Revitalisasi Ibu Dari Pembajakan Perannya

MutiaraUmat.com -- Happy mather day adalah sebuah perayaan yang rutin dilakukan disetiap tanggal 22 Desember. Di tahun 2023  bertepatan di hari kamis kemarin tanggal 22 Desember 2023 Indonesa kembali mengelar perayaan Happy Mather’s Day (Perayaan Hari Ibu).

Pada perayaan hari Ibu yang ke-95, KemenPPA mengusung tema "Perempuan Berdaya, Indonesia Maju". Tema ini diusung sebagai panggilan untuk mengapresiasi kontribusi para perempuan Indonesia untuk kemajuan bangsa dalam berbagai aspek kehidupan.

Peringatan Hari Ibu di Indonesia tidak sekadar dimaknai sebagai perayaan mother's day secara umum. Lebih dari itu, perayaan Hari Ibu dapat dimaknai sebagai momen penting bagi penghargaan dan penghormatan terhadap seluruh perempuan atas peran, dedikasi, serta kontribusinya bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

 Sudahkan Ibu bahagia?

Begitu indahnya harapan yang disematkan disetiap perayaan Mother’s day. Namun tidak bisa kita pungkiri kondisi ibu Indonesia saat ini tidaklah baik-baik saja, meskipun berbagai program kesejahteraan terhadap wanita dilakukan hampir disetiap kegiatan, namun hal itu tidak memberikan dampak kebaikan bagi ibu itu sendiri.

Ibu Indonesia saat ini telah mengalami pembajakan perannya yang sangat luas. Mulai dari sektor Ekonomi, ibu yang seharusnya menjadi  tulang rusuk keluarga kini berubah menjadi tulang punggung keluarga.

Ibu harus kerja membanting tulang demi menghidupi keluarganya. Tidak jarang kita melihat kini begitu banyak para ayah harus berganti peran mendampingi anaknya di rumah sebab ibu sedang keluar mencari kerja.

Hal ini terjadi sebab lapangan kerja yang begitu sedikit bagi kaum laki-laki. Hampir diseluruh perusahan mensyaratkan para pekerjanya harus berjenis kelamin wanita, dengan alasan pekerja wanita lebih terampil dan memiliki kinerja yang tinggi bagi kemajuan suatu usaha. Alhasil banyak ibu yang harus keluar rumah sementara sang ayah harus memasak, mengurusi anak dan rumahnya.

Beban kerja yang tinggi akibat tuntutan perusahaan telah menyita waktu ibu di rumah. Ibu hanya pulang setelah anak-anaknya semua terlelap tidur dan harus bekerja kembali disaat semua anaknya masih tidur pulas.

Waktu yang begitu minimalis ini telah membawa dampak yang luar biasa buruk bagi anak sebagai generasi bangsa ini. Dengan dalih penopang ekonomi tapi malah penjadi penghancur generasi.

Belum lagi pekerjaan yang menuntut ibu dieksploitasi begitu hebatnya. Ibu harus menyesuaikan perannya dan pakaiannya saat bekerja agar menghasilkan penjualan yang melejit bagi perusahaan. Ibu di minta untuk berpakaian minimalis dengan alasan memberikan ruang gerak yang bebas. Ditambah lagi dengan keharusan untuk berdadan demi menarik pelanggan.

Dengan segelimut persoalan pekerjaan ternyata telah membuat sang ibu tidak bahagia seperti harapan yang terus disematkan pada saat perayaan mother”s day.

Ibu yang terus berdidikasi di sektor ekonomi dan didorong dengan eksploitasi yang hebat ternyata menaruh luka dalam yang begitu sengit bagi ibu sendiri. Ia harus memikirkan bagaimana nasib anaknya secara akademik dan akhlak.

Tidak jarang ibu harus mendapati anaknya yang terjerat narkoba disebabkan hilangnya kontrol pendidik dari ibunya. Disisi yang lain ibu juga dihadapkan dengan kejahatan seksual yang terus menghantui anak wanitanya, bahkan tidak jarang anak wanitanya justru menjadi pelaku kejahatan seksual. 

