Pesta Demokrasi Rawan Terhadap Gangguan Mental

Mutiaraumat.com--Sejumlah Rumah Sakit Bersiap Tangani Caleg Depresi Akibat Gagal Terpilih
Menjelang pemilihan umum (pemilu) sejumlah rumah sakit dibeberapa tempat di Indonesia telah melakukan persiapan untuk menyediakan ruangan khusus bagi pasien yang mengalami depresi. Ruangan ini diperuntukkan secara khusus kepada para caleg yang nantinya mengalami depresi pasca pemilu akibat gagal dipilih. 

Di antara rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Oto Iskandar Dinata, Soreang, Bandung Jawa Barat. Selain menyediakan ruangan khusus RS Oto Iskandar Dinata juga menyiapkan dokter spesialis jiwa dan bagi calon legislatif yang stres usai mengikuti kontestasi Pemilu 2024 (Dikutip Kompas.TV 03/02/2024).

"Kita sebenarnya sudah memiliki dokter spesialis penyakit jiwa, jadi untuk kegiatan pasien-pasien yang kasus ringan itu bisa dilakukan dengan rawat jalan. Rencananya ada 10 ruangan VIP untuk persiapan Pemilu," kata Irfan Agusta, Wadir Pelayanan RSUD Oto Iskandar Dinata dalam tayangan Kompas Petang, Jumat (24/11/2023) (Dikutip Kompas.TV 03/02/2024).

Bahkan permintaan kepada rumah sakit ini langsung dari DPRD pusat sebagaimana disampikan oleh Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz yang menyampaikan "Belajar dari situasi dan kondisi di pemilu-pemilu sebelumnya, kecenderungan orang stres meningkat pascapemilu," kata Aziz dalam keterangannya, Jumat (26/1/2024).

Selain itu ia juga meminta agar pihak rumah sakit menyiapkan layanan konseling atau fasilitas kesehatan kejiwaan bagi para caleg karena dianggap hal itu sangat diperlukan bagi caleg yang stress akibat gagal dipilih pada pemilu 2024.

Biaya Pemilu yang Fantastis
Bukan tanpa alasan adanya persiapan ruangan khusus caleg dari rumah sakit. Hal ini berkaca dari tahun-tahun sebelumnya adanya sebagaimana disampaikan oleh anggota DPRD bahwa pasca pemilu peningkatan stress pada caleg sangat mungkin terjadi.

Psikiater sekaligus Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional DR Dr Nova Riyanti Yusuf, SpKJ mengatakan:
“Semua kembali ke intensi atau tujuan dari calegnya, kalau intensinya memang kompetisi sehat, tujuannya jelas, punya visi-misi dan lain sebagainya, saat kalah atau menang itu akan sama seperti di kontestasi lainnya,”ujarnya.

Meningkatnya stress pada caleg yang gagal bukan hanya dipicu karena gagal dipilih melainkan juga karena terlilit hutang hingga selain mengalami kerugian materiil juga mengalami tekanan karena tidak bisa menerima kekalahan yang diterimanya. Bahkan Nova juga menjelaskan bukan hanya caleg yang memerlukan penanganan akibat kalah dalam pemilu. Namun pihak keluarga sampai tim sukses dari caleg sampai mengalami stress dan gangguan mental akibat kekalahan. (www.antaranews.com 03/02/2024).

Hal ini diakibatkan memang diperlukan modal yang sangat besar bagi para caleg untuk mendapatkan kursi kekuasaan. Sementara jumlah kursi yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah para caleg yang mencalonkan diri. LPM FE UI memaparkan, sejumlah modal yang harus disediakan untuk menjadi caleg yang cukup variatif.

Dikutip dari cnbcindonesia.com, 03/02/2024, modal caleg untuk menjadi anggota DPR RI paling besar dibandingkan menjadi caleg DPRD atau DPRD kabupaten/kota. Berikut rinciannya:

- Calon anggota DPR RI: Rp 1,15 miliar - Rp 4,6 miliar 
- Calon anggota DPRD Provinsi: Rp 250 juta - Rp 500 juta 

Prajna Research Indonesia juga pernah melakukan penelitian mengenai besaran modal yang harus dikeluarkan untuk menjadi caleg. Berikut rinciannya: 

- Calon anggota DPR RI: Rp 1 miliar - Rp 2 miliar. 
- Calon anggota DPRD Provinsi: Rp 500 juta - Rp 1 miliar.
- Calon anggota DPRD kabupaten/kota: Rp 250 juta - Rp 300 juta.

Dana tersebut nantinya akan digunakan para caleg untuk melakukan dan melaksanakan berbagai kegiatan untuk kampanye. Bahkan tak jarang para caleg tidak hanya melakukan kampanye dengan ikut serta dalam sebuah acara namun yang umum terjadi adalah membagikan kaos-kaos sebagai bentuk dukungan.

Selain itu dana ini juga diperlukan untuk mencetak baliho-baliho dan juga spanduk yang ukurannya pun variatif dari yang kecil-sedang-besar yang tentu memerlukan dana yang tidak sedikit.

