MutiaraUmat.com -- Generasi adalah suatu penerus bangsa. Namun, generasi saat ini semakin jauh dari kebaikan. Bahkan mereka menjadi generasi yang lebih dekat dengan tindak kriminal. Seperti berita yang memilukan hati kembali muncul, di Desa Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, seorang siswa SMK berinisial JND (17 tahun), melakukan pembunuhan satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 orang anak.
Menurut keterangan polisi pelaku mengaku sakit hati dan dendam kepada korban R. sebelumnya pelaku merupakan tetangga korban yang sering cekcok, akan tetapi di lain sisi pelaku mengaku membunuh bukan karena sakit hati tetapi membutuhkan uang untuk membayar biaya servis HP, (
Kompas.com. 6/2/2024).
Akar Masalah
Melihat fakta ini semakin menunjukkan betapa bobroknya generasi muda saat ini. Peristiwa memilukan ini disebabkan oleh sistem sekularisme, sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga melahirkan generasi yang bersifat beringas dan sadis.
Dalam sistem pendidikan saat ini pun sangat jauh dari aturan Islam, sehingga melahirkan generasi tidak bermoral. Alhasil kerusakan remaja sangat dahsyat, ditambah lagi imbas dari kejahatan tersebut bukan hanya keluarga saja, tetapi masyarakat dan juga negara.
Ada beberapa faktor dalam permasalahan generasi saat ini diantaranya:
Pertama adalah keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam mendidik dan membuat kepribadian yang baik bagi anak. Namun saat ini peran keluarga sangat minim. Alhasil kurangnya perhatian orang tua dalam mengasuh anak, tentu akan berpengaruh pada pola pikir anak dan pastinya akan berdampak negatif bagi perkembangan kepribadiannya.
Sejatinya jika kita menginginkan generasi yang sholeh dan sholehah, maka harus dimulai dengan orang tua yang sholeh dan sholehah juga. hal itu bisa terwujud hanya dengan adanya pola pendidikan keluarga yang mengarah pada Islam. Anak sangat membutuhkan sauri teladan yang baik dari keluarganya. Jika mereka tidak memilikinya, tentu saja mereka akan cenderung mencari identitas dan dukungan di luaran sana yang bisa jadi mereka mengarah pada pergaulan yang salah.
Kedua, masyarakat. Masyarakat sangat dibutuhkan dalam membentuk kepribadian anak. Sebab pengawasan masyarakat bisa mencegah perilaku pada anak. Justru dalam sistem sekuler, sikap masyarakat cenderung tidak peduli, bahkan cara pandangan masyarakat sekuler pun, cenderung menormalisasikan perilaku tersebut.
Sistem ini pun melahirkan gaya hidup liberal, dan budaya pacaran. Tetapi justru sebagian masyarakat menganggap ini semua sesuatu yang lumrah dan biasa dalam kehidupan. Akhirnya generasi lebih dekat dengan kehidupan sekuler yang menurunkan nilai moral dan akhlak mereka.
Hal ini tentu membuat orang untuk khawatir, mengingat lingkungan masyarakat yang tidak kondusif inilah pentingnya sistem sosial masyarakat yang Islami, bukan hanya keluarga yang Islami saja.
Ketiga, negara. Mengingat sudah beberapa kali kurikulum pendidikan berganti dan sejauh ini pergantian kurikulum tersebut tidak berpengaruh positif bagi perilaku anak didik. Sebab, kurikulum yang dipakai selama ini adalah kurikulum yang berasas pada akidah sekularisme, yang memisahkan agama dari kehidupan.
Di sisi lain, generasi saat ini berdampingan dengan alat komunikasi (HP), sehingga mereka bergaul bukan hanya di dunia nyata tetapi juga di dunia maya. Dengan demikian peran negara sangat dibutuhkan dalam hal ini. Namun faktanya negara telah gagal dalam membendung hal-hal buruk yang ditayangkan di Media Sosial. Seperti pornografi, perundungan, kekerasan, seks bebas, kriminal dan masih banyak lagi konten-konten yang dapat merusak pola pikir anak.
Negara pun seharusnya mulai menyusun kurikulumnya sistem pendidikannya dan pengawasan digital nya, itu semua harus mulai diperhatikan oleh negara.
Islam Solusinya
Melahirkan generasi yang berkualitas, memiliki karakter yang baik, dan cerdas, tentu saja menjadi impian kita selama ini. Akan tetapi hal ini sulit terwujud. Sebab, generasi saat ini lahir dari sistem kapitalisme. Generasi semakin jauh dari aturan Islam dan tingkat kejahatan generasi semakin tak terbendung.
Sungguh sangat berbeda dengan sistem Islam, Islam adalah agama yang sempurna yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala untuk seluruh umat Islam, dan Islam adalah solusi terbaik dari segala program yang ada. Islam mengatur perannya masing-masing sepertinya halnya dalam pendidikan keluarga.
Dalam Islam, keluarga adalah madrasah pertama bagi anak yang mengajarkan aqidah Islam sebagai dasar didik anak, dengan mengajarkan aqidah Islam pada anak akan membentuk karakter iman dan ketaatan. Sehingga dapat mencegah anak melakukan kemaksiatan. Selain itu anak harus diajarkan bertanggung jawab atas apa yang diperbuat nya, maka anak akan mampu bersikap dewasa dan mengetahui halal dan haram sebagai dasar perbuatan.
Budaya saling menasehati sesama muslim akan mencegah individu berbuat kerusakan. Masyarakat yang terbiasa menasehati sesama muslim tentu saja tidak akan memberikan kesempatan kepada generasi melakukan kejahatan seperti membunuh.
Kemudian menerapkan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam, ini tentu akan membentuk generasi berkepribadian Islam. Negara wajib menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam aspek kehidupan, negara pun wajib memenuhi segala kebutuhan pokok rakyatnya agar terhindar dari berbagai kejahatan. Negara juga harus memberantas konten-konten yang buruk seperti pornografi, kekerasan, dan menghentikan peredaran miras, hingga memberantas narkoba. Negara harus menegakkan fungsi hukum Islam sebagai penindakan setiap pelanggaran syariat Islam.
Inilah aturan Islam ketika diterapkan dalam negara. Semua ini hanya bisa terwujud dengan adanya pemimpin yang menerapkan aturan Islam secara kaffah yakni Khilafah. Sebab hanya sistem Islam lah yang mampu mewujudkan kesejahteraan untuk umat manusia dan dalam bermasyarakat, dan bernegara.
Wallahu ‘alam bishawwab.
Oleh: Dwi Oktaviani
Aktivis Generasi Peduli Umat
0 Komentar