Sejarawan Muda: Indonesia Memiliki Sejarah sebagai Bangsa yang Gemilang

MutiaraUmat.com -- Sejarawan Muda, Nicko Pandawa mengungkapkan bahwa rakyat Indonesia memiliki sejarah sebagai bangsa yang gemilang, lugasnya dalam Fokus Spesial Refleksi Akhir Tahun di kanal YouTube UIY Official, Ahad (31/12/2023).

"Maka dari itu seharusnya generasi baru kita yakni gen Z dan milenial itu tidak terputus kepribadiannya dengan kepribadian nenek moyang kita di masa lalu. Jangan dikira nenek moyang kita itu orang bar-bar, orang yang kasar, bodoh, dan tidak literate," ujarnya.

Bung Nicko memaparkan, sebagai bangsa yang gemilang, tentu memiliki pola-pola dalam kepribadian yang pernah ditunjukkan dalam sejarahnya. Yang pertama misalkan, berpola pikir kosmopolitan, yakni terbuka dengan perbedaan, kedua terlahir sebagai pejuang, ketiga terintegrasi dengan Islam, keempat, bersikap pemurah kepada siapa saja. Dan itu merupakan kesimpulan dari pembacaan-pembacaan sejarah yang dilakukan dan didapatkan di lapangan.

"Kita memiliki banyak warisan sejarah yang benar-benar mind glowing. Ternyata umat Islam di indonesia memiliki karakteristik yang mungkin tidak terpikiran untuk generasi sekarang yakni kosmopolitan. Ini terbukti dengan banyaknya kuburan orang-orang dari luar Indonesia, seperti dari Thailand dan Filipina. Sehingga dari situ, jika kita berkaca pada kasus terbaru yaitu Rohingya, justru sangat aneh kenapa kita jadi xenofobia, yaitu anti terhadap orang Asing. Kenapa kita jadi anti terhadap orang-orang ini? Karena adanya faham xenofobia," jelasnya.

Hal tersebut katanya, menunjukkan bahwa ada yang terputus dari sejarah kita, kepribadian Gen Z atau milenial saat ini terputus dari kepribadian orang-orang tua mereka zaman dahulu. Nah ini yang kemudian menjadi isu penting dalam mengembalikan identitas kita.

"Maka ketika dikaitkan dengan peristiwa 7 Oktober di Palestina yaitu perang antara pejuang Humas dengan Zionis Yahudi, banyak orang-orang yang mencari tahu asal mula penjajahan di Palestina. Didapatilah orang-orang Yahudi yang mengungsi dari Eropa ke Palestina. Nah, masyarakat Indonesia mengkhawatirkan pengungsi Rohingya seperti itu karena case nya sama. Namun, itu tidak apple to apple. Jadi terputus bagaimana memandang sejarah Palestina dengan sejarah Rohingya tidak seimbang yang akhirnya kita miris, rata-rata orang kemudian menghina Rohingya dengan kata-kata yang tak pantas," terangnya.

Sampai-sampai, katanya, Jurnalis Palestina Hebhu Jamal mengkritisi tingkah netizen Indonesia yang seperti itu. Bahkan jurnalis tersebut mengatakan bahwa kami tidak butuh Anda untuk membantu atau peduli dengan Palestina kalau sikap Anda terhadap Rohingya demikian.

Negara di Asia

Sementara itu, negara-negara di Asia Tenggara yang mengakui kedaulatan Israel atau Palestina itu ternyata beda-beda sikapnya. Malaysia, Indonesia, dan Brunei itu mengakui Palestina dan tidak mengakui Zionis. Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina mengakui keduanya, baik Palestina maupun Zionis yaitu Two state solution, tetapi ada dua negara di Asia Tenggara yang hanya mengakui entitas Zionis Yahudi seraya menolak kedaulatan Palestina, yaitu Singapura dan Myanmar. 

"Apabila dilihat dari sejarahnya, Myanmar merdeka dari Inggris, sama tahunnya dengan proklamasi berdirinya entitas Zionis yaitu pada tahun 1948, dan salah satu negara Asia yang pertama mengakui kedaulatan Zionis itu adalah Myanmar. Maka wajar jika Myanmar melakukan pembantaian dan pengusiran terhadap rakyat Rohingya," tandasnya [] Nurmilati

0 Komentar