UIY: Kondisi Politik Negara Membuat Umat Tidak Tegas Memegang Prinsip Agama


MutiaraUmat.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto mengingatkan, tauhid, akidah, keimanan harus dijaga betul, jangan sampai gara-gara toleransi yang salah arah, maka rusak tauhid kaum Muslim.

"Toleransinya seperti apa itu penting, ada persoalan apa, kondisi politik di negeri kita membuat sebagian umat Islam tidak kuat mental bersikap tegas menghadapi moment-moment krusial setiap akhir tahun. Maka kajian penting untuk memberikan suntikan prinsip, semangat, supaya keukeuh memegang hal-hal prinsip dalam agama kita. Isa itu nabi bagi kaum muslimin," jelasnya dalam Live Fokus Reguler berjudul Natal, Tauhid dan Toleransi di kanal Youtube UIY Official, Ahad (24/12/2023) lalu.

"Kalau dia lahir tanpa bapak, disebut anak tuhan, Nabi Adam lebih layak sebagai anak tuhan, karena lahir tidak punya bapak ibu. Bahkan Allah mengatakan ‘inama la isa ‘indallahi kama adam qola qohum turabu kun fayakun’. Bagi Allah jangankan menciptakan manusia tanpa bapak, tanpa bapak ibu, bahkan alam semesta seisinya saja bisa. Allah itu ‘ala kuli syaiin qodir'," tuturnya lagi.

Ustaz Ismail menambahkan, "Jadi itu keyakinan kita, dalam ilmu pengetahuan bisa dijelaskan. Ada istilah Parthenogenesis, yaitu pembuahan betina tanpa intervensi jantan, terjadi pada beberapa hewan vertebrata, misal hiu dan komodo. Apakah Nabi Isa melalui mekanisme tersebut, Allaahualam. Pada tahun 1956 pernah dilaporkan dalam sebuah medical jurnal The Lancet, ada 19 kasus ‘virgin birth in pregnancy’. Jadi kehamilan perawan/manusia/gadis, 19 kasus. Setelah melalui penelitian 6 bulan disimpulkan bahwa fisiologis memungkinkan terjadi kehamilan dan kelahiran virgin."

"Artinya bukan sesuatu yang aneh, kalau berdasar itu kita menyebut Nabi Isa sebagai anak tuhan. Kemudian ditambah fakta-fakta yang di kalangan umat nasrani pun meragukan, bahwa apakah betul Nabi Isa lahir pada bulan Desember, lalu apa betul kalau sekarang orang sering menyebut pohon natal, cemara itu. Kalau kita merujuk pada Al-Qur’an surat Maryam: 22-26, kita bisa mengetahui ada pohon yang lekat dengan kelahiran Nabi Isa, adalah pohon kurma. Karena Siti Maryam saat kehamilan makin besar diperintahkan untuk bertelekan atau bersandar di pangkal pohon kurma, 'wabushli fihli fijid li nahlah', kemudian disuruh menggoyang-goyang, 'tuftu sakif turaban janiyya', supaya ruttob, kurma yang sudah matang atau kurma basah pada jatuh, untuk makan Maryam. Pohon kurma itulah yang lekat dengan kelahiran Nabi Isa, pohon natal ya pohon kurma itu. Kemudian ada ruttob, itu penting karena indikatif sekali," paparnya.

"Kalau kita perhatikan kurma menjadi ruttob setelah 120-130 hari semenjak pembuahan, setelah menjadi habbabauk, kira-kira bulan Mei-Juni-Juli-Agustus-September. Jadi kalau disebutkan bahwa Siti Maryam hamil besar pada saat kurma menjadi ruttob, maka kemungkinan lahir September—Oktober bukan Desember. Artinya, dalam perayaan ini ada banyak sekali tahayul dan khurafatnya, menyangkut posisi Nabi Isa yang diklaim sebagai anak tuhan, kelahirannya Desember, termasuk tentang pohon natal,"  imbuhnya.

"Pada titik seperti sekarang, penting bagi umat Islam menjaga tauhid, karena itu milik paling berharga. Jika hilang, nggak ada artinya hidup. Dalam Al Qur’an tanpa tauhid dan keimanan kita pada Allah, “fahabitoth a’maluhum”, ditolak amal-amal sholehnya. Amal seluruh amal-amalnya itu. “Fala nukilmulahum yaumal qiyamati waznah”, tidak ada perhitungan, sia-sia. Perbuatan sebaik dan sebanyak apapun, misalkan berderma, itu tidak ada artinya di sisi Allah Swt.," tambahnya.

"Kalau ada yang memaksakan, dia yang tidak toleran. Batas toleran kita membiarkan mereka merayakan natal. Tidak boleh diganggu, atau dicaci-maki, dibiarkan. Itu batas toleransi, kalau meminta lebih, maka mereka yang tidak toleran. Perayaan natal bersama di masa orde baru, dimasukkan antara kristen katholik dan kristen protestan. Dulu sendiri-sendiri, kemudian dibuat oleh menteri Prawiranegara, natal bersama. Kristen katholik dan kristen protestan. Sekarang, kenapa diterjemahkan natal bersama umat Islam. Ini sudah kebablasan," pungkasnya.[] Tari Handrianingsih

0 Komentar