Rajab yang Membawa Berkah dan Diliputi Luka Sejarah

Mutiaraumat.com -- Bulan Rajab adalah bulan penuh berkah karena dia adalah satu diantara empat bulan Haram yang diberkahi.  Lebih dari itu bulan Rajab telah merekam peristiwa agung yang dialami oleh baginda Nabi Muhammad SAW ketika beliau diperjalankan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsho di Pelestina yang diberkahi. Inilah yang sering diperingati sebagai Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Namun demikian, bulan Rajab juga telah merekam peristiwa memilukan yang menjadi luka menyejarah dan terlalu sulit untuk digambarkan. Tanggal 28 Rajab 1342 Hijriyah adalah hari dimana kehilafahan Turki Utsmani Runtuh.

Keruntuhannya menandai berakhirnya kehidupan Islam, sebuah sistem kehidupan yang yang pondasinya diletakkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para shahabat, dikembangkan oleh para khulafaurrosyidin dan dilanjutkan oleh para khalifah dari generasi ke generasi.

Didalamnya ummat Islam hidup secara Islami di lingkungan masyarakat Islam yang dijaga oleh Daulah Islam.  Seluruh pandangan hidup didasarkan pada Halal dan Haram.

Peristiwa ini menjadi awal malapetaka seolah tak berkesudahan yang datang susul menyusul, silih berganti menimpa kaum muslimin.  Negeri-negeri Islam terkoyak menjadi lebih dari lima puluh negara kerdil yang lemah. 

Penguasanya didikte oleh negara-negara agresor imperialis-kapitalis, kekayaan alamnya yang melimpah  dirampok, kekuatan militernya dikendalikan dan puncaknya adalah lepasnya tanah Palestina dari genggaman kaum muslimin kemudian negara kafir penjajah tersebut berhasil mendirikan negara Israel diatas puing-puingnya. 

Jika dihitung berdasar kalender hijriyah maka peristiwa kelabu itu telah berlangsung selama seratus tiga tahun.  Waktu yang tidak pendek untuk menyaksikan kemiskinan yang mendera ummat akibat kekayaannya dirampok para agresor, sementara para penguasa komprador menghambur hamburkan bagian mereka dengan gaya hidup hedonis.  

Waktu yang tidak pendek untuk menyaksikan pembantaian dan penindasan kaum muslimin yang lemah di Sinjiang, Kasmir, Philipina, Tailand dan Myanmar.  Waktu yang tidak pendek untuk menyaksikan bumi Isra’ dan Mi’raj  Palestina dikangkangi oleh aggressor Yahudi La’natullah.

Bulan Rajab yang berkah telah memberikan peluang kepada kaum muslimin untuk segera menghentikan rentetan peristiwa memilukan itu.  Kaum muslimin harus bahu membahu melakukan kerja besar dalam rangka Isti’naafu hayatil Islam, yakni melanjutkan kehidupan Islam dengan cara mengembalikan sistem kehidupan Islami sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kerja besar ini harus ditempuh lewat jalan dakwah ideologis, yakni dakwah untuk membangun kesadaran ummat agar dengan rela mau kembali hidup dibawah naungan kehidupan Islam.  Dakwah Ideologis memang menjadi pilihan yang paling logis saat ini, tapi harus disadari bahwa hal tersebut pasti akan menghadapi tantangan yang berat.  

Oleh sebab itu siapa saja yang sudah berazzam untuk menempuh jalan dakwah ini harus mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya.  Salah satu potensi yang harus dikembangkan adalah kemampuan menulis agar menjadi Da’i Ideologis sekaligus Penulis Ideologis.

Penulis Ideologis yang membuat tulisan bernuansa ideologis (tentu yang dimaksud adalah ideologi Islam) membutuhkan keterampilan kelas langit yang diperoleh lewat proses panjang, pengerahan  kesabaran berlebih, nyali sundul langit dan tentu niat serta azzam kuat yang menggugah sekaligus menggerakkan.

Namun demikian para da’i ideologis harus terus berusaha melewati semua proses itu agar sampai pada level penulis ideologis yang handal, karena menulis penting untuk dakwah, dibutuhkan dan dirindu oleh ummat dan yang pasti menjanjikan pahala jariyah yang melimpah.
Ustadz Ismail Yusanto (Cendekiawan Muslim), memberikan nasehat kepada para da’i:

“Berbanggalah para jurnalis muslim dan para penulis ideologis.  Kiprahmu dirindu dan dinanti ummat sebagai cahaya di tengah gelap gulitanya berita dunia yang dicekam wabah framing jahat yang amat menyesatkan. Seburuk apapun keadaannya, kita tetap harus yakin dan percaya, mereka bisa saja membuat tipu daya terhadap Islam dan ummatnya melalui framing jahat media, tetapi tetap saja Allah-lah sebaik baik pembuat tipu daya." 

‘Alaa kulli haal, sejarah telah menulis luka berdarah di bulan Rajab yang penuh berkah, tetapi tulisan para penulis hebat akan segera hadir menggambarkan strategi dan langkah-langkah untuk mewujudkan kehidupan Islam, mendorong dan memotivasi para pemuda untuk memperjuangkannya sehingga kehidupan Islam dibawah naungan khilafah itu akan segera hadir membawa berkah.

Oleh: Abine el Janissary
(Aktivis Muslim)

0 Komentar