Menulis dan Upaya Membebaskan Diri dari Penjajahan Pemikiran


MutiaraUmat.com -- Bagaimana bisa penjajahan bisa dihapuskan dengan tulisan? Barangkali inilah pertanyaan yang pertama kali muncul di benak Antum sekalian. Ini tentu sangat bisa dimaklumi mengingat saat kita mendengar kata penjajahan, tentu yang pertama kita bayangkan adalah adanya penyiksaan atau intimidasi yang mengakibatkan kerusakan yang bersifat fisik. Padahal, seiring berkembangnya kehidupan, berkembang pula gaya penjajahan yang dilakukan oleh para penjajah untuk melakukan penjajahan.

Pasca diruntuhkannya kekhilafahan pada tanggal 28 Rajab 1342 H yang bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, umat Islam telah mengalami berbagai macam serangan dari musuh-musuh Islam yang tidak menghendaki kembalinya kebangkitan Islam.
Sampai hari ini entah berapa banyak Negeri kaum Muslimin yang masih mengalami penjajahan secara fisik oleh musuh-musuh Islam. Sebut saja Gaza yang sampai hari ini masih diserang oleh tentara-tenara Zionis Israel, belum lagi pengusiran yang dialami oleh saudara-saudara kita Muslim Rohingya. Itu semua menjadi bukti bahwa penjajahan itu masih ada dan akan terus berlanjut andai saja kaum Muslimin tidak mengetahui solusi untuk mengakhiri penjajahan yang menimpa Umat Islam di berbagai belahan negeri.

Sayangnya, umat Islam memang belum sadar bahwa Islam memiliki solusi hakiki yang dicontohkan oleh teladan mulia Nabi Muhammad SAW, yakni dengan mengembalikan kekhilafahan Islam yang sesuai dengan manhaj kenabian. Khilafahlah yang kemudian akan memobilisasi tentara-tentara kaum Muslimin di berbagai negeri-negeri untuk berangkat menyelamatkan saudara-saudara kita yang terjajah sampai hari ini.

Berbagai upaya untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan umat Islam telah dilakukan, tetapi tak kunjung membuahkan hasil yang membahagiakan kecuali hanya dalam urusan-urusan yang sifatnya parsial. Hal ini tidak terlepas dari akibat mundurnya pemikiran kaum Muslimin secara umum, khususnya pemahaman akan pentingnya mengembalikan kembali kehidupan Islam dibawah Intitusi kekhilafahan dan metode shahih untuk merealisasikannya.

Apabila kita membaca ulang sejarah bagaimana khilafah yang agung itu bisa diruntuhkan, maka kita bisa melihat bagaimana pola penjajahan yang dilakukan oleh Inggris ketika itu yang dibantu oleh kaki tangannya Mustafa Kemal Pasha yang telah berkhianat kepada umat Islam . Mereka dengan sengaja merusak pemikiran umat Islam dengan berbagai cara dan tipu muslihat sebagai langkah awal menjauhkan mereka dari Islam dan kekhilafahan. Salah satunya adalah dengan terus memaksakan sekularisasi dalam berbagai pengaturan kehidupan. Sekularisasi hukum, pendirian lembaga-lembaga yang bekerja dengan menggunakan hukum positif dan menjauhkannya dari pengaturan syari'ah Islam dalam segala bidang seperti bidang sosial, budaya, politik, bahkan ekonomi.

Hal itu tentu harus mulai disadari oleh kita sebagai umat Islam. Oleh karena itu, upaya penyadaran untuk mengembalikan pemahaman kaum Muslimin pada pemahaman Islam yang benar harus dan wajib dilakukan oleh siapa saja yang telah mengazzamkan diri dalam dunia pergerakan (Dakwah) agar Umat tidak terus berada dalam keterpurukannya.

Berbicara terkait dakwah, Ustadz Ismail Yusanto (Cendekiawan Muslim) pernah menyampaikan bahwa, “Jika kita bicara tentang dakwah, maka alat dakwah itu hanya ada dua, jika tidak lisan ya tulisan. Akan sangat bagus jika kita menguasai keduanya, lisannya tajam tulisannya luar biasa. Lisannya tajam setajam tulisannya, sebaliknya tulisannya tajam setajam lisannya. Jangan sampai kita tidak bisa kedua-duanya, kalau tidak bisa kedua-duanya minimal satu saja. Kalau tidak bicara maka menulislah!.

Maka, dakwah terkait khilafah hari ini harus terus digelorakan, baik melalui dakwah lisan maupun tulisan. Sampaikan kepada umat bahwa khilafah itu fardhu sebagai ikhtiar maksimal kita untuk mengembalikan kehidupan Islam dimana syari’at Islam di dalamnya kemudian diterapkan.
Keduanya, yakni dakwah melalui ucapan ataupun tulisan, sama-sama berpahala dimata Allah SWT. Sebagaimana kaidah ushul fiqh menyatakan bahwa Al-kitab kal khitab yang bermakna tulisan itu statusnya sama atau sebanding dengan ucapan.
Ingatlah apa yang kemudian pernah juga disampaikan Abdullah Azzam, “Sejarah Islam ditulis dengan hitamnya tinta ulama dan merahnya darah para Syuhada.”

Maka, bersemangatlah dalam dakwah. Maksimalkan segenap kemampuan. Bicaralah atau menulislah agar umat mulia ini segera terbebas dari segala bentuk Penjajahan.
Hayya ‘ala l-Falah!!

Oleh: Rahmat Supriatna
Aktivis Muslim

0 Komentar