Orang-Orang di Eropa Telah Menciptakan Perang di Palestina karena...


MutiaraUmat.com -- Ekonom Yunani, Yanis Varoufakis menyebutkan bahwa orang-orang Eropalah sesungguhnya yang menciptakan perang di Palestina karena telah membangun narasi anti-Yahudi selama berada-abad.

“Mari kita geser di luar konteks ini. Sebenarnya sebab kitalah, orang-orang Eropa ini menciptakan masalah di Palestina. Kita telah menciptakan abad-abad anti-Yahudi di Eropa, memprogram untuk menyerangnya sebagai suku asli, lalu mengirim mereka ke peristiwa Holocaust, “ ujarnya dalam wawancara bersama Al-Jazzeera dengan judul, Yanis Varoufakis on Israel-Gaza: We European Have Created This, Selasa (14/11/ 2023).

Kemudian katanya, warga Eropa mendukung dogma keji dan kebijakan tentang manusia tanpa tanah, atau tanah tanpa manusia (sebagai penghuni asli). Sehingga, muncul persepsi seperti dalam konteks Palestina, seolah-olah adalah tanah kosong dari penghuninya. 

"Demikianlah cara kelompok  white supremasi (supremasi bangsa kulit putih) Eropa seperti Inggris demi melancarkan penjajahan dan pendudukan di dunia. Inggris menggunakan cara ini untuk menguasai Australia, dan mengosongkan dari penduduk aslinya agar membenarkan genosida terhadap suku Aborigin. Bukan hanya di Australia, mereka (penjajah Eropa) juga melakukannya di Kenya, Afrika Selatan," terangnya.

Sehingga kata ekonom yang juga anggota parlemen Yunani itu, sejak  tahun 1920 -1930, Eropa mulai mencari cara untuk menghilangkan rasa bersalahnya atas kaum Yahudi (Zionis Israel), akibat peristiwa Holocaust, maka Eropa memberikan dukungan atas genosida yang terjadi di Palestina oleh Zionis. 

"Agenda dikte narasi oleh Eropa telah berjalan selama 80 tahun. Perang yang terjadi  pada awal Oktober lalu katanya, sangatlah sederhana untuk dipahami," lugasnya.

Adanya model kepemimpina apartheid Palestina, sebaiknya kata Younis, harus diakhiri. Karena itulah dampak dari dikte narasi puluhan tahun dan menjadi sumber dari segala penyerangan terhadap warga sipil selama beberapa dekade. 

 “Kita seharusnya meminta untuk mengakhiri apartheid yang menciptakan dua sistem legal yang berbeda, tetapi hanya tambalan dalam sebuah wilayah kecil dengan membedakan dua masyarakat yang menyebabkan munculnya sumber dari segala penyerangan selama beberapa dekade,” jelasnya lanjut. 

PM Israel Netanyahu sendiri, sebut Younis, telah menyatakan alasan semua poin keberadaanya sebagai Perdana Menteri Israel adalah untuk menghancurkan proses perdamaian. Netanyahu juga sudah memiliki satu pilihan dalam hidupnya untuk memastikan bahwa tidak akan pernah ada solusi two state seperi yang diminta oleh pendamping hukum Joe Biden dan Emmanuel Macron. 

“Jadi ya, inilah apa yang seharusnya kita kutuk atau hukum, yaitu semua bentuk atau tindakan kekerasan (penyerangan). Dan pada saat yang sama kita juga harus menyerukan proses perdamaian untuk menghentikan semua serangan kedua belah pihak,” terangnya kembali. 

Oleh karena itu menurut Younis, hukuman bagi Zionis Israel atas kejahatan perang yang telah dilakukannya tidak cukup hanya sekadar kutukan. Sebab, perang yang terjadi di Palestina telah merenggut lebih dari 11.000 nyawa dalam beberapa menit. 

"Dengan demikian, pergeseran posisi Eropa yang belakangan membela Palestina sungguh sudah terlambat dan pengaruhnya amatlah kecil. Sudah sewajarnya, Eropa menanggung rasa malu atas situasi di Palestina saat ini," katanya.

“Sangat tragis! Perang ini telah merenggut lebih dari 11.000 kematian yang kita saksikan dalam beberapa menit. Jadi ya, kalau tadi disebutkan Eropa bergeser posisinya menghadapi perang ini, sungguh sudah terlambat dan sangat kecil sekali pengaruhnya. Sebagai negara Eropa,  seharusnya menanggung rasa malu di pikiran kita,” pungkasnya. []M. Siregar

0 Komentar