Ironi Mahalnya Harga Beras di Negeri Agraris


MutiaraUmat.com -- Beras adalah salah satu bahan makanan pokok masyarakat indonesia yang paling banyak dikonsumsi. Sebagai negara beriklim tropis, tanah dan iklim di Indonesia sangat mendukung kegiatan pertanian hingga dijuluki sebagai negara agraris, yaitu negara yang mengutamakan pengembangan sektor pertanian. Sayangnya, hampir setahun belakangan harga beras merangkak naik hingga ke level yang bisa dikatakan mahal bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Ironis, bak ayam mati di lumbung padi, mungkin itulah pepatah yang cocok bagi kondisi negara Indonesia saat ini. Dilansir dari CNBC Indonesia, berdasarkan pantauan di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, harga beras termurah dijual Rp16.000 per kg dan termahal Rp20.000 per kg untuk jenis beras spesial Pandan Wangi. Sementara untuk beras jenis premium, dipatok Rp18.000 per kg (cnbcIndonesia.com, 16/02/2024).

Di sisi lain, pemerintah tampak santai-santai saja menghadapi kenaikan beras ini. Tidak tampak upaya serius dalam mencegah maupun menanggulangi polemik beras yang selalu terjadi setiap tahunnya. Padahal jelas rakyat merasa tercekik dengan kenaikan harga beras bersamaan dengan kenaikan berbagai kebutuhan-kebutuhan lainnya. Di tengah hingar bingar pemilu serentak yang katanya "pesta demokrasi", yang digadang-gadang demi kesejahteraan rakyat, justru persoalan besar berkaitan dengan urusan "perut" rakyat terlupakan. 

Sejak sekian dekade yang lalu, polemik beras tidak pernah usai, mulai dari kelangkaan, persoalan impor, sulitnya mewujudkan swasembada beras, ataupun kenaikan harga, Indonesia tidak pernah mampu menyelesaikan masalah-masalah ini dengan tuntas. Fakta ini menunjukkan ada sebuah persoalan mendasar dimana solusi yang dilakukan negara tidak pernah menyentuh akar permasalahan. Salah satunya, rusaknya rantai distribusi beras yang hari ini dikuasai oleh sejumlah pengusaha (ritel), dan adanya larangan bagi petani untuk menjual langsung ke konsumen. Hal ini merupakan kesalahan besar sebab memungkinkan terjadinya permainan harga, penahanan pasokan (monopoli) oleh pelaku usaha, yang tentu merugikan petani. Artinya, beras sebagai kebutuhan pokok merupakan salah satu komoditas strategis wajib dikelola oleh negara termasuk distribusinya.  

Kapitalisasi kebutuhan pokok hanya akan menguntungkan pengusaha, sedangkan rakyat makin sengsara. Sistem kapitalisme yang diterapkan oleh hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia terbukti telah gagal mewujudkan kemakmuran bagi seluruh umat manusia. Kapitalisme praktis menjadikan negara sebagai alat kaum kapital (pemilik modal) untuk melancarkan dan mengembangkan bisnis mereka. Negara tidak segan membuat aturan yang menguntungkan para pengusaha asal ada keuntungan materi yang diraih. Mirisnya keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan yang dinikmati dirinya atau golongannya sendiri, tanpa mempedulikan bagaimana nasib rakyat kedepannya. 

Sistem kapitalisme diterapkan bukan demi kebaikan seluruh umat manusia, namun demi kebaikan segelintir orang saja. Dalam sistem ini kesejateraan umat tidak akan terwujud, yang kaya makin kaya, yang miskin akan semakin miskin. Penerapan kapitalisme yang merupakan keniscayaan dalam sebuah sitem sekuler (memisahkan nilai agama dari kehidupan) merupakan sumber keboborokan dan kerusakan yang terjadi selama ini. bagaimana tidak, niali agama yang harusnya bisa menjadi patokan, pedoman dan batasan, justru ditinggalkan. Satu-satunya sistem yang mampu menyelematkan dunia dari kesengsaraan adalah sistem islam. Islam bukan sekedar agama yang mengatur ibadaha ruhiyah saja, melainkan sebuah ideologi yang memancarkan peraturan lengkap yang apabila diterapkan bisa menjadi solusi tuntas bagi semua permasalahan umat manusia. Tak heran, sebab sistem islam adalah sebuah sitem sempurna yang berasal dari Allah SWT pencipta manusia dan seluruh jagad raya.

Dalam masalah pemenuhan kebutuhan pokok, Islam memandangnya sebagai salah satu kewajiban negara. Bukan hanya dalam hal pendistribusian, namun sangat diperhatikan pula proses dan jumlah produksinya. Kemandiriaan pangan, khususnya bahan makan pokok seperti beras, menjadi perhatian utama dalam islam, karena persoalan ini sangat mempengaruhi stabilitas keamanan di dalam maupun luar negeri. Negara yang menerapkan sistem islam akan memberikan bantuan pertaniaan kepada para petani demi memastikan ketersediaan bahan pangan pokok bagi seluruh rakyat. Sistem islam mencegah dan melarang keras praktek monopoli seperti penimbunan beras ataupun komoditas lainnya yang bisa menyebabkan tingginya harga. Sangat berbeda dengan sistem kapitalisme dimana negara hanya menjadi regulator atau penonton. Hanya dalam sistem Islam kesejahteraan seluruh umat manusia akan terwujud. Lebih dari itu, menerapkan sistem Islam artinya menerapkan aturan yang berasal dari sang pencipta. Tentu tidak ada yang lebih baik dalam memelihara dan mengatur manusia selain penciptanya, yaitu Allah SWT. []


Oleh: Dinda Kusuma W T
Aktivis Muslimah

0 Komentar