Urgensi Kontak kepada Simpul-Simpul Umat bagi Pengemban Dakwah Islam Kaffah

MutiaraUmat.com -- Mengontak atau mendakwahkan ide-ide Islam (fikrah) kepada simpul-simpul umat merupakan aktivitas dakwah yang sangat penting (urgen) untuk dilakukan. Sebab, simpul-simpul umat tersebut selain merupakan icon bagi masyarakat, mereka juga memiliki kekuatan berupa massa dibelakangnya. Yang jika dipegang oleh pengemban dakwah Islam kaffah akan bisa mendukung dan memperkuat dakwah. 

Karena itu, mengontak ide-ide Islam kepada mereka adalah suatu keharusan dan kebutuhan bagi para pengemban dakwah dalam rangka melanjutkan kehidupan Islam dengan meminta pertolongan (thalabun nushrah) demi mewujudkan 'ahlu quwwah' atau 'ahlu nushrah' yang kelak akan menolong dakwah. Baik ketika sedang berlangsungnya aktivitas dakwah yang tentunya dengan adanya mereka akan mempermudah proses dakwah, menolong aktivitas dakwah, juga kelak akan menjaga keberlangsungan penerapan syariat Islam ketika dakwah telah memperoleh kekuasaan dengan tegaknya khilafah.

Dan aktivitas ini merupakan aktivitas dalam rangka meneladani dakwah Rasulullah ketika di Mekah al-Mukarramah. Yang merupakan bagian dari metode dakwah yang wajib dan harus dicontoh dan diikuti oleh pengemban dakwah yang mengaku mengikuti jejak perjuangan beliau Saw.

Rasulullah telah melakukan aktivitas 'thalabun nushrah' pertama kali ke Bani Tsaqif di Thaif. Hingga akhirnya Rasulullah bertemu dengan kabilah Aus dan Khajraj pada musim haji yang menjadi penolong dakwah Rasulullah hingga tagaknya Daulah Islam pertama di Madinah al-Munawwarah. Karena itu, mereka disebut sebagai ahlu nushrah yaitu orang-orang yang menolong agama Allah dan memberikan pertolongan kepada dakwah Rasul-Nya. Mereka juga disebut sebagai jkaum Anshar yaitu orang-orang yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah). 

Thalabun nushrah tidak boleh diganti dengan aktivitas lain. Sebab, aktivitas ini adalah aktivitas penting dan merupakan metode dakwah yang diperintah oleh Allah kepada Rasul-Nya. Artinya Rasulullah melakukan aktivitas 'thalabun nushrah' ini walaupun banyak halangan dan rintangan yang dialami dalam menjalaninya. Namun, tidak menghentikan langkah beliau Saw untuk melakukannya secara terus-menerus. Hingga Rasulullah berhasil memperoleh 'ahlu nushrah' tersebut. 

Seperti Rasulullah dilempari batu oleh orang-orang bodoh waktu di Thaif, hingga berdarah-darah dan berbagai penolakan yang buruk dari kabilah Arab lainnya. Namun, Rasulullah tidak menghentikan aktivitas ini atau menggantinya dengan aktivitas yang lain yang lebih selamat. Rasulullah tetap melakukan aktivitas ini ketika musim haji berikutnya datang lagi, tapi dengan uslub (cara/teknis) yang berbeda yaitu dengan memahamkan mereka dengan fikrah Islam terlebih dahulu.

Adapun aktivitas 'thalabun nushrah' ini dilakukan ketika tahapan dakwah berada di tahapan 'tafa'ul' yaitu tahapan kedua dari tahapan dakwah Rasulullah yakni tahapan berinteraksi dengan umat. Setelah tahapan pertama 'taskif' (pembinaan kepribadian Islam kepada para sahabat yang akan pengemban dakwah Islam ketengah-tengah masyarakat) berhasil dilakukan di rumah Arqam bin Abil Arqam. 

Maknanya aktivitas 'thalabun nushrah' tidak atau belum Rasulullah lakukan ketika umat belum bersentuhan dengan dakwah. Umat belum mengetahui adanya aktivitas dakwah dan belum mengenal dakwah. Tidak atau belum adanya perang pemikiran yang bergejolak ditengah-tengah umat antara iman dan kekufuran. Antara kebaikan dan keburukan.

Sebab, dakwah yang belum bersentuhan dengan masyarakat tidak akan mungkin terjadi pergolakan pemikiran dan tentunya tidak bisa begitu saja memperoleh simpati serta pertolongan dari 'ahlu nushrah' tadi. Karena itu, aktivitas 'thalabun nushrah' dilakukan setelah umat menyadari adanya kelompok dakwah yang menyebarkan risalah Islam ketengah-tengah masyarakat.

