Julid fi Sabilillah Mampu Menunjukkan Kepengecutan Entitas Yahudi

MutiaaraUmat.com --  Menanggapi julid fi sabilillah yang dilakukan netizen Indonesia terhadap akun-akun entitas Yahudi, akun-akun Israel Defense Forces (IDF) atau pasukan pertahanan IsraelDirektur Mutiara Umat Institute Ika Mawarningtyas menyampaikan, hal itu mampu menunjukkan kepengecutan entitas Yahudi.

“Apa yang dilakukan netizen +62 mampu membuka tabir IDF yang pengecut, penakut, dan zalim. Hanya diserang di media sosial saja mereka sudah putus asa,” ungkapnya pada Obrolan Sore Kesepuhan TV bertajuk "Julid fi Sabilillah Guncang Jagad", Jumat, 8 Desember 2023.

Lalu Ika menyebutkan firman Allah SWT sebagai berikut:

يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ - ٨٧

Arab-latin: Yā baniyyaż-habụ fa taḥassasụ miy yụsufa wa akhīhi wa lā taiasụ mir rauḥillāh, innahụ lā yaiasu mir rauḥillāhi illal-qaumul-kāfirụn

Artinya: "Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (Q.S. Yusuf: 87)

“Oleh karena itu, kita jangan meremehkan media sosial, ternyata media sosial memiliki pengaruh besar,” tegasnya.

Ia melanjutkan sekalipun apa yang dilakukan netizen +62 masih tidak sebanding dengan Hamas yang berjuang secara fisik dengan entitas Yahudi. Namun, perang non fisik sebagaimana di media sosial sangat berpengaruh ternyata dalam perang fisik, karena mampu menjatuhkan mental musuh, mental Israel. Sampai ada meme-meme tentara Israel memakai popok Pampers.

Kemudian ia mengunggah berita dari eramuslim.com: Di sana disampaikan, komandan Brigade Izzuddin Al-Qossam, sayap militer Hamas, ketika mengeluarkan komunike pada tanggal 19 Januari 2009 kemarin. Abu Ubaidah menyampaikan sederet laporan kemenangan pejuang Palestina dan kekalahan pasukan Yahudi Zionis Israel. Di antaranya beliau menyebutkan bahwa 49 tentara Israel berhasil dibunuh dan tiga orang berhasil ditawan. Namun yang paling menggelikan adalah ketika beliau memberi kesaksian bahwa pasukan Yahudi dipergoki berperang dengan memakai pampers.

“Artinya, mereka sedemikian pengecutnya sehingga harus mengantisipasi kalau-kalau pasukannya berperang dalam keadaan takut sampai terkencing-kencing!” sindirnya.

Ika mengatakan, hal ini berbeda dengan pasukan Islam, yaitu mereka dibekali dengan wahyu dan Hadits sebagai motivator penggerak mereka berjuang sehingga mengungguli pasukan kuffar. Mereka sama-sama mengalami luka di medan perang, namun ada hal yang diharapkan dioleh pasukan Islam yang sama sekali tidak dimengerti oleh pihak tentara kafir.

Sebab mereka menyandarkan pada kalam Allah: Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan (QS An-Nisa: 104).

Kemudian Ika menilai juga tujuan gerakan julid ini serta perkembangan mobilisasi dan koordinasi netizen Indonesia saat ini. “Sebenarnya ini tidak dimobilisasi khusus, soal perang di media sosial ini yang berpengaruh karena peran influencer muslim yang memobilisasi followers nya untuk menyerang akun-akun Israel, sehingga mereka berbondong-bondong mengunjungi dan berhasil menjatuhkan mental mereka. Walaupun dampaknya banyak akun-akun influencer muslim yang dibanned. Seperti Ustadz Felix Siauw, Hilmi Firdausi, Salim A Fillah, Shifrun, dan sebagainya,” sebutnya.

“Jadi, inilah penting menjadi influencer dakwah untuk eksistensi dakwah, karena memang tujuan kita bermedsos adalah untuk eksistensi Islam bukan eksistensi diri,” katanya.

Lalu ia memandang pergerakan julid fi sabilillah merupakan bentuk aktivisme dan contoh tanggung jawab global, yaitu warganet merasakan tanggung jawab sosial yang mendalam untuk menyerukan diakhirinya kekejaman di Gaza, karena sebagai berikut. Pertama, bisu, tuli, dan butanya penguasa-penguasa muslim terhadap kebiadaban entitas Yahudi. 

Kedua, menunjukkan penguasa negeri muslim lebih takut pada Israel daripada Allah SWT. Andai saja entitas Yahudi itu diludahi oleh seluruh kaum muslim, niscaya mereka tenggelam, tetapi penguasa negeri muslim tidak memobilisasi itu padahal mereka mampu mengirimkan pasukannya dan alat-alat militernya. 

Ketiga, yang bisa dilakukan netizen +62 ya dengan julid fi sabilillah itu tidak hanya menyerang akun-akun Israel tetapi juga menyeru penguasa muslim untuk mengirimkan tentaranya menyelamatkan kaum Muslim. 

Keempat, netizen +62 juga harus mengcounter narasi sesat yang dibangun Buzzer Yahudi dalam memutarbalikkan fakta yang terjadi di Gaza Palestina. Harus terus dilakukan, jangan sampai mereka menyesatkan dunia. Mereka yang teroris teriak teroris, mereka yang penjahat teriak penjahat. Karena faktanya masih ada warga negara Indonesia yang terkecoh dan membela kebiadaban Israel. 

Kelima, seharusnya ini menyadarkan kaum Muslim bahwa pentingnya ada persatu umat Muslim di seluruh dunia dalam sebuah institusi politik agar mereka bisa bebas dari intervensi dan hegemoni Barat atau Amerika Serikat dan bisa totalitas dalam menjalankan syariat Islam.

“Nah, ketika publik melihat upaya netizen dalam menyerang akun-akun dengan narasi anti-Palestina, kini masif dengan semangat untuk menjatuhkan moral tentara Israel di media sosial, Ini adalah tamparan keras bagi para penguasa negeri muslim karena telah menelantarkan Palestina dan Gaza,” kecamnya.

Bayangkan, sebut Ika, ketika mereka mingkem melihat kebiadaban Israel melakukan genosida di Palestina. Yang menyapu bersih umat Islam dan umat non Yahudi dari bumi Palestina. Mereka serakah dan rakus ingin menguasai seluruh bumi Palestina.

“Di mana hati penguasa negeri Muslim? Pembelaan mereka atas kemerdekaan Palestina juga tidak berguna di mata PBB, karena PBB adalah legitimator entitas Yahudi hingga bisa mendirikan negaranya,” jawabnya. 

“Dan, PBB tidak lebih sebagai kacung Amerika Serikat untuk memuluskan kepentingan mereka membangun negara Yahudi di bumi Palestina. Dan ini karena dendam mereka yang belum usai terhadap kaum Muslim dan kemenangan kaum Muslim dalam catatan sejarahnya dulu,” pungkasnya. [] Titin Hanggasari

0 Komentar