MutiaraUmat.com -- Menurut Muslim Intelektual Yordania, Dr. Abu Talha, sesungguhnya AS menginginkan Houti sebagai elemen yang menonjol untuk pembentukan wajah Yaman yang baru sesuai keinginan AS.
“Isu Yaman, juga seperti isu Saudi dan Libya, semuanya harus tetap bertahan setelah hari ini. Untuk Yaman, tentunya AS ingin Houti menjadi elemen yang menonjol dalam pembentukan wajah Yaman yang baru. Dan tentunya ini bukan hal yang mudah bagi AS,” ujarnya dalam Kata Abu Talha dalam diskusi dengan judul Red Sea Crisis: The War Goes Beyond Gaza, Dr. Abu Talha, di kanal YouTube Islamic Oasis, Sabtu (13/01/2024).
Karena katanya, Yaman adalah murni Arab di wilayah negara Timur Tengah yang tidak memiliki ikatan langsung dengan negara-negara luar Arab seperti halnya kasus Iran. Jadi ada formasi baru, dimana Timur Tengah menjadi sebuah bagian integral dari dalam Houti. Dan ini adalah cara untuk pemberian kursi permanen Houti di Yaman.
“Jadi inilah yang sedang terjadi, bahwa perang yang menimpa di Gaza, efeknya bukanlah peristiwa single, tetapi ke depan menargetkan pergantian wajah Timur Tengah yang baru,” tegasnya lagi.
Ia menyebutkan bahwa dari pemberitaan Reuters dalam rubrik News Agency, Amerika telah memperingatkan Houti atas serangan roket di Laut Merah. Dan yang paling serius menanggapi serangan Houti adalah Inggris. Oleh karena itu, AS dan Inggrislah yang datang ke Yaman.
"Amerika menyatakan pada Houti agar mengurangi target serangan, sehingga pengaruhnya juga tidak meluas. Tetapi Inggris punya harapan yang berbeda dengan AS karena Inggris juga ingin terlibat dan bisa melakukan sesuatu," ujarnya.
Oleh karena itu katanya, setelah serangan Laut Merah, Inggris kembali datang, tetapi mengakui jika misinya bukan sebagai ahli pertahanan yang menguasai keadaan.
“Saya hanya ingin mengatakan bahwa sikap objektif kita dalam memandang ini adalah ada pesan serius kepada Houti, yaitu tidak boleh memilihkan antara keduanya (AS dan Inggris) yang menjadi pengendali Laut Merah. Kita juga tidak menginginkan sikap Houti yang demikian dan hanya sebatas ingin memberikan peringatan, tetapi tidak memberikan serangan yang menekan dengan sangat kuat. Sebab musuh akan menangkis dan berbalik menyakiti kita,” terang Dr. Abu Talha.
Di sisi lain kata Abu Talha, pesan yang ingin disampaikan dalam peristiwa Laut Merah adalah persoalan Konsil Kemanan yang tidak boleh main-main. Maka ia menyimpulkan serangan Houti hanyalah serangan kecil yang tidak berarti karena jika ingin menghentikan Houti, maka harus berhadapan lagi dengan Iran.
“Untuk menghentikan Houti, harus menyerang Iran lagi. Karena Iran salah satu penggerak Houti melakukan beberapa hal. Maksud saya, Iran telah bermain dengan jelas sekali dengan permainan sangat penting sejak perang Irak-Iran. Kemudian Irak secara umum, Afghanistan dan kini di Yaman,” pungkasnya. []M. Siregar.
0 Komentar