Palestina Butuh Pasukan Jihad, Bukan Gertakan Pengecut
MutiaraUmat.com -- Indonesia melalui menteri luar negeri Retno Marsudi menggertak dengan lantang aksi Israel menghapus Palestina dari peta dunia. Hanya sebatas itukah kekuatan Indonesia dalam membantu Palestina, yang sangat menderita akibat genozida Zionis?
Harapan kepada PBB dan mayoritas negeri muslim-pun sudah dikebiri oleh berbagai kepentingan. Puluhan resolusi yang dikeluarkan PBB tidak memberikan keadilan dan menghilangkan penjajahan di Palestina, resolusi hanya angin lalu dan perjanjian diatas kertas yang tak penting bagi Israel.
Padahal dalam QS. Al Baqarah ayat 190 -191, dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kaum muslimin merebut kembali tanah atau wilayah kaum muslimin yang dirampas dan diduduki penjajah. Dan Allah juga memerintahkan untuk mengusir penjajah, sehingga tanah dan wilayah tersebut, tetap menjadi milik kaum muslim seutuhnya.
Namun yang hadir di Palestina hanya kucuran dana dan bantuan kemanusian, yang tidak cukup untuk membela dan melindungi rakyat Palestina dari penjajahan. Palestina butuh pasukan jihad, bukan gertakan pengecut. Tunjukan kekuatan negeri muslim, jangan mengabdi sebagai pecundang dan hanya berada di bawah ketiak Amerika saja.
Tunjukkan keberanian memutus semua hubungan kerjasama Zionis maupun negara adidaya. Persatuan mayoritas negeri Islam dalam berbagai kerjasama bahkan melawan penjajah kafir sangat dibutuhkan.
Berkaca dari perang tabuk, kemenangan ditangan umat Islam tanpa angkat senjata, melawan negara adidaya Romawi, Rasulullah saw menunjukkan kepiawaian diplomasinya, menjalin hubungan kerjasama dengan suku-suku di sekitar Madinah, termasuk suku-suku non muslim. Rasulullah mencari dukungan, memperkuat kekuatan pasukan militer dan meminimalkan ancaman dari pihak luar.
Banyaknya dukungan, persatuan umat Islam dan kobaran semangat jihad fisabilillah membuat ciut nyali Kaisar Romawi Heraklius, sehingga melarikan diri. Pasukan Romawi-pun mundur dan kocar-kacir bagai anak ayam kehilangan induknya.
Manuver politik Rasulullah penting kita jadikan teladan dalam menghadapi penjajah kaum kafir. Jalin hubungan multirateral dalam seluruh aspek kehidupan, dengan semua negara Islam, termasuk kerjasama dalam bidang politik dan militer.
Tumbuhkan ghiroh persatuan umat Islam dalam prespektif jihad fisabilillah untuk mengusir penjajah, perebut tanah Palestina. Terbebasnya Palestina dari penjajahan mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pamor kembalinya peradaban Islam.Semua dapat terwujud dengan sempurna ketika penerapan syariat Islam kaffah, dalam sistem politik dan kepemimpinan Islam, yaitu khilafah.
Khilafah dalam Islam laksana perisai, junnah ataupun pelindung rakyatnya dari seluruh ancaman aspek kehidupan termasuk penjajahan, sekaligus ancaman nyawa. Khilafah yang akan menjadi tameng bagi rakyatnya, sehingga keselamatan jiwa rakyatnya terlindungi. Tak akan ada penjajahan umat Islam di Palestina, karena Islam punya kekuatan dan perisai bagi rakyatnya.
Sebagaimana tindakan Khalifah al-Mu’tashim Billah yang segera mengerahkan pasukannya untuk memenuhi panggilan seorang muslimah yang dianiaya oleh tentara Romawi.Tindakan sang khalifah berujung penaklukan Kota Amuriah (dekat Ankara), salah satu kota besar Romawi.
Peran khalifah dan Khilafah ar-Rasyidah yang mengikuti minhaj kenabian wajib diwujudkan kembali oleh kaum muslim saat ini. Adanya Khilafah untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi kaum muslim dan penerapan syariat Islam kaffah.
Wallahualam bissawab. []
Oleh: Yesi Wahyu I
Aktivis Muslimah
0 Komentar