Agenda Umat Islam Harus Memiliki Kepemimpinan Islam


MutiaraUmat.com -- Ketika muncul pertanyaan, apakah ke depan umat Islam punya agenda? Dan bagaimana? Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto menjawab, “Agendanya Umat Islam itu Harus Memiliki Kepemimpinan Islam,” sebutnya pada YouTube Media Umat  bertajuk Quo Vadis Umat 2024, Ahad (7/1/2024).

“Dan untuk punya agenda itu harus ada kepemimpinan pasti,” katanya. Jikalau dulu lanjutnya, itu ada dikenal dengan istilah kiyadah fardiyah, qiyadah makiyah saya mendengar istilah itu.

Lalu ia menjelaskan maksudnya kepemimpinan itu artinya individu. Karena pemimpin itu mesti satu, tetapi di negeri ini mencari pemimpin umat yang biy666sa diterima oleh seluruh kalangan itu, saya tidak mau mengatakan tidak mungkin tetapi tidak mudah, maka kemudian ditetapkanlah semacam kepemimpinan kolektif yang pada waktu itu dipresentasikan oleh MUI. 

“Nah, jadi tergantung di situ apakah ada kepemimpinan itu. Jika ada, ada harapan umat punya agenda. Namun, kalau tidak ada, jangan harap ada agenda. Apabila sebanyak ini umat Islam tidak punya agenda, maka umat Islam akan menjadi agenda orang lain," lugasnya.

Dan akhirnya menurutnya, kekuatan orang lainlah yang membuat atau menjadikan umat Islam sebagai agenda yang makin hari makin besar. Alatnya apa? “Alatnya cuma kekuasaan dan keuangan, cuma dua itu.

"Celakanya lagi, umat ini tokohnya itu juga mudah ditembus oleh dua itu. Diiming-imingi jabatan, entah ini atau itu, komisaris, dan segala macam, serta keuangan seperti yang terlihat ini hari. Mungkin kalau satu miliar,  dua miliar belum tembus. Bisa 10-20 M begitu. Di situlah batas keimanan atau keteguhan tokoh itu teruji. Dan itu terlihat  masyhul sekali ini hari.

Ia menjelaskan, itulah yang paling pokok dari umat ini, mengapa? Karena kalau kita bicara tentang ajaran, semua orang mengerti kok, hebatnya ajaran Islam. Misalkan tentang ketangguhan syariat untuk menyelesaikan masalah, kemudian bagaimana keunggulan ajaran Islam dibanding dengan yang lain-lainnya. Di saat yang sama kita sudah merasakan bagaimana rusaknya sosialis, komunis, pun juga dengan kapitalis.

"Kemudian, itu semua sudah dipahami dalam konteks atau dalam kerangka intelektualisme. Kita sudah sama-sama memahaminya. Yang menjadi soal adalah bagaimana membawa ini semua yang sudah kita pahami sebagai sesuatu yang hebat ini ke dalam sebuah realita kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 

"Dan itulah yang kita maksud dengan agenda itu. Jika tidak dilakukan maka selamanya akan begini-begini saja. Akan begini terus dan enggak akan pernah berubah,” tandasnya. [] Titin Hanggasari

0 Komentar