PIP 100%, Mampukah Meningkatkan Kualitas Pendidikan?


MutiaraUmat.com -- Mendikbudristek Nadiem Makarim saat mendampingi Presiden Joko Widodo pada acara Penyerahan Bantuan PIP akhir Januari 2024 lalu, menyatakan bahwa Program Indonesia Pintar telah mencapai 100% target. 

Pada kesempatan itu pula Presiden menyebut bahwa pemerintah pada tahun ini, akan menaikkan bantuan PIP untuk jenjang SD menjadi Rp 450.000 per tahun dan SMP Rp 750.000 per tahun. Khusus pelajar SMA dan SMK akan menerima Rp 1.800.000 per tahunnya. 

Disebutkan bahwa sebanyak 18.109.119 siswa menerima bantuan PIP ini. Walaupun fakta di lapangan, penyaluran dana bantuan ini masih diberikan secara bertahap. Belum sepenuhnya mencakup 100% dari jumlah penerima.

Program Indonesia Pintar ini pun masih menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat, lantaran seringkali salah sasaran. Yang benar-benar butuh malah tidak dapat, yang seharusnya tidak dapat malah mendapatkan bantuan. Kasus salah sasaran penerima bantuan ini, seolah menjadi kesalahan yang dimaklumi di negeri ini. 


PIP vs Kualitas Pendidikan

Peningkatan PIP ini digadang-gadang mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Benarkah demikian? Tentu saja tidak! Karena dengan ketersediaan dana tidak serta merta kualitas pendidikan menjadi meningkat. Ada banyak faktor yang patut menjadi standar penilaian terhadap kualitas pendidikan di suatu negeri. Misalnya meratanya akses pendidikan, fasilitas dan sarana prasarana, kurikulum pendidikannya juga kualitas SDM pendidikannya. 

Dari aspek meratanya pendidikan, Indonesia masih memiliki banyak sekali pekerjaan rumah. Masih banyak daerah pelosok di Indonesia yang hanya tersedia satu atau dua sekolah saja. Ditambah jarak yang jauh dengan medan yang terjal. Belum lagi fasilitas sekolah yang memprihatinkan. Apakah kita patut bangga dengan pencapaian PIP, sementara di sisi lain masih banyak yang sulit mengakses pendidikan? 

Selain itu, bicara terkait kualitas pendidikan tentu tidak bisa dilepaskan dari kurikulum yang diterapkan. Indonesia terbukti gagal mencetak generasi gemilang lantaran masih saja menggunakan sistem pendidikan kapitalisme sekuler yang merusak generasi. 

Output pendidikan hari ini hanya berorientasi pada materi. Sekolah ataupun kuliah agar bisa bekerja. Semakin tinggi sekolahnya semakin luas peluang memiliki gaji atau upah kerja yang tinggi. Bukan lagi sekolah untuk mencari ilmu, agar ilmunya bisa bermanfaat di dunia hingga ke Surga. Terutama adab yang saat ini nihil dihasilkan pendidikan kapitalis sekuler. 

SDM pendidik pun masih banyak yang harus dibenahi. Guru disibukkan dengan urusan administrasi, gonta-ganti kurikulum, hingga tak punya waktu untuk mendidik seluruh muridnya beradab luhur. Belum lagi kesejahteraan para guru yang diabaikan pemerintah. Gaji guru terutama yang statusnya masih honorer, hanya ratusan ribu per bulan. Jauh lebih rendah daripada gaji seorang buruh. 


Islam Solusi Hakiki

Sungguh memperihatinkan! Kualitas pendidikan hari ini diukur pada ketersediaan dana. Bantuan Program Indonesia Pintar memang sudah sewajarnya diberikan pemerintah pada rakyatnya sebagai bentuk tanggung jawab. Bukankah pendidikan adalah hak bagi seluruh rakyat? 

Di dalam Islam, negara dituntut agar amanah menunaikan kewajibannya dalam meriayah seluruh rakyatnya. Menyediakan berbagai kebutuhannya. Terlebih pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Negara sepenuhnya bertanggungjawab terhadap akses pendidikan bagi rakyatnya, menyediakan pendidikan gratis ataupun terjangkau. 

Negara Islam akan menyediakan tenaga pendidik yang kompeten. Menyejahterakan mereka dengan gaji yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kurikulum yang diterapkan pun berasaskan Islam, hingga mampu mencetak generasi gemilang yang berkepribadian Islam, kuatnya imannya, luhur adabnya juga mampu menguasai teknologi dan berjiwa pemimpin. Tidakkah kita rindu pada penerapan sistem pendidikan Islam? 

Wallahu a'lam bishshawab. []


Diana Septiani
Aktivis Muslimah

0 Komentar