Kritik Pernyataan Prabowo Soal Militer Gaza Lemah, Muhammad Husein: Jangan Salah Kaprah

MutiaraUmat.com -- Pernyataan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto yang menyinggung soal lemahnya kekuatan militer di Gaza hingga menyebabkannya tertindas pada acara Debat Capres yang digelar Minggu (7/1/2024) lalu menuai kritik banyak kalangan, salah satunya Aktivis Kemanusiaan dari International Networking for Humanitarian (INH) untuk Palestina, Muhammad Husein.

Husein mengingatkan, jangan salah kaprah karena pada hakikatnya justru bukan Gaza yang tertindas. "Kita jangan salah kaprah. Memang secara kasat mata sekarang Gaza tertindas, Gaza yang dibantai puluhan ribu warga dibunuh. Tapi sebetulnya, pada hakikatnya kita yang tertindas," kata Husein dikutip dari kanal YouTube-nya, "Kenapa Harus G@Z4 Wahai Bapak?", Kamis (11/1/2024).

Ia menegaskan bahwa justru Gaza adalah satu-satunya masyarakat yang merdeka hari ini. Sebab, menurutnya, kenyataannya hari ini tentara umat Islam di dunia tak ada yang tergerak untuk membebaskan Masjidil Aqsa di Palestina dari kekejian yang dilakukan oleh Zionis Yahudi. Padahal, lanjutnya, sesungguhnya Masjidil Aqsa adalah milik orang Islam seluruh dunia, tetapi tak ada tentara dari negeri muslim datang membebaskan, sekalipun setiap tahun di bulan Ramadan Masjidil Aqsa diserang, ditembaki, jamaah salat dibubarkan paksa, Al-Qur'an dibakar, karpet tempat sujud umat Islam di Masjidil Aqsa diinjak-injak oleh sepatu kotor Zionis. 

"Dengan semua kekacauan ini, dengan semua penghinaan ini, kekuranganajaran ini, Masjidil Aqsa, masjid umat Islam, di mana tentara umat muslim di dunia? Di mana? Tentara Nasional Indonesia, misalnya, di mana? Di mana tentara Malaysia? Tentara Turki, ada yang bergerak ke Palestina ? Enggak ada. Kenapa? Karena kita hari ini terjajah. Kita tertindas hari ini," ujarnya.

Ketiadaan tentara dari negeri muslim yang bergerak mempertahankan kesucian Masjidil Aqsa dan tak bergerak menghentikan penjajah meski menyaksikan warga sipil, perempuan, dan anak-anak dibantai, menurutnya menjadi bukti negeri-negeri muslim, kecuali Palestina-lah yang saat ini terjajah.

"Jadi kita enggak usah koar-koarlah ada tentara. Ada tentara, tapi kita enggak bisa menghentikan barang sedetik aja. Barang sedetik aja kita enggak bisa menghentikan serangan Zionis Israel ke jalur Gaza. Sedetik aja, Pak, hentikan! Enggak bisa kita. Ketika Masjidil Aqsa, masjid umat Islam ini dijajah, dinodai, diserbu, ditembaki, seluruh dunia ini enggak bisa bergerak. Kenapa? Karena seluruh dunia ini pada hakikatnya terjajah. Seluruh dunia, seluruh negara-negara muslim dengan seluruh militernya, dengan seluruh teknologi militernya, dengan tentaranya, semua enggak bisa bergerak. Kenapa? Karena terjajah," ungkapnya.

Husein tak menampik jika Gaza tak memiliki tentara resmi pemerintah karena menurutnya Palestina bukan negara berdaulat. Namun, ketegaran warga dengan segala kekuatan sayap militer dari berbagai ormas dan partai politik di sana dalam menghadapi segala serangan yang ada, menurutnya menunjukkan mereka tidak sembarangan. 

Relawan Gaza asal Indonesia yang pernah tinggal 12 tahun di Gaza itu mengungkapkan, Gaza masih tetap bertahan, tidak tertaklukkan sekalipun sudah diblokade penjajah sejak 2006 dan dibombardir berulang kali. Bahkan, pada pertempuran terakhir yang berlangsung tiga bulan hingga hari ini, menurutnya Gaza yang luasnya hanya 360 km itu sudah dihujani lebih dari 70.000 ton bom,  tetapi serangan yang jauh lebih besar dari bom di Hiroshima yang hanya 12.000 ton itu tidak membuat pejuang Gaza menyerah. 

