MutiaraUmat.com -- PNS pasti menyambut bahagia kenaikan gaji mereka. Siapa pun yang mendengar akan kenaikan gaji PNS ini, pasti akan ikut senang. Hanya saja kenaikan gaji tersebut juga memiliki dampak lain. Dalam pandangan politik,
pertama, kenaikan gaji PNS memicu kecemburuan kaum buruh. Kaum buruh berulangkali melakukan aksi agar gaji mereka naik, hanya saja kenaikan gaji buruh ini sulit diintervensi pemerintah karena seolah-olah pemerintah menyerahkan hal tersebut kepada korporasi. Dampaknya, banyak hak-hak kaum buruh yang belum diakomodasi, terlebih sejak UU Omnibus Law disahkan, hal tersebut lebih memberikan ruang kepada korporasi untuk bersikap seenaknya kepada buruh.
Kedua, muncul dugaan kenaikan gaji PNS jelang pemilu 2024 bermuatan politik. PNS dinaikkan gajinya, rakyat kecil diberi bansos, seolah-olah pemerintah sedang mempertahankan citranya di hadapan rakyat. Padahal di balik ini semua, pemerintah telah menaikkan harga BBM, belum mampu menyetabilkan harga pangan jelang Ramadhan ataupun lebaran, dan sulitnya mendapatkan penghidupan yang layak untuk seluruh rakyat di negeri ini.
Ketiga, secara ekonomi, kenaikan gaji PNS belum bisa mengofer sulitnya hidup di sistem sekuler kapitalisme ini. Yang dibutuhkan rakyat selain mendapatkan gaji yang layak juga penghidupan yang layak, seharusnya pemerintah menerapkan aturan yang menyejahterakan bukan yang menyengsarakan rakyat. Dalam sistem kapitalisme yang menjadi banyak kebijakan di negeri ini, sejatinya hanya menguntungkan dan menyejahterakan segelintir orang saja, rakyat lainnya hanya gigit jari. Jurang si kayak dan si miskin makin lebar, yang kaya makin sedikit, dan yang miskin makin banyak.
Keempat, gaya hidup PNS makin sekuler, hedon, dan bebas. Karakter PNS maupun rakyat di negeri ini jauh dari akhlak yang baik dan makin sekuler, liberal, dan hedonis. Dapat dilihat sendiri, bagaimana gaya hidup PNS hari ini? Sedikit-sedikit utang bank, mentang-mentang punya SK yang bisa dibuat agunan pinjaman uang di bank. Belum apa-apa sudah utang bank untuk beli rumah baru, mobil baru, dan sebagainya. Oleh karena itu, harapan mereka makin berakhlak akan sulit terwujud jika sistem yang diterapkan hari ini sekuler dan liberal.
Jika sistem yang diterapkan masih bernafaskan sekuler kapitalisme, sejatinya kesejahteraan hanya menjadi pepesan kosong dan utopia. Selain itu, terciptanya insan yang berakhlak dan berbudi luhur adalah perkara yang sulit. Sistem kapitalisme sekuler membuat manusia hidup serba bebas menuruti hawa nafsunya. Mereka tidak dibentuk memiliki dedikasi yang baik walaupun penyuluhan-penyuluhan itu ada. Karena tanpa Islam dan perangkatnya, sejatinya mereka hanya membentuk karakter sekuler melekat pada rakyat di negeri ini.[]
Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute
0 Komentar