Jika dirilis begitu banyak angka kenakalan remaja terjadi disetiap waktu Polri juga mencatat sejumlah Polda dengan jumlah anak terlapor atau jumlah anak yang menjadi pelaku kekerasan paling banyak. Polda Jawa Tengah menduduki posisi pertama dalam daftar dengan jumlah anak yang menjadi terlapor mencapai 32 anak.

Sementara, anak perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan dan kejahatan. Polri menyebut, jumlah anak perempuan yang menjadi korban kekerasan sebanyak 4.603 anak, lebih banyak dibandingkan jumlah anak laki-laki yang mencapai 1.863 anak.

“Anak perempuan lebih banyak menjadi korban kekerasan dan kejahatan, sementara anak laki-laki lebih banyak yang menjadi terlapor,” tulis Pusiknas Polri dalam laporannya.”Good State, 20 Agustus 2023.

Saatnya Revitalisasi Peran Ibu dengan Islam

Islam sebagai agama yang paripurna memiliki beribu cara mengatasi setiap persoalan hidup. Kecerdasan sistem kepemerintahannya telah berhasil menduduki generasi muda menjadi penguasa peradaban.

Usia bukan menjadi penghalang dalam menduduki peran terpenting dalam pemerintahan. Sejarah telah membuktikan kecerdasan sultah Muhammad Al faith di usianya yang masih begitu muda yaitu 21 tahun berhasil menaklukkan konstantinopel tunduk dalam kekuasaan Islam.

Sultah Muhammad Al fatih diusianya yang masih kecil ia selalu digambarkan oleh ibunya bahwa suatu saat  ialah yang akan menaklukkan kota yang konstantinopel itu. sebuah kota yang selama berabad-abad sulit ditaklukkan dan penduduknya mayoritas non-Muslim. Namun dengan ketaatannya Sultan Muhammad Al faith mampu menaklukkannya.

Begitu banyak hadis yang memberikan gambaran istimewa bagi penakluk konstantinopel tersebut diantaranya :
“Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad bin Hanval Al Musnad).

Tentunya generasi terbaik tidak akan bisa terwujud tanpa peran kedua orang tuanya. Ibu sebagai madrasahtul ula akan selalu berupaya memberikan pengasuhan yang terbaik bagi anaknya. Ibu akan memberikan seluruh waktunya untuk mendidik dengan pola pendidikan Islam. Ibu akan terlebih dulu membekali dirinya dengan pola asuh islami. Sehingga dalam prakteknya bukan hal yang mustahil akan mencetak generasi rabbani.

Negara akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memberikan kontribusi bagi terwujudnya generasi emas. Keluarga akan disuasanakan dalam bingkai Islam kaffah.

Ayah akan diberikan ruang yang lebar dalam mencari nafkah, seluruh hasil alam akan dikelola oleh negara secara mandiri dengan memanfaatkan tenaga dalam negara bukan tenaga asing seperti saat ini.

Pendidikan akan menjalankan kurikulum berbasis Islam. Sehingga dalam aktfitasnya akan menghasilkan generasi yang bersaksiah Islam tentunya juga cerdas secara intelektual. Generasi muda hanya akan dibebani dalam menuntut Ilmu tidak pada penopang pembantu pencari nafkah, sehingga waktunya akan secara totalitas diberikan dalam pendidikannya.

Seluruh fasilitas pendidikan akan dipenuhi mulai  dari gedung sekolah yang memadai, para pengajar yang professional dan berkepribadian Islam serta kurikulum terbaik. Perpustaakan akan dipenuhi dengan buku penunjang terbaik bagi setiap keilmuawan.

Negara akan memberikan uang saku pada setiap pelajar dan memberikan apresiasi bagi pelajar yang berprestasi dengan pengembangan pendidikan lanjutan secara gratis. 

Bagi para pengajar yang berhasil membukukan suatu ilmu maka akan diberi bayaran dengan emas yang disesuaikan dengan berat buku yang diciptakannya.

Sungguh Ilmu begitu dimuliakan di sistem Islam. Semua orang berada pada peran yang semestinya. Maka akan terbentuk tatanan hidup yang dinamis. Dengan demikian akan terwujudnya kesejahteraan hidup.


Oleh: Putri Rahmi DE, SST
Aktivis Muslimah

0 Komentar