Hingga saat ini kita masih berada ditahapan dakwah berinteraksi dengan umat yang hampir mendekati sempurna (tafa'ul tamm). Pada tahapan inilah pentingnya para pengemban dakwah melakukan aktivitas thalabun nushrah (walaupun aktifitas ini hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang telah ditentukan oleh dakwah). Karena itu, yang bisa dilakukan saat ini bagi pengemban dakwah secara umum adalah
 dengan terus menciptakan opini umum (ra'yul 'amm) dan perasaan umum (wa'yul 'amm) ditengah-tengah masyarakat.

Jika ini berhasil dilakukan, maka sebentar lagi perjuangan kita akan memasuki tahapan dakwah selanjutnya yang ke tiga yaitu tahapan istilakmu al-hukmi atau pengambil alih kekuasaan untuk menerapkan hukum-hukum Islam (tathbiq) melalui 'ahlu nushrah' tadi. Dengan demikian berarti sudah tegaklah sistem Islam khilafah. 

Ra'yul 'amm dan wa'yul 'amm ini hanya bisa diperoleh ketika para pengemban dakwah terus melakukan kontak kepada umat, terutama simpul-simpul umat yaitu para tokoh masyarakat, seperti mubalighah, ketua-ketua ormas, para tenaga pendidik (guru atau dosen), birokrat, dan lain-lain.

Dan terus membina umat terutama simpul umat dengan memahamkan fikrah dan thariqah (metode dalam menjalankan aktivitas dakwah). Sebab jika simpul umat tidak memahami fikrah dakwah bagaimana mereka bisa menolong dakwah? Dan pentingnya memahamkan mereka terhadap thariqah dakwah yaitu bagaimana cara mewujudkan Islam agar berhasil meraih tampuk kekuasaan dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah dan pastinya diridhai Allah.  Sekali lagi bagaimana mungkin mereka mau ikut berjuang dengan metode yang telah ditentukan tersebut, jika mereka belum terpahamkan dakwah? 

Oleh karena itu mengontak dan terus membimbing para simpul-simpul umat agar mereka terpahamkan fikrah dan bagaimana cara mengemban dakwah Islam dalam sebuah jamaah Islam atau thariqah sangat menentukan keberhasilan dakwah ditempat tersebut. Dan memungkinkan pertolongan Allah terhadap tegaknya institusi Islam seluruh dunia (khilafah) lebih mudah didapatkan.

Dan perlunya para pengemban dakwah yang bertujuan melanjutkan kehidupan Islam meyakini akan pertolongan Allah terhadap dirinya dan dakwah. Allah SWT berfirman dalam surat Muhammad ayat 7 yang berbunyi:

يٰۤـاَيُّهَا  الَّذِيْنَ  اٰمَنُوْۤا  اِنْ  تَـنْصُرُوا  اللّٰهَ  يَنْصُرْكُمْ  وَيُثَبِّتْ  اَقْدَا مَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad Ayat 7).

Melalui ayat ini, Allah menyeru orang-orang yang beriman untuk menolong agama Allah. Untuk menegakkan agama Allah. Menjalankan hukum-hukum serta aturan Allah secara kaffah dalam bingkai daulah khilafah. Dengan mengorbankan waktu, pikiran, harta bahkan jiwa demi tegaknya institusi Islam khilafah, merupakan jihad kita saat ini. 

Dengan makna ketika kita melakukannya kita akan mendapatkan pahala syuhada seandainya mati dalam menyampaikan ide-ide Islam khilafah tersebut. Dan seandainya Allah masih memberikan kita umur yang panjang niscaya Allah akan menolong kita disetiap urusan. Setiap urusan kita akan dipermudah oleh  Allah akan meneguhkan kedudukan kita. Serta memberikan kemuliaan di dunia dan akhirat dengan surga firdaus-Nya bersama golongan para nabi, orang-orang yang senantiasa berlaku jujur/benar, para syuhada dan orang-orang shalih .

Namun, jika pilihan kita lebih condong kepada selain menolong agama Allah, lebih disibukkan dengan urusan pribadi. Sehingga tiada waktu untuk mengkaji Islam apalagi berjuang dijalan Allah. Takut diintimidasi karena memperjuangkan khilafah. Maka untuk mereka Allah telah berfirman Allah:

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ

Artinya: Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Wallahu a'lam bishshowab.

Oleh: Fadhilah Fitri, S.Pd.I.
Analis Mutiara Umat Institut

0 Komentar