MutiaraUmat.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menegaskan, jika ada yang mengatakan bahwa tuhan itu punya anak atau ada anak tuhan lahir, maka itu sudah menyentuh titik paling esensial dari tauhid, dari keesaan Allah SWT.
"Memperjelas natal ini sebenarnyai apa. Berdasarkan hal itu baru kita mengambil sikap, mesti jelas dulu, tidak boleh memahami berdasar persepsi kita. Tapi betul-betul apa yang mereka katakan atau apa yang mereka mau dengan perayaan Natal. Tidak ada yang lebih otoritatif selain merujuk pada pernyataan resmi KWI dan PGI di tahun 2019, saya kutip pernyataan Natal bersama, disebutkan begini, “Dengan penuh sukacita kita merayakan pesta kelahiran tuhan kita yesus kristus,” ungkap Ustaz Ismail Yusanto dalam Live Fokus Reguler bertajuk Natal, Tauhid dan Toleransi di kanal Youtube UIY Official, Ahad (24/12/2023).
Ia menjelaskan bahwa yang dimaksud Natal itu adalah perayaan kelahiran tuhan Yesus Kristus. Jika demikian, lalu bagaimana sikap kita? Sebenarnya apa yang mereka katakan, hanya kelanjutan dari yang jauh sebelumnya sudah dikatakan oleh para pendahulu mereka. Sebagaimana disebut di dalam Al Qur'an, Wa qola til yahudu yuzarikullah, wa qola til nashara almasihubnullah. Ini kelanjutan saja, di dalam At Taubah ayat 30, orang-orang Yahudi berkata bahwa yuzarikullah, orang-orang Nasrani berkata Almasihubnullah, Almasih anak allah. Jadi begitulah keyakinan mereka, tentang Natal, Nabi Isa, kelahiran Nabi Isa sebagai anak tuhan.
"Dasar kita melakukan penilaian, yang paling penting bahwa ini menyentuh bagian paling esensial dari tauhid, bagian dari keimanan kita kepada agama. Ada yang menyentuh Al Qur’an, Nabi, tetapi ini Allah. Dzat Allah, ini prinsip tauhid yang sangat penting. Bahwa beriman kepada Allah, Allah itu Ahad. Qul huwallaahu Ahad. Tetapi tidak berhenti sampai disitu. Kemudian, Allahu shomad, Allah tempat bergantung segala sesuatu, lam yalid walam yuulad, tidak beranak dan tidak diperanakkan," terangnya.
Maka katanya, Allah mengatakan ‘laqod kafaro’, yaitu sungguh telah kafir, laqod kafaraladzina qolu innallaha hu al masihubnu maryam. Sungguh telah kafir orang yang mengatakan bahwa Allah itu almasihubnu maryam. Dan itu dikatakan dengan tegas oleh Allah SWT di dalam surat Maryam perkataan mereka itu sebuah kemungkaran yang sangat besar. ‘Laqod ji’tum syaian iddha’, kalau kita membaca tafsirnya bahwa iddha atau iddhan adalah aldziiman, jadi kemungkaran yang sangat besar. Sedemikian besar sampai digambarkan dalam surat Maryam, ‘takadu samawatu ya takhatharna minhu wa tansaqul ardhu wa takul jibalu hadda’, langit pecah bumi terbelah gunung runtuh, ‘andha uli wa rahman waladda’, oleh karena tudingan atau klaim bahwa Ar Rahman itu punya anak. Sampai begitu rupa.
"Ini persoalan yang sangat serius, dan bukan perkara enteng, tetapi perkara yang menyentuh titik paling esensial dari tauhid, keimanan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu Allah SWT dengan tegas mengatakan, sungguh telah kafir orang yang mengatakan bahwa Allah itu almasihubnu maryam. Maka saya kira di titik ini kita harus meletakkan posisi.
"Jadi standing positionnya di situ. Bukan lagi persoalan maulid Nabi Isa, tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat dan bernegara, tetapi ini soal tauhid yang sangat esensial. Ditambah lagi bagi kita, sesungguhnya tidak ada alasan untuk menyebut bahwa Isa itu adalah anak tuhan," pungkasnya.[]Tari Handrianingsih
0 Komentar