Mental yang Lemah

Selain karena adanya tekanan dan stress akibat hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan dan hutang yang harus dibayar, mental caleg hari ini juga menjadi salah satu sebab mudahnya stress. Mental yang lemah inilah yang menjadikan para caleg hari ini menginginkan kekuasaan semata-mata untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Artinya caleg atau juga calon pemimpin hari ini bukan bermental pemimpin melainkan bermental materiil dan ingin mendapatkannya dengan jalan yang mudah dan instan. Maka dari itu segala hal dilakukkan asal mendapatkan kursi kekuasaan. Tidak ada sama sekali mental pemimpin yang memiliki sikap tanggung jawab yang tinggi terhadap apa yang ingin didadaptkan dan bagaimana cara mendapatnkannya.

Kekuatan mental yang terbentuk hari ini adalah hasil dari pemikiran yang didapatkan. Pendidikan hari ini banyak menjadi generasi bermental lemah, semuanya ingin didapatkan secara instan, dan mentalnya mudah sekali terganggu.

Selain itu pendidikan hari ini juga menjadikan generasi berorientasi pada hal-hal yang bersifat materi yang digambarkan bahwa itulah gambaran kesuksesan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Termasuk halnya kekuasaan, pendidikan hari ini menanamkan nilai-nilai bahwa dengan memiliki kekuasaan dan materi yang banyak adalah bentuk orang yang sukses dan menginsprirasi.

Inilah buah dari penerapan sistem sekuler yang diterapkan menjadi dasar negeri ini dan juga kondisi individu yang rusak akibat sekulerisme yang merusak segala aspek termasuk pendidikan yang berakibat pada aqliyah dan nafsiyah individu yang tidak dibangun atas syariat yang mulia yaitu syariat Islam.

Kekuasaan Dalam Islam adalah Amanah

Gambaran kekuasaan hari ini sangat berbeda dengan kekuasaan didalam Islam. Islam memandang bahwa kekuasaan adalah amanah yang besar karena bukan hanya menyangkut satu atau dua orang melainkan sangat banyak orang didalamnya atau masyarakat.

Dengan demikian maka Islam memberikan pemahaman bahwa amanah dari kekuasaan bukan amanah yang main-main melainkan sangat besar dan nantinya akan dipertanggungjawabkan secara rinci dan adil dihadapan Allah swt. Bahkan Rasulullah pernah mengingatkan:

“Sungguh kalian akan berambisi terhadap kepemimpinan (kekuasaan), sementara kepemimpinan (kekuasaan) itu akan menjadi penyesalan dan kerugian pada Hari Kiamat kelak. Alangkah baiknya permulaannya dan alangkah buruknya kesudahannya." (HR al-Bukhari, an-Nasa’i dan Ahmad).

Berdasarkan hadits diatas sangat jelas bahwa akan ada penyesalan dan kerugian yang amat sangat kepada pemangkunya. Karena tanggungjawab yang akan diminta kelak dihadapan Allah. Penyesalan dan kerugian ini berlaku jika amanah sebagai pemimpin tidak dilaksanakan dengan adil.

Namun jika dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam syariat bahwa kekuasaan adalah amanah dan dijalankan dengan berlandaskan hukum Allah maka insya Allah yang didapatkan justru adalah ganjaran pahala dari Allah SWT.

Pendidikan Islam Membentuk Aqliyah dan Nafsiyah Islam
Fakta kondisi pendidikan di negeri kita hari ini berlandaskan sekuler-kapitalis. Sehingga semua yang diajarkan kepada generasi tidak lagi berlandaskan syariah bahkan hari ini pendidikan dikomersialisasi. Terbukti hari ini banyak sekali fakta yang menunjukkan pendidikan di sistem hari ini gagal membentuk generasi yang memiliki aqliyah dan nafsiyah Islam.

Selain itu pendidikan di sistem hari ini secara mutlak telah memisahkan agama dari kehidupan dari segi penyusunan kurikulum pembelajarannya.

Akibat dari sekulerisasi di pendidikan ini menjadikan masyarkaat tak memiliki aqliyah islam yang terlihat saat masyarakat tidak memahami hakikat penciptaan dirinya dari Allah serta apa yang seharusnya menjadi tujuan hidupnya. Tidak dimilikinya nafsiyah islam jugga menjadikan masyarakat hari ini tidak memahami hal-hal apa saja yang diperkenankan oleh syariat untuk dilakukan dan mengantarkannya kepada kemaslahatan dan surga-Nya.

Padahal Allah telah menegaskan hakikat penciptaan manusia dalam firmannya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Al-Dzariyat: 56).

Maka secara pasti dan mutlak inilah yang menjadi akar masalah mudahnya para caleg terkena gangguan mental pasca pemilu saat dirinya tidak berhasil terpilih dan mendapatkan kekuasaan. Karena baginya kekuasaan adalah jalan untuk mendapatkan harta, kemuliaan, dan manfaat materiil lainnya, dia tidak memahami bahwa seharusnya kekuasaan adalah amanah yang bukan seharusnya hal yang diminta dan jikapun didapatkan seharusnya digunakan sebagai sarana mendapatkan pahala disisi Allah. Wallahu a’lam bishshawwab.

Oleh: Hemaridani
(Aktivis Muslimah)

0 Komentar