Miris, Kasus Bunuh Diri Anak Kian Marak

MutiaraUmat.com -- Fenomena anak bunuh diri kian marak. Seorang siswa SMAN 3 Bandung nekat loncat dari lantai tiga gedung sekolahnya (28/11/2023). Meski siswa selamat, fakta ini menambah panjang kasus anak bunuh diri. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ada  delapan kasus anak bunuh diri pada November 2023. Pada Januari-November 2023 terdapat kasus serupa (news.republika.co.id, 29/11/2023). 

Kasus tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Ketua KPAI, Ai Maryati mengatakan terjadi pergeseran budaya sejak pandemi (PJJ), ketika fase normal interaksi sosial, ada karakter building yang hilang. Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma mengatakan penyebab anak bunuh diri karena pola asuh, pengaruh medsos dan tuntutan yang terlalu tinggi baik eksternal maupun internal.

 Buah Sistem Liberal

Maraknya kasus anak bunuh diri tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski penyebab beragam, faktor utama karena depresi, gangguan kejiwaan yang muncul karena tekanan. Ketidakmampuan menghadapi tekanan, menyebabkan akal tidak mampu berpikir jernih, hingga mengambil tindakan diluar nalar, seperti bunuh diri. 

Anak adalah aset bangsa. Sayang, potensinya terbajak sistem sekuler yang menafikan peran agama. Lahir perilaku liberal, yakni kebebasan beragama, kepemilikan, pendapat dan tingkah laku. Kebebasan ini membentuk pola pikir dan sikap anak. Standar kebahagiaan ketika meraih kesenangan materi, gawai, fun, film, food, percintaan, dan sarana lainnya.

Sistem pendidikan sekuler ikut membentuk sikap mental anak. Pendidikan dianggap sukses ketika meraih nilai tinggi, saat  lulus siap melayani kepentingan industri. Pembentukan kepribadian terabaikan, lahir generasi stroberi. Meski tampak kokoh dari luar, namun rapuh didalam, tidak tahan terhadap tekanan.

Keluarga dalam sistem kapitalis kehilangan fungsinya. Ayah ibu berjibaku sebagai penggerak roda ekonomi karena desakan kebutuhan, alpa menanamkan pondasi agama pada anak. Anak dijejali materi, haus kasih sayang dan kehangatan hingga jiwanya rapuh dan hampa. Sistem sekuler melahirkan masyarakat yang abai  menjaga anak dari tindak kemaksiatan.

Negara abai menjaga akhlak anak dengan membiarkan konten yang merusak. Semua tayangan, dari positif hingga destruktif mudah diakses anak, hingga menjadi tuntunan perilaku. Generasi terdidik dengan kondisi yang salah, penyelesaiannya pun salah kaprah. Lahir generasi instan dan ingin tercukupi segala kebutuhan. Jika tidak terpenuhi, dunia seolah kiamat, berujung pada solusi bunuh diri.

 Islam Memperhatikan Generasi

Anak merupakan aset penerus dan penjaga peradaban Islam. Islam memberi perhatian besar hingga lahir generasi tafakuh fiddin, punya mental yang kuat dan paham visi misi kehidupan, yakni sebagai hamba Allah dan khalifah fil ardh. Hamba yang senantiasa menyandarkan perilakunya pada perintah dan larangan Allah.

Generasi tangguh terwujud dengan tiga pilar. Pertama, keluarga. Anggota keluarga melaksanakan fungsinya dengan benar. Ayah sebagai penanggungjawab keluarga dan pencari nafkah. Ibu sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak, menanamkan akidah yang kokoh serta pemahaman untuk senantiasa terikat hukum syarak.  

 Kedua, masyarakat yang diatur dengan aturan Islam jingga terbentuk pemikiran dan perasaan islami. Masyarakat yang menyandarkan cinta dan bencinya pada apa yang dicintai dan dibenci Allah. Masyarakat yang peduli amar makruf nahi munkar terhadap setiap kemaksiatan dilingkungannya.

 Ketiga, negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan berasas akidah Islam. Kurikulum pendidikan disusun untuk membentuk kepribadian Islam, yakni anak yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam, serta membekali anak dengan ilmu-ilmu dan ketrampilan kehidupan. Negara juga menjaga akhlak dengan memblokir konten dan informasi yang destruktif dan tidak mendidik. Negara akan memperbanyak informasi dan konten yang mendidik, memperkuat keimanan dan akhlak.

Dengan penjagaan tersebut akan lahir generasi yang memiliki akidah kuat, bermental baja dan paham visi misi hidup. Generasi role model ini hanya lahir dalam sistem yang menerapkan Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah.

Oleh: Ida Nurchayati
Aktivis Muslimah

0 Komentar