Empat Tip Alasan Kita Harus Menulis


MutiaraUmat.com -- Sebagai uslub (cara) berdakwah dengan tulisan ditulis dan disebarkan, memang menjadi tantangan kita di era sekarang, mengingat masifnya teknologi dan informasi. Kondisi di atas mengakibatkan makin mudahnya mengakses informasi. 

Fokus seseorang dalam menyerap konten/tulisan yang disajikan sangat ditentukan di tiga detik awal, makin menarik dan relevan suatu tulisan, maka kemungkinan dibaca akan makin banyak. Begitupun sebaliknya, tulisan yang tidak menarik dan kurang relevan, maka boleh jadi pembacanya akan kurang.

Membuat tulisan yang menarik dan relevan itu penting. Namun, mengetahui dan memahami alasan mengapa harus menulis sebagai sarana (uslub) dakwah jauh lebih penting. Setidaknya ada empat hal yang perlu dipahami agar menjadi penyemangat untuk menulis dalam kondisi apapun dan di mana pun. 

Pertama, wajib berdakwah. Harus dipahami bahwa meninggalkan kewajiban berdakwah merupakan dosa, sebagaimana kewajiban-kewajiban lainnya ketika ditinggalkan konsekuensinya adalah dosa. 

Kewajiban berdakwah tersebut tidak hanya dibebankan kepada para Kiyai atau para Ustaz saja. Tetapi untuk seluruh kaum Muslim, termasuk kita. Jikalau memilih menulis sebagai uslub untuk berdakwah, maka harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh, jangan asal mengugurkan kewajiban.

Kedua, menjadi pewaris para Nabi. Memilih menulis untuk dakwah, sama dengan menjadi pewaris para Nabi. Perkataan, perbuatan dan bahkan diamnya Nabi, semuanya dalam kategori dakwah. Dengan kata lain, para Nabi menjadi jembatan agar syariat Allah (perintah dan larangan) tersampaikan pada manusia. 

Karena itu, perkataan para pengemban dakwah adalah sebaik-baik perkataan. Sebab, mereka adalah penerus para Nabi. Dalam hal ini, kenyataan dakwah bisa dilaksanakan secara lisan dan tulisan. Allah SWT berfirman:

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru (berdakwah) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (TQS. Fushilat (41): 33).

Ketiga, berazam untuk menjadikan media tulisan sebagai uslub dakwah. Jadi, setelah mengetahui alasan mengapa harus berdakwah melalui tulisan, maka selanjutnya buatlah azam (tekad kuat dalam diri) untuk senantiasa menulis dalam rangka dakwah. 

Azam ini berfungsi sebagai pendorong diri dalam kondisi apapun, lapang maupun sedang sempit, untuk tetap menulis materi-materi dakwah. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 159:

"Apabila engkau telah berazam (sesudah bermusyawarah, untuk membuat sesuatu) maka bertawakalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengasihi orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (TQS. Ali-Imran: 159).

Keempat, ada tuntutan realitas umat yang rusak. Melihat kondisi umat hari ini, ibarat jauh panggang dari api. Muslim negeri ini adalah mayoritas, tetapi tidak menunjukkan tampak wajah kaum Muslim sejati. Justru sebaliknya, terjadi kerusakan di semua sendi kehidupan, sebagai buah dari diterapkannya sistem kapitalisme sekularisme yang rusak dan merusak.

Oleh karena itu, dalam rangka meluruskan pemahaman umat, untuk memudahkan penulis, mesti menentukan satu atau lebih topik yang diangkat sebagai acuan dalam menulis, seperti pendidikan, pergaulan, politik, hubungan internasional, atau dalam bidang umum (seperti menentukan sikap atau mengoreksi berita/kejadian yang viral).

Mengapa mesti menentukan topik yang diangkat dalam meramu tulisan? Sebab, peradaban ini begitu amat besar, akan sangat memberatkan jikalau kerusakan di semua sendi kehidupan dibebankan pada seorang penulis/pendakwah untuk meluruskan. Tentu akan lebih efektif bila tugas ini dipikul bersama, saling mengisi dan menyempurnakan.

Itulah empat alasan mengapa mesti menulis sebagai sarana dakwah. Semoga dengan empat alasan di atas menjadi penyegar dahaga kehidupan yang kian tercemar. []


Isropil Siregar
Aktivis Muslim

0 Komentar