MutiaraUmat.com -- Truk aja digandeng, masak situ enggak? Sekelumit anekdot ini sering dipakai oleh anak-anak remaja untuk ngebully temannya yang masih jomblo.
Namun, berbeda dengan aksi Kaka, vokalis band Slank, yang menggandeng Ibu Megawati Soekarnoputri pada acara kampanye Paslon No. 3, Ganjar-Mahfud MD di Lapangan Tegallega, Bandung, pada Minggu (21/02/2024), seperti dilansir Kompas.com.
"Jangan kau kecewakan aku lagi. Aku enggak mau menderita lagi. Kalau ingkari janji."
Lagu "Orkes Sakit Hati" yang dibawakan pun, seolah pas menggambarkan situasi rumitnya politik demokrasi tanpa identitas yang jelas.
Kalau boleh disebut sebagai politik mencla-mencle, politik kompromi, politik minim etika, tak ada idealisme di sana. Intrik-intrik politik, drama, jelas-jelas menggambarkan kepentingan hanya untuk seputar kolega.
Perdebatan yang masif dan terus menerus ada di layar kaca pun, tak ubahnya pertikaian tanpa makna, berlalu tanpa solusi, bahkan cenderung membuat masyarakat bingung. Lompatan-lompatan politisi dari satu kubu ke kubu lain menampakkan betapa kewibawaan dan etika sudah hilang di gerus ambisi-ambisi pribadi.
Dulu berteman, sekarang melawan. Dulu bersebrangan, sekarang bergandengan. Demi ambisi, urusan rakyat terabaikan.
Negeri ini sudah terlalu lelah untuk menuruti kemauan-kemauan dan ambisi-ambisi pribadi para politisi. Saatnya menyudahi sistem ini. Sistem demokrasi yang dibalut dengan ekonomi kapitalisnya, sekularisme di segala lini kehidupan, sehingga kebaikan-kebaikan yang pasti benar dari aturan-aturan Islam tak bisa direalisasikan.
Seharusnya kita menyadari bahwa, kita ini manusia yang diberi anugerah akal pikiran, yang tidak diberikan kepada makhluk lain selain manusia. Tentu saja wajar jika kita dipilih oleh Allah SWT sebagai sebaik-baik makhluk yang mempunyai derajat yang tinggi dalam kehidupan ini. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِ نْسَا نَ فِيْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. At-Tin 95: Ayat 4)
Namun seringkali manusia merendahkan diri layaknya binatang ternak, bahkan lebih rendah lagi sebagaimana ayat Al-Quran dalam surah (QS Al-Araf 179).
Begitu juga kutipan di kitab awal, "Nizhamul Islam", yaitu "Bangkitnya manusia adalah dengan pemikirannya." Manusia dimuliakan karena pemikirannya begitu juga direndahkan karena pemikirannya.
Manusia beserta pemikirannya layaknya wadah. Dan sebaik-baik isian untuk wadah pemikiran itu adalah Islam, karena Islam berisi seperangkat alat untuk mengarungi kehidupan yang benar, baik,dan menyeluruh dan berimbas kepada kebaikan setelah kematian/akhirat.
Begitu juga politik dalam Islam adalah dalam rangka untuk mengurusi keperluan umat, secara lengkap, mendasar, dan proporsional. Hingga ketika ditegakkan aturan-aturan Islam yang bersumber dari Allah SWT dan Rasul-Nya, niscaya rahmat Allah SWT akan menaungi seluruh alam, manusia, dan kehidupan. Tentu saja dalam bingkai Daulah Khilafah ala minhaj nubuwwah.
Jangan ragu lagi, pelajari Islam secara menyeluruh dan mendasar, terapkan dalam kehidupan dan dakwahkan di tengah-tengah masyarakat. InsyaAllah kemenangan Islam tidak lama lagi.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Las Mei Yustiono
Aktivis Muslim
0 Komentar