Tujuh Catatan soal Maraknya Kasus Bunuh Diri

MutiaraUmat.com -- Seorang guru di Malang bunuh diri dan mengajak keluarganya untuk bunuh diri ramai dibicarakan di media sosial (Selasa, 12 Desember 2023). Diduga mereka bunuh diri karena terlilit hutang perorangan, tetapi gak tersebut masih dalam penyelidikan pihak yang berwajib. Kabarnya, ayah tersebut bunuh diri dan mengajak istrinya dan salah satu anaknya, satu anaknya masih hidup. 

Tidak hanya itu, sebelumnya di Jakarta Selatan ada kasus ayah membunuh 4 anaknya dan ia juga ikut bunuh diri, tetapi belum sampai mati. Mengutip dari Republika.co.id (10 Desember 2023), Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, menilai kasus pembunuhan terhadap empat anak di Jagakarsa, Jalsel merupakan pembunuhan berencana terhadap anak. Ia pun mendorong agar pelaku yang merupakan ayah kandung korban, yakni Panca Darmansyah (40 tahun), agar dihukum mati.

Ada beberapa catatan terkait kasus tersebut. Pertama, bunuh diri adalah dosa besar. Membunuh orang lain adalah dosa besar begitu juga bunuh diri, karena dosanya sama sebagaimana membunuh orang lain. Dalam Islam, dilarang keras bunuh diri. Mengutip dari surah An-Nisa ayat 29, secara tegas Allah SWT melarang manusia untuk membunuh diri sendiri, hal tersebut adalah bukti Allah menyayangi para hamba-Nya.

...وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا - 29

Artinya: "... Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."

Kedua, Allah SWT yang telah memberi manusia nyawa, maka hanya Allah SWT yang berhak mencabut nyawa manusia. Seberat apa pun masalah yang dihadapi, seharusnya dihadapi dengan penuh tanggung jawab, bukan malah bunuh diri atau bunuh diri sekeluarga. Sungguh tindakan yang melanggar hak Allah SWT yang telah memberi manusia nyawa.

Imam Nawawi melalui Syarah Riyadhus Shalihin melampirkan riwayat dari Abu Zaid Tsabit bin Adh-Dhahhak Al-Anshari, di mana Nabi SAW bersabda,

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ، عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: "Barang siapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu." (Muttafaq Alaih). 

Ketiga, semua masalah ada solusinya di dalam Islam, hanya saja banyak manusia tidak mau belajar dan mengkaji Islam, sehingga mereka tidak tahu bagaimana menyolusikan problematik kehidupannya. Ada pula mereka yang sudah tahu solusinya dalam Islam, tetapi kesombongannya telah membutakan mata hatinya, sehingga mereka mengambil cara-cara instan yang haram dan berdosa untuk menyelesaikan humasalahnya. 

Keempat, potensi stres atau depresi dalam seorang manusia itu bisa terjadi dan hal itu sebenarnya normal. Hanya saja, stres dan depresi tersebut harus disikapi dengan benar, bukan lari dari kenyataan ataupun mengakhiri dengan bunuh diri. Karena sejatinya dengan bunuh diri ini akan menambah masalah di kemudian hari dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. 

Kelima, banyak yang mengira setelah kematian itu selesai kehidupan, padahal kematian itu adalah pintu gerbang dimulainya kehidupan yang sesungguhnya. Di sana ada alam pertanggungjawaban yang akan menentukan langkah manusia akan berakhir di surga atau neraka. Oleh karena itu, mereka yang bunuh diri diduga kuat tidak memikirkan hisab di akhirat nanti. Inilah akibatnya jika keimanan kepada Allah SWT lemah, mereka lupa ada Rabbul Izzati dan lupa atas semua perbuatannya akan diadili esok. 

Keenam, dalam Islam ada aturan boleh membunuh manusia apabila ada alasan syar'i. Seperti dalam kondisi perang melawan musuh-musuh Islam, membunuh mereka adalah perintah syar'i. Hal itu pun ada aturannya, membunuh musuh Islam kaum kafir harbi ketika perang. Namun, dalam Islam tidak boleh membunuh kaum kafir tanpa alasan syar'i atau tidak dalam kondisi perang. 

Ketujuh, Islam menghargai nyawa manusia lebih besar dari bumi dan seisinya. Inilah bukti begitu Islam benar-benar menjaga nyawa manusia, tidak hanya nyawa umat Islam tetapi juga nyawa orang-orang kafir pun juga dijaga oleh Islam. Nyawa manusia lebih mulia dari bumi dan seisinya. Alangkah ruginya mereka yang bunuh diri, bahkan mengajak keluarganya bunuh diri. Hal itu sama saja mengajak keluarganya di neraka, padahal sebagai kepala keluarga seharusnya mendidik keluarganya agar bisa bersama masuk surga bukan malah sebaliknya. 

Dalam sistem kehidupan hari ini, sistem kehidupan yang jauh dari agama atau sekuler memproduksi manusia-manusia lemah yang mudah putus asa dan depresi. Ketika mereka putus asa mereka mencari solusi tanpa akal dan hanya menuruti syahwatnya semata, sehingga banyak kasus bunuh diri dan kasus-kasus di luar nalar akibat sistem yang menjauhkan umat dari Islam. Inilah yang sejatinya dihadapi umat, maka tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Islam secara totalitas. Wallahu alam. []


Oleh. Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute 

0 Komentar