Kurikulum Merdeka Menghasilkan Generasi Penuh Problematik
MutiaraUmat.com -- Setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Tema peringatan Hari Guru Nasional tahun ini adalah Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar. Tema tersebut bertujuan untuk menegaskan bahwa seluruh satuan pendidikan untuk bergerak bersama melaksanakan kurikulum yang berlaku saat ini. (tirto.id, 13/11/2023)
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum baru yang dibuat untuk menggantikan kurikulum sebelumnya. Kemendikbudristek telah resmi menerapkan Kurikulum Merdeka pada Februari 2022.
Kurikulum Merdeka diharapkan dapat mengembangkan karakter dan soft skills. Selain itu kurikulum ini berfokus pada materi esensial, relevan, dan mendalam sehingga ada waktu cukup untuk membangun kreativitas peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar.
Namun sayangnya, kurikulum tersebut lebih fokus untuk menyiapkan tenaga yang siap kerja serta dapat memenuhi kebutuhan industri. Sedangkan porsi pelajaran agama sangatlah minim.
Maka tidak heran jika generasi sekarang menjadi sebuah pembunuhan, tawuran, penganiayaan. Maraknya kasus bunuh diri hanya dengan alasan sepele. Masalah lain yang turut menerpa adalah bullying, kesehatan mental, narkoba, perzinaan.
Fenomena rusaknya generasi saat ini merupakan buah dari gagalnya kurikulum yang diterapkan. Kurikulum berlandaskan sekulerisme memisahkan agama dari kehidupan. Minimnya porsi agama yang diajarkan di kelas akan mencetak generasi dengan keimanan yang lemah dan tidak bertaqwa. Dengan begitu lahirlah generasi tidak beradab, brutal dan memuaskan egonya tanpa batasan syariat. Sebaliknya hanya akan menghasilkan manusia yang mengedepankan materi semata. Pendidikan berasaskan sekulerisme sangat berbahaya jika terus dipertahankan.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam suatu bangsa. Pendidikan akan menentukan kualitas bangsa tersebut. Tanpa pendidikan maka bangsa kehilangan generasi penerus untuk memajukan bangsa tersebut. Kurikulum yang diterapkan akan sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan dan lulusan yang dihasilkan. Oleh sebab itu, sesering apapun negara mengganti kurikulum, selama landasan berpikirnya masih sekulerisme generasi akan sulit untuk diperbaiki.
Berbeda jika yang diterapkan adalah sistem Islam. Islam mempunyai pengaturan dalam menentukan kurikulum yaitu bertujuan untuk memuliakan manusia di dunia maupun di akhirat. Pendidikan dalam Islam mendidik manusia menjadi pribadi yang sadar akan tujuan penciptaan sebagai hamba yaitu beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tingkat pendidikan awal atau tingkat dasar anak dibekali dan dikuatkan aqidahnya terlebih dahulu sehingga mereka paham mana yang benar dan salah. Inilah pendidikan yang akan mencetak generasi berkepribadian Islam serta berpola pikir dan berpola sikap sesuai tuntunan syariat. Mereka juga dipahamkan bahwa ilmu yang dipelajari untuk diamalkan seperti berkarya untuk umat bukan sebatas kepuasan akal pribadi.
Lahirnya generasi-generasi mulia sepanjang penerapan sistem Islam selama 1300 tahun telah menjadi bukti keberhasilan Islam mendidik generasi. Tidak hanya hebat ilmu duniawi tetapi juga mahir dalam ilmu agama. Dengan demikian ilmu yang sudah dipelajari akan digunakan untuk mengabdi pada Islam seperti sebagai sarana memudahkan dalam beribadah serta untuk keperluan umat Islam.
Al khawarizmi yang juga dijuluki sebagai bapak matematika merupakan ilmuwan yang lahir dan di didik dalam sistem Islam. Beliau seorang penemu al jabar yang ilmumya dapat kita rasakan manfaatnya sampai sekarang. Islam juga mengajarkan kepada muridnya adab yang baik terhadap gurunya. Sehingga tidak akan pernah dijumpai kasus murid yang membentak seorang guru hanya karena ditegur. Seperti kisah Imam Syafi’i yang mencium tangan dan memeluk hangat gurunya ketiak bertemu sebagai bentuk takzim kepada gurunya.
Islam sangat memuliakan kedudukan seorang guru. Penghargaan terhadap guru tidak sebatas dengan adanya peringatan hari guru setiap tahunnya. Guru akan diberi penghargaan senilai dengan perjuangannya. Pada masa khalifah Umar bin Khattab gaji guru mencapai 15 dinar, 1 dinar setara dengan 4,25 g emas. Berbanding terbalik jika kita bayangkan pada sistem kapitalis, guru yang kerjanya penuh pengorbanan tetapi kehidupannya jauh dari kesejahteraan. Bahkan muncul guru honorer yang gajinya tidak sangat jauh dari kata layak.
Dengan begitu, guru akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan menjalankan amanahnya dengan baik.
Sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang benar dan berjalan sesuai dengan aturan sang Pencipta. Oleh karena itu, generasi akan terjaga dari kerusakan-kerusakan seperti saat ini. Sejarah telah menjadi saksi hadirnya generasi cemerlang pada masa pemerintahan sistem Islam yang pernah tegak selama berabad-abad. Lantas, masih ragukah kita untuk meninggalkan sistem kufur ini?
Oleh: Riska Ayu Pratiwi
Aktivis Muslimah
0 Komentar