Khilafah Bukan Ancaman, Namun Sebuah Kewajiban yang Harus Diperjuangkan

MutiaraUmat.com -- Narasi-narasi yang menyatakaan Khilafah sebagai ancaman muncul kembali menjelang 100 tahun runtuhnya Kekhilafahan Utsmaniyah, termasuk menyatakan adanya ancaman ideologi transnasional. Pemikiran sesat terus diaruskan oleh musuh Islam ke tengah umat untuk mencegah kebangkitan Islam. 

Seperti dikutip dari antaranews.com, Jakarta (ANTARA) - Akademisi dari Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada, Mohammad Iqbal Ahnaf mengingatkan pemerintah dan masyarakat perlu mewaspadai narasi-narasi kebangkitan Khilafah.
Menjadi persoalan ketika segenap narasi tersebut mampu menemukan kembali momentum-nya pada 2024 atau bertepatan dengan 1 abad runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah. Dalam siaran resmi Pusat Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) 10 Januari lalu, beliau menuturkan bahwa potensi ancaman dari ideologi transnasional itu akan selalu ada. Gagasan Khilafah yang ditawarkan menjadi semacam panacea atau obat segala penyakit dan mampu menyembuhkan kekecewaan, ketidakadilan, dan emosi negatif lainnya, jelas (itu) menggiurkan bagi beberapa masyarakat (antaranews.com, 10/01/2024).

Penegakan Khilafah wajib adanya dan dalil-dalilnya sudah cukup jelas, seperti pada Q.S. Al-Baqarah ayat 30 yang artinya, 

“(Ingat) ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, ‘Aku ingin menjadikan Khalifah di bumi.’ Mereka bertanya, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana? Padahal, kami bertasbih memuji dan menyucikan nama-Mu.’ Dia berkata, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui."

Imam Al Qurtubi menafsirkan, ayat ini merupakan hukum asal tentang wajibnya mengangkat Khalifah, beliau pun menegaskan tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban mengangkat Khalifah ini di kalangan umat dan para imam mahzab.

Dan Q.S. An-Nisa ayat 59 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.”

Serta dalil-dalinya : Pertama, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang mati sedangkan di lehernya tidak ada baiat (kepada seorang imam/Khalifah), maka matinya adalah mati jahiliyah.” (HR Muslim, No. 1851).

Kedua, Rasulullah bersabda, “Dahulu para nabi yang mengurus Bani Israil. Bila wafat seorang nabi diutuslah nabi berikutnya, tetapi tidak ada lagi nabi setelahku. Akan ada para Khalifah dan jumlahnya akan banyak.

”Para sahabat bertanya, “Apa yang engkau perintahkan kepada kami” Nabi menjawab, “Penuhilah bai’at yang pertama dan yang pertama itu saja, Penuhilah hak-hak mereka. Allah akan meminta pertanggungjawaban terhadap apa yang menjadi kewajiban mereka.” (HR.Muslim).

Seperti dalam QS. Al-Anbiya ayat 107, sebab penerapan syariat secara praktis oleh negara Khilafah memang akan menjadikan alam semesta merasakan kerahmatan Islam, kemudian dalam Q.S Al-A’raf, akan mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi untuk penduduk negeri.

Seharusnya yang  harus diwaspadai dan dilenyapkan adalah ideologi transnasional. Telah nampak kerusakan nyata di berbagai bidang dengan penerapan kapitalisme sekulerisme, yang ditancapkan melalui sistem Demokrasi. Sistem ini adalah sistem buatan manusia, hasil berpikir orang-orang Eropa setelah mengalami penindasan oleh kerajaan yang berkerjasama dengan pihak gereja, sistem ini memisahkan agama dari kehidupan dan menjadikan manusia berdaulat atas hukum. Padahal Allah telah memberikan peringatan dalam surah Thaha  ayat 124 yang artinya, 

“Siapa saja yang berpaling dari peringatan Allah maka meraka akan mendapat kehidupan yang sempit."

Telah terbukti dalam penerapan sistem Sekularisme-Kapitalisme Demokrasi umat hanya merasakan kerusakan nyata di berbagai bidang kezaliman oligarki dimana-mana, kebatilan tersebar luas atas nama kebebasan. Negara melepaskan diri dari tanggung jawab terhadap mengurusi urusan rakyat dan para kapital atau pemilik modal terua berkuasa atas segala sesuatu. Maka sangat aneh Ketika seorang Muslim menolak Khilafah, membuat narasi menyesatkan pemikiran umat terkait Khilafah. Di saat yang sama justru sukarela mati-matian membela Sekularisme Kapitalisme Demokrasi.

Padahal sistem tersebut tidak pernah dicontohkan oleh Rasul dan tidak ada dalam syariat Islam, bertolak belakang dengan aqidah Islam dan hanya membawa kerusakan.
Sejarah Panjang sejatinya tidak mampu mengubur bukti betapa Khilafah Islam penuh dengan kesejahteraan serta keadilan bagi umat manusia. Salah satu harta berharga yang diwariskan Baginda Rasulullah SAW kepada umat adalah Khilafah Islam. Dalam Khilafah, penerapan Islam betul-betul nyata, dan Islam berkembang pesat sekaligus menguasai seluruh Jazirah Arab.

Negara semacam inilah yang kemudian diwarisi Khalifah Abu Bakar ra., Abu Bakar ra., Umar bin al-Khatthab ra., Utsman bin Affan ra., Ali in Ali bin Abi Thalib ra., serta jajaran Khalifah-Khalifah setelahnya yang kemudian mampu menyebarkan rahmat Islam ke berbagai penjuru dunia.

Menjadikan Islam sebagai peradaban terbesar, yang memiliki pengaruh dan berdampak dengan peforma gemilang di berbagai bidang yang bahkan dapat kira rasakan hingga saat ini.
Tanpa adanya institusi Khilafah, hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan sistem politik, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem kesehatan, sistem pergaulan, dan sistem sanksi tidak akan pernah akan bisa terwujud. Saat ini menegakkan khilafah menjadi mahkota kewajiban bagi kaum muslimin. Mengingat saat ini Khilafah belum ada, maka umat harus berjuang untuk mewujudkannya dengan berjuang bersama partai ideologis Islam yang ingin melangsungkan kembali kehidupan Islam melalui tegaknya Khilafah.
Wallahualambishowab



Oleh: Rosnani
Pengemban Dakwah Islam Kaffah

0 Komentar