Karena itu, pernyataan yang menyinggung seolah Gaza lemah menurutnya tidaklah tepat. "Gaza ini sudah dibombardir selama 90 hari lebih dan dikeroyok oleh Israel Inggris, Amerika. Ini ketika kekuatan super power 3 negara adidaya sekarang sedang menguasai dunia, loh. Gaza dibombardir selama 90 hari dan mereka enggak tunduk. Mereka tidak takluk sampai sejauh ini. Sampai saat ini para pejuang-pejuang Gaza masih bertahan, masih terus konsisten menghancurkan puluhan tank-tank baja, buldozer, dan kendaraan militer Israel setiap hari. Bagaimana kita mengatakan Gaza Ini lemah tertindas?" kata Husein.

 Lihat dengan Kacamata Iman

Husein mengingatkan umat Islam agar memandang Gaza dengan kacamata akidah Islam agar tidak terjerumus dalam tuduhan yang salah. "Jangan jadikan bahan untuk contoh seperti itu. Malu, Pak. Ibu-ibu Gaza itu sudah kehilangan anak-anak mereka, anak-anak Gaza sudah kehilangan rumah-rumah mereka, orang tua mereka, kenapa mereka bertahan?" ujarnya.

"Kalau mau membahas Gaza, menganalisa Gaza, pakai kacamata iman, pakai kacamata akidah, pakai kacamata Al-Qur'an, baru nyambung, baru nyampe, baru konek di situ. Karena, kalau tanpa ada keimanan, di Gaza ini, sehari enggak akan bertahan Gaza itu. Tapi karena di Gaza ini ada keimanan, di Gaza ini ada Al-Qur'an di sana, jadi Allah jaga," imbuhnya.

Menurutnya, Gaza justru simbol kekuatan dan keteguhan. Para ulama pun menurutnya telah sepakat bahwa barometer keimanan seorang muslim di akhir zaman adalah Baitul Maqdis. 

"Sebesar apa kepedulian kita, perhatian kita terhadap Masjidil Aqsa, maka sebagus itu kualitas keimanan dia. Sebaliknya, seabai apa, secuek apa, selalai apa kita terhadap Baitul Maqdis, terhadap Masjidil Aqsa, maka seburuk itulah keimanan kita, ketakwaan kita. Semoga ini jadi pelajaran bagi kita semua agar tidak ada lagi pemahaman yang keliru yang mengatakan bahwa Gaza ini lemah, tidak ada militer dan sebagainya," ungkapnya.

Ia menilai, dunia Islam justru mestinya malu, karena perjuangan warga Gaza  bukan semata-mata mempertahankan tanah mereka, tetapi itu tanah wakaf umat Islam. "Yang sedang mereka lindungi ini bukan semata-mata darah mereka, rumah mereka. Bukan. Mereka sedang melindungi Masjidil Aqsa. Itu masjid kita semua. Kalau kita, umat Islam ini enggak marah melihat Masjidil Aqsa itu dibegitukan, maka pertanyakan keimanan kita. Jangan-jangan ada yang salah dengan iman kita. Jangan-jangan ada yang salah dengan Islam kita. Jangan-jangan Allah sudah mencabut rasa kebanggaan kita sebagai seorang muslim. Ini mengerikan sekali," sesalnya.

Ia menerangkan, keimanan dan Al-Qur'an menjadi kekuatan dan keteguhan warga Gaza hingga para pejuangnya berani menghujani peluru Tel Aviv dan kota-kota di Israel. Perlawanan mereka kepada penjajah yang menodai Masjidil Aqsa, lanjutnya, menandakan mereka tidak terjajah, tidak terbelenggu tangannya. 

"Mereka enggak kayak kita hanya bisa menonton, menangisi dari jarak jauh, enggak punya kekuatan. Tertindas kita. Itu kita. Tapi Gaza enggak seperti itu. Para pejuang-pejuang Gaza, ketika melihat Masjidil Aqsa dinodai, diserbu masyarakatnya, warganya, jamaahnya, enggak diam warga Gaza. Mereka mem-panish, menghukum para Zionis Israel. Jadi, yang lemah siapa sekarang? Kita atau warga Gaza? Jadi yang kuat siapa? Kita atau mereka?" pungkasnya.[] Saptaningtyas

0 Komentar