Entrepreneur Muslim Kritisi Kedaulatan dalam Sistem Demokrasi

MutiaraUmat.com -- Budayawan Muslim Doni Riw mengkritisi klaim kedaulatan di tangan rakyat sistem demokrasi yang faktanya ternyata tidak demikian tetapi ditangan pemilik modal. 

"Sedikit kritik kepada sistem demokrasi. Dalam sistem demokrasi yang mengatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan kekuasaan di tangan rakyat faktanya tidak seperti itu, faktanya kedaulatan itu ditangan pemilik modal," tuturnya dalam video Perbedaan Sistem Kerajaan, Sistem Demokrasi, dan Sistem Islam di kanal YouTube Doni Riw, Rabu (7/2/2024). 

Hal itu sebab pada faktanya, lanjut Doni, para calon legislatif ketika pemilihan umum membutuhkan biaya yang begitu banyak. Biaya tersebut misalnya untuk mencetak spanduk, membuat kaos membiayai segala kepemtingan kampanye mereka dan lain-lain. Dan hal itu memang butuh biaya bbegitu banyak sekali, namum dari mana biayanya? 

"Ada orang-orang pengusaha-penguasaha baik dalam maupun luar negeri yang rela menggelontorkan sedemikian banyak modalnya untuk membiayai kampanye calon-calon legislatif maupun eksekutif. Lalu apa arti dari para kapitalis dan pemilik modal? Ya karena modal, nanti ketika legislatif yang dia dukung dengan dana ini jadi (menjadi anggota dewan) maka dia bisa meminta imbalan. Tidak ada sesuatu yang gratis dari si penggelontor modal (kapitalis), pasti akan meminta benefit atas semua itu," paparnya. 

Doni menjelaskan benefit yang akan diperoleh para pemilik modal adalah keputusan undang-undang yang menguntungkan mereka. Maka kalau dilihat keputusan undang-undang yang dibuat oleh legislatif di dalam sistem kapitalisme, demokrasi, sering kali menguntungkan para kapitalis. Karena sesungguhnya para legislatif dibiayai oleh para kapitalis termasuk eksekutifnya. 

"Kedaulatan di tangan rakyat kekuasaan di tangan rakyat di dalam sistem demokrasi itu sebenarnya omong kosong. Realitasnya tidak seperti itu. Di dalam sistem Islam kedaulatan di tangan syarak itulah yang kemudian menjamin bahwa tidak ada undang-undang yang bisa dipermainkan, di dalam kapitalis demokrasi undang-undang bisa dipermainkan karena tidak ada standar objektif maka di dalam Islam ada standar objektif yaitu Al-Qur’an dan sunnah yang tidak bisa dipermainkan," tegasnya. 

Perbedaan Sistem Kepemimpinan 

Doni menjelaskan beberapa sistem kepemimpinan yang mendominasi di dunia. Pertama, kerajaan, sistem kerajaan kedaulatan berada di tangan raja dan kekuasaan di tangan raja. Artinya yang membuat hukum adalah raja kemudian yang menjalankan raja juga. "Ketika raja mati diturunkan kepada anaknya nanti anaknya juga membuat hukum kemudian juga menjalankan hukum yang dia buat itulah sistem kerajaan," urainya. 

Dalam pergantian kekuasaan di sistem kerajaan, Doni melanjutkan, biasanya pergantian kekuasaan itu dari raja ke anaknya terus. "Dalam sistem kerajaan ya sudah begitu (template)," imbuhnya. 

Kedua, sistem demokrasi. Kedaulatan di tangan rakyat kekuasaan di tangan rakyat, kedaulatan di tangan rakyat artinya hukum ada di tangan rakyat, rakyatlah yang membuat hukum walaupun realitasnya tidak mungkin seluruh rakyat bersama-sama membuat hukum. Maka diadakan pemilu agar rakyat memilih wakilnya (legislatif). Nanti wakil rakyat itu (legislatif) yang membuat hukum. Maka yang membuat hukum di dalam demokrasi adalah wakil rakyat atau rakyat itu sendiri. Secara teori setidaknya begitu walaupun realitasnya nanti wakil rakyat ini tidak mewakili rakyat. 

"Kemudian, kekuasaan juga berada di tangan rakyat, kekuasaan artinya person atau sekelompok orang yang menjalankan hukum itu kalau dalam sistem demokrasi menyebutnya eksekutif. Yang membuat hukum adalah legislatif yang menjalankan hukum adalah eksekutif, eksekutif dipilih oleh rakyat, legislative dipilih oleh rakyat inilah sistem demokrasi," urainya. 

Ketiga, Islam, kedaulatan di tangan syarak, kedaulatan di tangan Allah, sementara kekuasaan ditangan rakyat, artinya undang-undang yang ditegakkan, hukum yang ditegakkan adalah hukum dari Allah, hukum dari Allah adalah hukum syariat, hukum yang datang dari Al-Qur’an dan sunnah yang menjalankan kekuasaan di tangan rakyat, rakyat memiliki kekuasaan, punya kuasa untuk membaiat khalifah agar khalifah ini menjalankan hukum dari Allah. 

"Maka rumusnya adalah kedaulatan di tangan syarak kekuasaan di tangan rakyat, rakyat memilih dan membaiat khalifah untuk menjalankan, inilah formulasi sistem pemerintahan Islam," pungkasnya. [] Alfia Purwanti

0 Komentar