MutiaraUmat.com -- Memperingati 100 tahun keruntuhan Khilafah Islamiah (3 Maret 1924—2024) Jurnalis Joko Prasetyo mengatakan, "
It is time to be one ummah. Sekaranglah waktunya untuk menjadi umat yang satu di bawah naungan
khilafah 'ala minhajin nubuwwah. Allahu Akbar," ungkap jurnalis yang biasa disapa Om Joy kepada
Mutiara Umat.com, Kamis (25/01/2024).
Ia memaparkan empat macam tragedi yang terjadi paska runtuhnya khilafah yang perlu diketahui oleh kaum Muslim. "Setidaknya ada empat macam tragedi yang terjadi sejak runtuhnya Khilafah Utsmani seratus satu tahun lalu hingga saat ini (3 Maret 1924-2024 Masehi)," ujarnya.
Pertama menurut Om Joy, diruntuhkannya khilafah merupakan tragedi. bagaimana tidak, kaum Muslim kehilangan pengurus urusannya (raa'in) yang mengatur segala urusannya (ra'iyat) dengan syariat Islam secara kaffah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya (ra'iyah)" (HR Bukhari).
"Sekaligus kehilangan perisai (junnah) kaum Muslim dari serangan kafir penjajah. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai (junnah), [orang-orang] akan berperang di belakangnya [mendukung] dan berlindung [dari musuh] dengan [kekuasaan]nya" (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan lain-lain)," tambahnya.
"Oleh karena itu, maka dengan runtuhnya khilafah, kaum Muslim kehilangan raa'in dan junnah sekaligus. Tentu saja ini merupakan tragedi," ulasnya.
Kedua, tak merasa kehilangan khilafah merupakan dobel tragedi. Om Joy menerangkan, kalau kaum Muslim tak merasa kehilangan, tentu saja tidak akan mencari atau menegakkannya kembali. Padahal, segala kerusakan yang menimpa kaum Muslim di segala aspeknya saat ini berpangkal dari tidak ditegakkannya syariat Islam secara kaffah.
"Sedangkan syariat Islam secara kaffah mustahil tegak tanpa adanya khilafah yang berfungsi sebagai raa'in dan junnah tersebut. "Jadi disebut apa ini, kalau bukan dobel tragedi," ketusnya.
Ketiga, tak berjuang tegakkan kembali khilafah merupakan tripel tragedi. Dalam keterangannya Om Joy menjelaskan, dikatakan tripel tragedi karena kaum Muslim tidak berjuang menegakkan kembali khilafah. Padahal secara syar'i menerapkan syariat Islam secara kaffah merupakan fardhu kifayah, bahkan mahkota kewajiban.
"Karena tanpa adanya khilafah, banyak kewajiban dalam Islam tidak bisa ditegakkan. Sedangkan secara faktual, tidak memperjuangkan tegaknya kembali khilafah berarti membiarkan kaum Muslim terus menerus dirundung kenestapaan dalam segala aspeknya. "Karena membiarkan kaum Muslim tanpa raa'in dan junnah," jelasnya.
Keempat, memusuhi perjuangan penegakkan khilafah merupakan kuartet tragedi. Om Joy menegaskan, bila kaum Muslim malah memusuhi perjuangan penegakkan khilafah, tentu saja ini merupakan kuartet tragedi. Dikatakan kuartet tragedi karena bukan saja tidak merasa keruntuhan khilafah itu sebagai tragedi. Padahal jelas-jelas kaum Muslim jadi kehilangan raa'in dan junnah, tak mau melaksanakan kewajiban, eh malah memusuhi saudaranya sendiri yang melaksanakan kewajiban dari agama yang dianutnya sendiri.
"Maka dari itu, janganlah menjadi bagian dari tragedi tersebut. Sebisa mungkin jadilah sebagai solusi dengan kemampuan di bidang masing-masing, untuk menyadarkan kaum Muslim akan kewajiban menegakkan kembali khilafah," tutupnya.[] Faizah
0 Komentar