Menikmati Rindu kepada Rasulullah SAW dengan Azan


Mutiaraumat.com -- Kita sebagai manusia pasti memiliki rasa rindu. Rasa rindu terhadap manusia, pengalaman dan lain-lain. Lalu pelampiasan rindunya pun berbeda-beda.

Terkadang manusia melampiaskan rindu ini dengan cara yang beragam. Bisa dengan bertemu dengan yang dirindukan. Ada juga yang hanya dengan mendo’akannya saja.
Ternyata pada zaman dahulu pun sudah ada yang namanya rindu. Seperti kisah seorang budak yang rindu dengan rasulullah dan melampiaskannya dengan azan.

Azan alias panggilan shalat lima waktu bagi muslim dijadikan sebagai pelampiasan rindu kepada Rasulullah Saw.

Dikisahkan, dahulu hiduplah seorang budak yang bernama Bilal bin Rabbah. Ia dikenal dengan budak berkulit hitam dan telah memeluk agama Islam. Saat itu, ia telah di siksa oleh majikannya karena memeluk agama Islam. Namun, ia masih mempertahankan keimanannya. 

Hingga Abu Bakar memerdekakan Bilal. Setelah merdeka Bilal semakin rajin untuk beribadah. Bahkan ia juga mengikuti hijrah ke Madinah. Ketika tiba di Madinah kaum muslimin segera membangun masjid. Karena zaman dahulu masjid itu tidak hanya untuk shalat tetapi juga digunakan untuk berbagai aktivitas mulai dari mengaji berolahraga.

Ketika waktu sholat tiba, Rasulullah Saw memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan pertama kali di Madinah. Bilal pun naik ke tempat muadzin (orang yang mengumandangkan azan). Lalu Bilal mengumandangkan Azan dengan suaranya yang merdu. Mulai saat itulah Bilal menjadi seorang muadzin Rasulullah yang terkenal dengan suara merdunya.

Hingga tiba hari yang sangat berat bagi seluruh kaum muslimin yaitu berpulangnya Rasulullah Saw kepada Allah SWT. Semua para sahabat pun bersedih.

Bilal pun berhenti untuk mengumandangkan azan. Karna ia tak kuat menahan tangisnya. Dan akhirnya Bilal memutuskan untuk pergi meninggalkan kota Madinah.
Bilal berusaha untuk menenangkan dirinya. Para sahabat yang lain pun tak tahu kemana perginya Bilal.

Tibalah suatu ketika, Rasulullah Saw mendatangi Bilal dalam mimpinya. Rasulullah Saw pun bertanya “Mengapa engau tak pernah lagi mengunjungiku?" Bilal terbangun.
Tak bisa di pungkiri lagi bahwa air matanya sudah membasahi pipinya. 

Lalu ia bergegas untuk pergi ke kota yang mengingatkan ia pada sosok yang amat ia cintai yaitu Madinah.
Sesampainya di Madinah bertepatan dengan masuknya waktu shalat. Dengan rasa rindunya ia pun naik ke tempat yang dulu adalah tempat kebanggaannya. Karena telah menjadi muadzinnya Rasulullah Saw.

Lalu ia mengumandangkan azan yang sangat di rindukan oleh semua kaum muslimin. Seketika itu kota Madinah hening dan bertanya-tanya “Apakah Bilal telah kembali?”
Semua penduduk Madinah pun terharu hingga meneteskan air mata. 

Seperti memutar memori lalu dimana orang yang amat kaum muslimin cintai masih ada di antara mereka.
Bahkan Bilal pun tersedu-sedu ketika sedang mengumandangkan azan. Tidak hanya Bilal yang merindukan Rasulullah Saw. Namun, semua kaum muslimin pun merindukan Rasulullah Saw.

Betapa mengharukannya peristiwa ini. sebegitu rindunya Bilal pada Rasulullah. Bahkan bukan hanya Bilal namun seluruh kaum Muslimin pun merindukan Rasulullah. Karena azannya Bilal mereka semua menikmati Rindu mereka kepada Rasulullah melalui azan yang di kumandangkan Bilal.

Bagaimana dengan kita umat Islam pada zaman sekarang? sangat tidak pantas ketika ada penguasa suatu negri yang melarang azan dikumandangkan dengan lantang dengan dalih toleransi, sedangkan para sahabat dan kaum muslim di zaman Rasul melampiaskan rindu mereka kepada Rasulullah dengan mendengarkan Azan yang dikumandangkan oleh Muadzinnya Rasulullah Saw.

Sudahkah kita merindukan Rasulullah Saw seperti Bilal dan kaum muslimin saat itu? semoga hati kita selalu merindukan kebersamaan dengan Rasulullah Saw agar kita bisa termasuk orang yang mendapat syafaat dan bersama Rasulullah Saw di syurga serta menyandang gelar umat Rasulullah Saw akhir zaman yang selalu beliau rindukan. Aamiin...[]

Oleh: Faith Afia
(Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)



0 Komentar