Demokrasi dan Masa Depan Umat Islam


MutiaraUmat.com -- Umat Islam Indonesia dan umat Islam sedunia saat ini hidup dalam sebuah sistem yang bertentangan dengan akidah Islam. Umat Islam dipaksa mengikuti sistem demokrasi yang menghasilkan kerusakan di berbagai sendi kehidupan. Demokrasi yang diusung dan dijadikan ideologi oleh Barat sebagai alat penjajahan kepada negara Muslim. Penjajahan berupa politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, teknologi dan sebagainya yang menyebabkan umat Islam terpuruk dan tertinggal. Bahkan sistem ini dibuat by design, untuk melanggengkan penjajahan dan mengeruk sember daya alam negara yang mayoritas penduduknya Muslim.

Barat yang mengklaim bahwa demokrasi adalah sistem yang paling ideal untuk diterapkan, karena memberikan ruang yang luas untuk kebebasan berbicara dan menerapkan hak asasi manusia. Pada faktanya justru kebebasan ini telah melahirkan berbagai masalah baru bagi manusia, terutama umat Islam. Bagaimana penistaan agama terus terjadi atasnama kebebasan berekpresi? Kasus penghinaan dan penistaan oleh Charle Hebdo beberapa tahun lalu yang membuat karikatur Nabi Muhammad SAW adalah contoh nyata batapa buruknya demokrasi. Tak ada kebebasan berekpresi yang tidak dibatasi, apalagi melanggar norma, hukum dan sensitifitas beragama. Kebebasan berekpresi ala demokrasi sesungguhnya telah bertentangan dengan islam.

Dalam hal hak asasi manusia, demokrasi telah melahirkan kelompok LGBT. Kelompok ini berpandangan bahwa mereka sebagai manusia memiliki hak untuk mencintai siapa saja dan menikah dengan sesama jenis. Gerakan ini sangat masif dan secara terbuka mengkampanyikan diri, serta mengajak siapa saja untuk bergabung. Tentu ini sangat berbahaya bagi umat islam, karena akan menghancurkan generasi dan menghilangkan salah satu fungsi manusia yaitu meneruskan keturunan. Selain menentang fitrah sebagai manusia yang hidup berpasangan, kaum LGBT juga telah mengalami logical palacy, kelemahan berfikir bahkan sampai kehilangan fungsi akal. Kaum LGBT ini termasuk dalam kategori manusia yang dan derajatnya lebih hina dari hewan. Kambing jantan tak mau kawin dengan kambing jantan dan selalu mencari kambing betina untuk meneruskan keturunannya. Tetapi manusia yang kehilangan akal merasa berhak meminta pengakuan untuk menikah dengan sesama jenisnya. Tidak ada keturunan yang lahir dari hasil pernikan sesame jenis.

Jika pernikahan sesama jenis ini terus diakomodir dan difasilitasi secara global oleh pengusung demokrasi yang telah kehilangan fungsi akal, kita dapat memastikan secara perlahan umat manusia akan punah dipermukaan bumi. Ini tentu membahayakan keberlangsungan umat islam sebagai umat terbaik, karena tugas sebagai khalifah dimuka bumi tidak tertunaikan.

Umat Islam sangat penting dan perlu membentengi keluarganya dengan pemahaman tsaqofah, fikriyah, syakhshiyah Islam secara benar. Pemahaman ini harus terus diupayakan dan diberikan kepada generasi muda Islam. Jika kita lalai dalam pembinaan generasi umat, maka kita akan kalah dengan arus demokrasi yang menyerang secara masif dari berbagai arah dan metode, dengan berbagai fasilitas dan kemajuan teknologi yang menawarkan kesenangan dunia yang menyesatkan. Jika kelalaian ini sengaja kita lakukan dan generasi umat Islam hancur sehingga tidak ada lagi yang mampu membela Islam, maka kita akan menghadapi pertanggungjawaban di hadapan Allah di akhirat.

Umat Islam yang mengusung dan mengikuti demokrasi harus berpikir ulang, harus mereset pemikiran sekuler ini dangan pemikiran Islam. Hanya sistem Islam yang memberikan kepastian keberlangsungan keturunan, serta menjaga dan menghormati martabat kemanusiaan. Jika umat Islam terus mengusung demokrasi sistem kufur ini, maka dapat dipastikan masa depan umat tetap berada dalam ketertindasan di dunia dan menghadapi tuntutan di akhirat. []


Agus Syarkani, S.K.M.
Aktivis Muslim

0 Komentar