Mengatakan, program unggulan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua Prabowo-Gibran mendapat kritikan dari berbagai kalangan karena dianggap biayanya yang mencapai empat ratusan triliun itu terlalu besar.
"Sebagian publik menyoroti besarnya anggaran yang digelontorkan untuk program itu yang hingga empat ratusan triliun rupiah. Jumlah tersebut sudah sewajarnya dipertanyakan oleh publik," tuturnya dalam Aspirasi, Sabtu (24/11/2023) di Kanal Youtube Justice Monitor.
Ia mengatakan, publik mengkritisi program itu sebab program food estate yang digadang-gadang dalam pemerintahan Jokowi pada akhirnya dinilai oleh banyak kalangan, itu mangkrak. Sehingga wajar bila ada yang bertanya biaya empar ratusan triliun rupiah itu uang siapa?
"Habis ada program food state, sekarang yang menjadi free food. Wah ya food estate menjadi free food, itu gmn jadinya gitu. Food estate dan food free harusnya memerlukan riset mendalam sehingga alokasi dana untuk program itu tak terbuang sia-sia. Dua-duanya perlu riset, perlu data, kalau tidak bisa lewat itu, duit bahaya sekali, tidak bisa uang itu dibuang seenaknya, ini bahaya," imbuhnya.
Apalagi, lanjut Agung, program bagi-bagi susu gratis itu menjadi ironi, lantaran kebutuhan susu di dalam negeri selama ini dipasok dari import. Kebutuhan susu di Indonesia mencapai 4,4 juta ton pada 2022. Kebutuhan susu di 2023 maupun tahun-tahun mendatang tentunya akan mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya penduduk, perbaikan kondisi ekonomi dan faktor lain.
Penyebab Kemiskinan
Aktivis 98 itu mengungkapkan penyebab utama kemiskinan di Indonesia bahkan di dunia bukan karena kekurangan pangan maupun kekurangan gizi, melainkan kekayaan yang tidak terdistribusi merata dan adil pada seluruh umat manusia. Sistem ekonomi kapitalisme menjadikan kekayaan berputar pada segelintir orang saja. Walhasil sebagian besar penduduk bumi harus memperebutkan remah-remah sisa para pemilik modal.
"Kapitalisme memang hanya berfokus pada produksi tetapi tidak dengan distribusinya. Kapitalisme menyerahkan distribusi sepenuhnya pada pasar. Sedangkan negara tidak berperan apapun, kecuali sebatas regulator. Inilah yang menjadikan kapitalisme itu gagal menyejahterakan rakyat karena yang mampu mengakses makanan hanyalah yang memiliki uang," jelasnya
Dengan demikian, lanjut agung akar persoalannya tentu sulitnya manusia mengakses makanan. Ini adalah terkait dengan kepemimpinan sistem ekonomi kapitalisme di dunia. Sistem ini telah nyata menyebabkan malapetaka bagi umat manusia juga alam raya.
Lebih jauh, dia mengajak umat melihat betapa kebebasan kepemilikan menjadikan sebagian kecil manusia diangap sah merenggut hak sebagian besar manusia lainnya. Kapitalisme akan terus menambah jumlah orang miskin dan meminimalkan jumlah orang kaya. Kekayaan orang kaya yang sedikit itu akan terus bertambah tinggi. Sebaliknya, masyarakat miskin akan semakin bertambah banyak dan jumlah kekayaannya semakin menipis.
"Inilah aturan main sistem ini. Oleh karenanya berharap Sejahtera dalam sistem kapitalisme bagaikan mimpi di siank bolong," pungkasnya.[] Alfia Purwanti
0 Komentar