangunan masjid yang sudah dimulainya dan terbengkalai di kampungnya.

Mungkin anda akan mudah mengambil sikap, jika menemukan fakta seperti itu, tinggal nasehati dan berikan akses ke pekerjaan halal lainnya. 

Namun faktanya tidak sesederhana itu, dia mendapat dukungan dari berbagai pihak dengan beragam profesi dan status sosial. Bisa-bisa ketika menasehatinya, anda akan dianggap musuh mereka bersama.

Setelah mencoba mendalami fakta-faktanya, anda menemukan banyak alasan dan pernyataan yang sampai ketelinga anda ketika berinteraksi dengan mereka, diantaranya adalah sebagai berikut,

"Kami sudah coba tawari untuk pekerjaan yang lain, tapi dia tidak mau, banyak alasannya, tapi dia baik, rajin ikut gotong-royong." tutur salah satu warga.

"Menafkahi keluarga kan wajib, dia sudah berusaha semampunya, dari pada anak istrinya terlantar makan dan pendidikannya, dia malah berdosa melalaikan kewajiban, kan!", begitu ujar temannya.

"Kami keluarga fakir dan miskin, tidak mampu untuk membantu keluarga mereka.
kami hanya bisa membantu dengan do'a, semoga dia menang besar lagi," begitu yang terdengar dari keluarga istrinya.

"Dia rajin sholat dan puasa sunnah lho, makanya kami adakan do'a bersama di masjid ini.
Semoga dia menang besar dan bisa membantu melanjutkan pembangunan masjid ini yang terbengkalai. Dahulu juga dia yang memulai membangun ketika menang judi," ungkap pengurus masjid dekat rumahnya.

"Dia dulu pernah bekerja di tempat judi itu sama seperti saya. Kami dikeluarkan dan dia mulai ikutan berjudi setelahnya. Karena cerdas dan mengetahui seluk beluk permainan judi, dia pernah menang lumayan besar, lho, sehingga bisa bangun masjid. Sekarang saya hanya bisa sedikit membantu modal berjudinya saja," tanggapan dari kawannya yang sekarang jadi pedagang dekat arena perjudian.

"Saya sebagai hansip, sering membantu mengawal dia dengan suka rela ketika berjudi, agar dia merasa aman dan tidak ada yang mengganggu perjuangannya untuk mengubah nasib Kami bersama," ungkap penjaga kampungnya.

"Tukang ojek juga sering menggratiskan dia untuk antar-jemput ke tempat judi, karena dia memang  baik, sopan, cerdas dan suka menolong," tambah tokoh masyarakat di sana.

"Suami saya sering mengajak Saya sholat malam berjamaah, agar dia mendapatkan kemenangan dalam perjudiannya," ujar Istrinya yang ikut menambahkan.

Bahkan ada kesepakatan ulama setempat yang mengajak umat agar membantunya lengkap dengan menukil dalil Al Quran pula. Anda yang bukan ulama akan sulit menasehati mereka.

Akhirnya anda memilih menahan lisan dulu dan berniat mencari momentum dan cara yang tepat setelah selesai hiruk-pikuk permainan judi besar itu.
Karena anda teringat dengan kisah Arab Baduy yang kencing di masjid Nabawi.

Sahabat Nabi sudah sangat marah bahkan ada yang sudah mencabut pedangnya. Rasulullah menenangkan mereka semua dan menunggu dia selesai buang hajatnya. Berikutnya, setelah diinterogasi, ternyata dia belum tahu bahwa masjid harus suci dari najis seperti air kencing.

Dia kira lantai masjid yang masih beralaskan pasir itu, sama saja dengan pasir gurun di tempat lain. 
Nabi memberikan pelajaran kepadanya, agar tidak mengulanginya dan memerintahkan sahabat untuk menyiram pasir bekas kencingnya dengan air yang banyak.
Begitu juga anda teringat, tidak ada gunanya menasehati orang yang sedang mabuk, baik mabuk khamar atau mabuk judi.

Belakangan, masyarakat heboh mendengar kabar ketika tumpuan harapan mereka kalah dalam perjudian dengan modal sangat besar.

Saking percayanya warga dengan keahliannya berjudi, banyak warga yang ikut bantu nyawer modal judinya.

Warga menduga kuat bandar judi bermain mata dengan lawan dia di perjudian dengan taruhan super besar itu. Tercium kuat aroma  kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif yang di lakukan bandar judi dan kaki tangannya.

Bandar judi tentu punya kuasa sebagai penguasa lapangan arena judi. Petugas keamanan yang sangar-sangar.  Bahkan bandar sering memberikan bantuan sembako kepada masyarakat sekitar. Agar arena perjudian tetap di dukung mayoritas warga.

Gaji petugas keamanan, pemandu permainan judi, petugas kesehatan di klinik perjudian dan semua karyawan gajinya di naikkan bandar sebelum pertandingan besar diadakan. Tentu agar semuanya patuh kepada atasan dan tidak berbalik jadi lawan.

Bandar punya kepentingan untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur triliunan yang sudah direncanakan dalam jangka menengah dan panjang.

Kan bisa kacau urusan dengan pemilik modal, jika pusat perjudian terbesar di kawasan baru batal, karena jagoan bandar judi yang lain, pernah kalah sebelumnya dari Dia. Dan ada proyek reklamasi pulau judi yang direcokinya dan mau dijadikan objek wisata lengkap dengan masjidnya.
Maka bagaimanapun caranya, yang punya cita-cita membangun masjid lain harus kalah dan dikalahkan. 

"Jika masjid semakin bagus dan makmur, berpotensi akan menggerus dan menggerogoti legalitas judi di masa depan". Begitu ungkapan tokoh kaki tangan bandar.

"Masjid dan yang rajin sholat disana berpotensi membangun kekuatan besar yang akan menggilas hukum yang mengatur perjudian". Begitu  ungkapan staf bandar judi yang lain.

Anda hanya mengomentari dalam hati. Begitulah tabiat perjudian, tujuannya hanya kemenangan. Pemain hanya korban yang terperangkap dalam lingkaran setannya. Bagaimanapun bandar judi akan selalu menang. Jika ada pemain yang menang itu karena bandar kecolongan atau dimenangkan agar ketagihan. 

Cerita fiktif diatas menggambarkan betapa pemahaman terhadap judi akan mempengaruhi respon seseorang. Karena yang jadi acuan dalam merespon itu adalah asas manfaat. Karena judi dianggap ada manfaatnya, maka judi dijadikan jalan untuk mencapai tujuan dianggap kebaikan.

Karena dianggap baik, maka layak didukung dan diperjuangkan agar tujuan tercapai. Tujuan yang mengandung manfaat bersama menghalalkan segala cara. Kecurangan, trik dan tipu daya  dianggap sebagai strategi mencapai tujuan saja. Machiavelli adalah "Nabinya" dan sekularisme adalah "aqidah" yang menjadi landasannya.[]

Oleh: Mak Wok
(Aktivis Muslim)

0 Komentar