Khilafah, Gagasan Bukti Ketaatan

MutiaraUmat.com -- Gagal paham, satu kata menanggapi pernyataan Mohamad Iqbal Ahnaf, seorang akademisi dari CRCS (Center for Religious and Cross-Cultural Studies) Universitas Gajah Mada. Ungkapan bahwa narasi khilafah perlu diwaspadai menjelang peringatan 100 tahun runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah di tahun pemilu 2024. Apa yang dikemukakan bahwa khilafah sebagai ideologi transnasional, yang digunakan sebagai panacea, obat segala penyakit yang mampu menyembuhkan segala kekecewaan, ketidakadilan dan emosi negatif lainnya, bukti ketidakpahamannya dengan gagasan khilafah. Maka perlu adanya pemahaman yang lengkap, untuk menyikapi sebuah pemikiran tentang khilafah.

Khilafah Bukan Ideologi
Kekhalifahan Utsmaniyah yang diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Attaturk pada tahun 1924, memang suatu sistem kepemimpinan Islam, yang memakai ideologi Islam sebagai dasar negaranya. Hal ini sebagai kelanjutan Kekhalifahan sebelumnya (Khulafaur Rasyidin, Bani Ummayyah, Bani Abbasiyah) Sistem dengan ideologi Islam yang telah berlangsung selama 1300 tahun, sejak hijrahnya Rasulullah saw. ke Madinah.

Sehingga khilafah adalah suatu kepemimpinan negara yang berdasar kepada ideologi Islam. Suatu pemikiran mendasar/asasi, (akidah) yang mampu melahirkan pemikiran-pemikiran cabang, inilah makna idelogi. Hanya ada tiga ideologi di dunia, yaitu Islam, kapitalisme, dan Komunisme/Sosialisme. Nah, mestinya sebagai seorang muslim, kita memahami akidah Islam sebagai satu-satunya akidah yang diyakini kebenaran dan kesempurnaannya. Bukan, Komunisme/Sosialisme yang anti Tuhan maupun Kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan.

Khilafah adalah Insitusi Penerap Islam Kaffah
Sebagai muslim, tentu kita paham hanya Al-Qur'an sebagai kalamullah yang tetap terjaga keasliannya sampai akhir dunia. Kitabullah yang seharusnya menjadi petunjuk bagi setiap muslim dalam menjalani kehidupan. Tidak boleh ada keraguan, semuanya wajib diyakini kebenarannya. Baik dalam masalah ibadah maupun non-ibadah, dalam tatanan individu, bermasyarakat dan bernegara. Adanya perintah Allah Swt. untuk masuk ke dalam Islam secara kaffah (QS.2 :208), menjadi petunjuk agar setiap mukmin diberi tanggung jawab untuk dapat merealisasikan seluruh syariat. Hanya dengan khilafah, negara mampu menerapkan seluruh hukum Allah Swt. tanpa dipilah-pilih menurut hawa nafsu manusia.

Khilafah, Realisasi Islam Rahmat bagi Seluruh Alam

Bukti keberlangsungan sistem Islam dengan insitusi khilafah telah tersebar indah dengan berbagai peninggalan bangunan, warisan ilmu dan teknologi yang bisa disaksikan hingga sekarang. Selama kurun 13 abad telah mampu menebar rahmat dengan tersebarnya cahaya Islam hampir dua pertiga dunia. Hal ini pun sudah diakui oleh seorang sejarahwan Barat, Will Durrant (1885-1981) dalam bukunya The Story of  Civilization, mengakui Islam telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi para pemeluknya yang terbentang dari Cina, Indonesia, India hingga Persia, Syam, Jazirah Arab, Mesir hingga Maroko dan Spanyol. Maka, melalui dakwah yang dilakukan institusi khilafah, membuat kita menjadi seorang muslim.

Kalaupun ada sekelumit kisah negatif yang mewarnai keberlangsungan khilafah dalam kurun 13 abad, masih melimpah-ruah jejak positifnya, yang telah dirasakan umat manusia. Terlebih adanya teladan dari Rasulullah saw. dan sahabat telah mewasiatkan keberlangsungan kepemimpinan ini, hingga rela menunda pemakaman Rasulullah saw, demi diangkatnya seorang pemimpin pengganti (Khalifah) untuk memimpin Madinah saat itu.

Walhasil, jika sekarang kembali mencuat gagasan khilafah, hal ini sebagai hasil dakwah, yang dilakukan secara berjamaah, untuk mewujudkan kembali tegaknya syariah secara kaffah. Kaum muslim yang sudah terpahamkan pemikiran Islam kaffah akan terus memperjuangkan khilafah, sesuai metode yang dicontohkan Rasulullah saw. sebagai bukti keimanan terhadap agama yang mulia ini. Membina umat dengan membersihkan pemikiran asing/kufur, berinteraksi dengan umat agar semakin paham Islam, hingga meraih kekuasaan melalui dukungan umat, bukan dengan paksaan maupun kekerasan. Jelaslah, narasi khilafah adalah gagasan yang patut dipelajari dan dipahami, sebagai bukti ketaatan terhadap Illahi. Bukan untuk diwaspadai maupun ditakuti.

Wallahu'alam bishawwab


Oleh: Soffy Wineta Savitri 
Aktivis Dakwah

0 Komentar