MutiaraUmat.com -- Mohammad Iqbal Ahnaf, akademisi dari Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS) Universitas Gajah Mada, mengingatkan pemerintah dan masyarakat untuk mewaspadai narasi-narasi kebangkitan Islam. Pendapatnya, narasi-narasi tersebut, berpotensi mendapatkan momentum pada tahun 2024, bertepatan dengan peringatan 100 tahun jatuhnya Kekhilafahan Utsmaniyah. Ia mengatakan, kebangkitan khilafah selama ini hanya sebatas ide atau teori (beritasatu.com, 12/01/2024).
Ia menjelaskan, pernyataan kurang lebih 100 tahun sebagai pedoman kembalinya khilafah harus disikapi dengan hati-hati. Secara empiris, ia mengungkapkan perjuangan hizbut tahrir untuk menegakkan Islam dan khilafah hingga saat ini belum menunjukkan tanda-tanda keberhasilan. Partisipasi masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa narasi dukungan terhadap model khilafah sebagai bentuk pemerintahan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dikatakannya, para pendukung khilafah melontarkan dua jenis tawaran: pertama, tawaran berupa gagasan khilafah, dan kedua, dukungan moril dan materiil kepada mereka yang termarjinalkan (m.tribunnews.com, 10/01/2024).
Mewaspadai narasi-narasi kebangkitan Islam di negeri mayoritas Muslim tidaklah masuk diakal. ketidakmasukakalan itu diperjelas dengan mengingatkan penguasa dan umat Muslim untuk seolah-olah anti terhadap salah satu ajaran agamanya yaitu khilafah. Ini suatu kekeliruan yang sangat fatal sehingga harus segera diluruskan dengan tegas. Umat Muslim tidak boleh takut dengan ajaran agamanya sendiri. Umat Muslim harus mengetahui bahwa khilafah ialah ajaran Islam. Khilafah merupakan suatu kepemimpinan menyeluruh untuk umat Muslim sedunia agar dapat menerapkan hukum-hukum syarak dan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh alam. Dalam pengertian tersebut, apakah khilafah perlu diwaspadai oleh umatnya sendiri? Sungguh sangat miris umat Muslim hari ini jika sudah mendapatkan kebenaran dari khilafah, tetapi lebih memilih tetap mempercayai mereka yang hanya menginginkan kejatuhan selama-lamanya untuk umat Islam.
Umat Muslim di negeri ini disusupi oleh dasar aturan hidup yang sekularisme yakni memisahkan individu dalam kehidupannya dengan agamanya. Dasar yang diambil umat hari ini bukanlah dasar yang makin mengenalkan dan memahamkan umat pada ajaran-ajaran agamanya tetapi menjauhkan, melupakan bahkan memusuhinya. Lemahnya benteng umat Muslim lalu kuatnya nilai-nilai dari dasar sekularime yang disuntikkan, mengubah cara pandang dan melalaikan umat muslim untuk mempelajari ajaran-ajaran agamanya sehingga umat Islam terus terpuruk dalam penderitaan karena ulah dasar dari sistem kapitalis yang terus dipelihara di negeri ini.
Umat Muslim diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk belajar ilmu syar’i. Dengannya, umat menjadi tahu bahwa salah satu ajaran dari Islam adalah khilafah. Ilmu sejarah Islam yang dipelajari umat akan bisa memperjelas betapa luar biasanya berada dalam kepemimpinan Islam. Berbagai aspek kehidupan disejahterakan oleh Islam karena panduannya adalah Al-Qur’an yang merupakan petunjuk dari Pencipta manusia, alam, dan kehidupan dalam pengaturan-Nya.
Pengaturan kehidupan umat di bawah Khilafah Islamiyah bisa dilihat dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut dapat kita tinjau contohnya pada ekonomi dan pendidikan. Pengaturan ekonomi dalam Khilafah Islamiyah sangat mengutamakan keadilan untuk masyarakat terlihat dengan sejahteranya umat waktu itu seperti di masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz tersebab tidak berhaknya seorang pun harus diberikan zakat karena terpenuhinya semua kebutuhan umat dalam pengaturan Islam. Berbeda dengan pengaturan ekonomi dalam sistem kapitalis sekuler yakni pengaturan yang mengutamakan kepentingan segelintir orang agar terpenuhi namun membuat rakyat menderita akibat ulah mereka, akibatnya tanah rakyat dirampas, kesehatan mereka tergerogoti oleh limbah pabrik dan bejibun akibat buruk yang dimunculkan dari penerapan sistem kapitalis sekuler.
Selain itu, pengaturan pendidikan dalam Khilafah Islamiyah mulai dari input, proses, dan outputnya menghasilkan manusia-manusia yang berakidah kuat, bertakwa kepada Allah TA’ALA, beradab dan berakhlak Islam, cemerlang pemikirannya dan memberikan manfaat untuk umat. Berbeda dengan pendidikan di dalam sistem kapitalis sekuler, mulai dari input, proses, dan outputnya sarat akan mahalnya pendidikan sehingga menghasilkan kesenjangan untuk rakyat dalam mengakses pendidikan, kemudian mengajarkan pembelajaran yang semata untuk mencapai keuntungan duniawi, melahirkan manusia-manusia yang kurang adab dan akhlak, mudah stres bahkan bunuh diri karena dalam prosesnya sama sekali tidak tersentuh mulianya pendidikan Islam yang akan menguatkan ruh dan fisiknya.
Luasnya dan mulianya ilmu Islam semestinya membuat umat Muslim kembali mempelajari dan memahami ajaran-ajaran agamanya. Mempelajari Islam harus dengan dasar yang benar yaitu sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, agar semangat dalam mempelajari Islam dan menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari serta menegakkan Khilafah Islam. Maka umat harus bergabung dalam partai dakwah ideologis agar umat segera keluar dari nestapa hidup yang penuh pederitaan kepada kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan, ketenangan hati dan pikiran dalam ketaatan kepada Allah dengan adanya institusi Khilafah Islamiyah. []
Oleh: Osami Putri Anelta
Aktivis Muslimah
0 Komentar