MutiaraUmat.com -- Benarkah anda mencintai Rasulullah? Lantas apakah anda sudah membuktikannya? Lalu bagaimanakah cara kita membuktikannya?
Sebagai umat Islam tentulah kita sangat mencintai Nabi Muhammad SAW, jika ada umat Islam yang tak mencintai beliau tentu dapat dipertanyakan keimanannya. Lalu jika berbicara tentang mencintai pastilah cinta itu perlu pembuktian. Katanya sih begitu, Setuju? Lalu bagaimana cara kita membuktikan cinta kita kepada Rasulullah?
Banyak cara untuk membuktikan kecintaan kita kepada Rasulullah. Cara pembuktian kepada Rasulullah salah satunya adalah meneladani segala perbuatan dan tingkah laku Beliau, termasuk bagaimana cara Rasulullah berdakwah. Jika kita berbicara dakwahnya Nabi sungguh luar biasa dalam menyampaikan Islam membebaskan jahiliyahnya bangsa arab, kemudian mendirikan negara Islam pertama di Yastrib hingga terus menyebar Islam sampai menguasai 2/3 dunia. Luar biasa bukan?
Penulis teringat pesan menarik dari Ustaz Muhammad Ismail Yusanto yang mengatakan “Jika kita berbicara dakwah itu cuma ada dua. Jika tidak lisan ya tulisan.” Lebih lanjut beliau mengatakan “Akan sangat bagus jika kita menguasai keduanya. Lisannya tajam setajam tulisannya, tulisannya tajam setajam lisannya, tetapi jika kita tidak bisa dua-duanya jangan tidak dua-duanya”.
Kita mungkin tidak sehebat Rasulullah dan para sahabatnya dalam berdakwah yang dengan lisannya dapat membangkitkan kesadaran suku Aus dan Khajraz lalu memberikan pertolongan kepada Rasulullah demi tegaknya Islam. Namun kita bisa memilih cara berdakwah melalui tulisan, yang mana dengan tulisan kita dapat memberikan pencerahan umat ke jalan kebaikan. Terlebih dalam era media sosial ini, medan dakwah mengalami perkembangan yang luar biasa membuat uslub (cara) berdakwah semakin bervariasi.
Jika kita mengamati apa yang ada pada media sosial terdapat beragam konten yang tak jarang konten-konten tersebut berisikan hal yang kurang bermanfaat bahkan negatif. Bahkan saking ingin viralnya mereka rela mempertontonkan kebodohan dan berunsur seksual. Hal ini tentulah sangat disayangkan. Terlebih siapapun bisa mengakses konten tersebut tanpa ada yang menyaringnya. Bukankah berbahaya jika ditonton oleh generasi muda Islam? Akan jadi apa generasi muda Islam nantinya jika setiap hari dipertontonkan dan membaca hal semacam itu?
Berkaca dari itu para pembaca yang budiman, maka jangan hanya berdiam diri saja membiarkan konten-konten kemaksiatan ada ditengah-tengah kita, ayo bersama kita lawan. Jika kita tak mampu berdakwah secara lisan seperti Rasulullah dan sahabatnya atau seperti para Da’i, Ustaz, serta para Tuan Guru lainnya, kita dapat memilih jalan lain yaitu berdakwah dengan cara tulisan.
Menulis selain tujuannya untuk berdakwah tentu akan membuat kita semakin ingat terhadap ilmu yang dimiliki. Sebagaimana dalam sebuah hadist Rasulullah SAW bersabda, “Jagalah ilmu dengan menulis”. Selain itu pula dengan menulis membuat kita hidup abadi. Lihatlah Para Ulama, kendati mereka sudah tiada namun karena tulisannya mereka kekal abadi hingga kiamat nanti. Siapa tak kenal dengan Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Nawawi, Imam Ghazali dan Ulama mashur lainnya, bukankah mereka sudah berpulang menghadap Sang Pencipta-Nya? Namun tidak dengan karya-karya tulisannya yang mana tetap dibaca, dipelajari, dan diamalkan oleh umat Islam hingga sekarang.
Jadi, para pembaca yang budiman masihkah anda mengaku cinta kepada Nabi? Jika iya ayo kita buktikan dengan meneladani dakwahnya. Jika tak bisa dengan lisan mari kita berdakwah dengan tulisan. Semoga Allah Ta'ala senantiasa memberikan kebaikan serta pertolongan atas apa yang kita niatkan. Aamiin.
Oleh: Ridho Ryanto
Aktivis Muslim
0 Komentar