Stok Aman kok Impor Beras, Enggak Bahaya ta?


MutiaraUmat.com -- Presiden Jokowi mengumumkan rencana pemerintah untuk impor beras total senilai tiga juta ton, dengan rincian satu juta ton dari India dan dua juta ton dari Thailand. Hal ini disampaikan Presiden Jokowi di acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St. Riges, Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Salah satu prioritas dari impor beras tersebut adalah untuk bantuan pangan, bukan untuk operasi pasar secara masif. Selain itu, impor beras sebanyak tiga juta ton tersebut ditujukan untuk menekan laju inflasi bulanan dan tahunan yang disebabkan oleh komoditas beras.

Menurut catatan Bisnis.com, Selasa (02/01/2024) Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komoditas beras masih mengalami inflasi bulanan pada Desember sebesar 0,48 persen (mtm), sedangkan inflasi beras tahunan sebesar 17,07 persen (yoy).

Alasan Jokowi untuk harus impor beras sekarang adalah untuk mengamankan cadangan strategis ketahanan pangan. Pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk impor beras tersebut.

Pemerintah menetapkan keputusan impor beras ini didasarkan kepada neraca pangan untuk menjaga keseimbangan stok cadangan beras pemerintah (CBP).

Direktur utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, sampai saat ini di neraca pangan untuk beras adalah dua juta ton. Sementara itu, ia justru menegaskan bahwa stok cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini di gudang Bulog masih aman. Dan masih ada proses penugasan impor tahun lalu yang belum terealisasi sebesar 500.000 ton.


Impor Beras Tak Menurunkan Harga Beras

Meskipun impor beras naik setiap tahunnya namun harga beras di pasar justru naik setiap tahunnya. Hal ini dibenarkan oleh Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi. Ia menilai, harga beras akan terus melonjak meskipun impor beras dilakukan, sebab produksi di dalam negeri terus merosot.

Ia mengungkapkan sebab harga beras di pasar tidak kunjung turun ada tiga. _Pertama,_ penurunan produksi beras yang belum pulih, _kedua,_ biaya produksi yang masih tinggi khususnya pupuk, _ketiga,_ kebijakan negara-negara produsen beras yang memproteksi pasokan mereka sehingga harga beras dunia melambung.

Pengamat Pertanian sekaligus Ketua Komunitas Industri Beras Rakyat (Kibar), Syaiful Bahari mengatakan, harga beras tahun 2024 masih akan melambung. Hal ini disebabkan oleh suplai gabah petani yang masih sangat terbatas bahkan berkurang tiap tahun.

Kemampuan Bulog untuk menyerap gabah petani sangat rendah disebabkan oleh standar kualitas gabah dan beras yang ditetapkan oleh Bulog terlalu tinggi. Standar ini hanya bisa dipenuhi oleh penggilingan padi besar dan modern.


Inkonsistensi Kebijakan Impor

Kebijakan impor beras Jokowi sungguh sangat ganjil. Pertama, deal-deal kontrak impor ini sudah disepakati sejak Februari tahun 2023. Padahal impor itu bisa dilakukan dalam waktu singkat. Dengan dalih ketegangan terusan Suez dan kasus Timur Tengah sehingga menghambat transportasi pengiriman beras adalah hal yang tidak masuk akal. Pasalnya banyak pedagang yang masih lancar melakukan impor mandiri sampai hari ini.

Kedua, keputusan impor beras sangat tidak berlandaskan pengkajian utuh. Data menunjukkan target cadangan beras pemerintah (CBP) untuk stok aman tahun 2023 adalah 1,2 juta ton. Sementara itu saat ini stok CBP ada 1,4 juta ton. Jadi stok CBP sebenarnya aman sebagaimana diungkapkan oleh Dirut Bulog sendiri.

Kebutuhan nasional beras per bulan berkisar antara 2,25 juta ton sampai dengan 2,5 juta ton.

Ditambah data panen raya yang mundur sekitar tiga Minggu sampai dengan satu bulan di mulai di bulan Maret nanti. Hal ini menunjukkan bahwa produksi beras nasional saja masih bisa mencukupi walau tidak langsung semua bisa di stok di awal tahun.

Alasan penundaan panen raya karena kekeringan dan pergantian iklim justru tidak tepat, dengan data di atas.

Ketiga, alasan impor disebabkan semakin merosotnya produksi gabah nasional adalah bukti penguasa lepas tangan atas masalah yang ditimbulkannya melalui kebijakan.

Salah satunya kebijakan beragam pembangunan proyek strategis nasional maupun regulasi tata wilayah telah merampas banyak tanah pertanian.

Dari data Kementan (Kementrian Pertanian), alih fungsi lahan pertanian mencapai 90.000 hingga 100.000 hektar per tahun.

Selain itu penurunan kualitas tanah juga menjadi pemicu penurunan produksi beras.

Pemerintah justru tidak berupaya memberikan edukasi langkah intensifikasi secara masif dan merata bukan tebang pilih saja.

Belum lagi masalah pupuk kimia yang turut merusak tanah pertanian. Hal ini membutuhkan keseriusan pemerintah untuk menyediakan pupuk organik yang baik untuk tanah dengan harga terjangkau.


Distribusi

Dari uraian di atas, masalah yang paling menonjol adalah distribusi bukan stok berasnya. Distribusi dari daerah dengan stok melimpah ke daerah yang membutuhkan.

Dari sinilah keterjangkauan, ketersediaan dan masalah harga bisa teratasi. Bukan sebaliknya, impor sana-sini tetapi harga tetap melambung. Namun klise yang sering dipakai ketika hendak memuluskan jalan impor adalah harga beras yang masih tinggi.

Justru sangat mencurigakan jika impor jalan hingga triliunan uang negara, namun tiada hasil yang signifikan untuk menurunkan harga beras. Hal ini akan menjadi peluang korupsi apalagi jelang pesta demokrasi, modus pembagian bantuan kerap ditunggangi kepentingan perebutan suara masyarakat.


Solusi Islam

Islam sebagai agama sekaligus peraturan kehidupan sangat memperhatikan ketersediaan bahan makanan pokok masyarakatnya. Karena kebutuhan makan adalah kebutuhan paling mendasar.

Khilafah secara konsisten dan kontinyu melakukan pendataan jumlah kebutuhan pangan warga negaranya. Dari data tersebut khilafah memiliki acuan dalam menyediakan ketersediaan bahan makan dan memantau jalannya mekanisme pasar. Karena ketimpangan ketersediaan bahan makanan sangat diwarnai beragam praktek haram. Salah satunya penimbunan (ikhtikar), khilafah akan menghukum pelaku penimbunan dan mengembalikan barang yang ditimbun ke pasar (dijual belikan). Dengan langkah ini kondisi ekonomi makin sehat.

Khilafah juga melarang pelaku monopoli, dalam hal ini termasuk penguasaan lahan oleh para oligarki yang menyebabkan menyempitnya lahan pertanian.

Khilafah memiliki peran vital didalam distribusi barang kebutuhan mendasar. Dari data yang dimiliki akan sangat mudah baginya mendistribusikan bahan makanan pokok.

Keseriusan khilafah dalam menangani krisis pangan dilandaskan kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadits dari jalur Abu Hurairah radhiya-Llahu ‘anhu, bahwa Nabi shalla-Llahu ‘alaihi wa Sallama, bersabda:

إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدْلٌ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ ، وَإِنْ يَأْمُرُ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ [رواه البخاري ومسلم]

Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [Hr. Bukhari dan Muslim]. []


Heni Trinawati, S.Si.
Analis Mutiara Umat Institute

0 Komentar