Debat Capres Hanya untuk Adu Visi

MutiaraUmat.com -- Pada selasa malam 12/12/2023 acara perdana debat capres Indonesia. Acara tersebut menjadi panggung bagi capres untuk mengetahui elektabilitas dan kapabilitas masing-masing capres. Waktu pilpres sudah semakin dekat, suasana politik terasa panas. Baik dari capres sendiri atau dari para pendukungnya.

Mereka semua sibuk memikat hati masyarakat agar tampak meyakinkan. Tak lupa juga gerakan kampanye dilakukan dengan berbagai cara, seperti bagi-bagi uang atau sembako dan blusukan agar bisa meraih suara terbanyak. Yang pasti setiap capres memiliki ambisi untuk menang (Kompas.com.13/12/2023).

Debat capres merupakan momen penting dalam demokrasi karena tiap capres harus memiliki visi dan misi yang jelas, serta diharapkan mampu memimpin negara  dengan baik. Dari acara tersebut kita bisa mengetahui seberapa siap para capres dalam memimpin negara. Dan sejauh mana kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan politik, pendidikan, kesehatan dan perekonomian serta bagaimana kebijakannya.

Sejatinya semua itu dilakukan hanya untuk memperebutkan kekuasaan. Dan masing-masing capres sangat terobsesi untuk menang dengan melakukan berbagai cara, mulai dari hal yang baik sampai yang buruk, seperti politik uang, kampanye hitam, penggelembungan suara dan lain-lain. Kadang saling menjatuhkan antara kubu satu dengan yang lainnya. Itulah wajah demokrasi dalam pemilihan seorang pemimpin untuk meraih kekuasaan.

Islam tidak melarang siapa pun yang ingin menjadi pemimpin atau penguasa, dan kekuasaan merupakan hal yang sangat penting, karena dibutuhkan umat, untuk kemaslahatan umat Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra 80:

ÙˆَÙ‚ُÙ„ رَّبِّ Ø£َدْØ®ِÙ„ْÙ†ِÙ‰ Ù…ُدْØ®َÙ„َ صِدْÙ‚ٍ ÙˆَØ£َØ®ْرِجْÙ†ِÙ‰ Ù…ُØ®ْرَجَ صِدْÙ‚ٍ ÙˆَٱجْعَÙ„ Ù„ِّÙ‰ Ù…ِÙ† Ù„َّدُنكَ سُÙ„ْØ·َٰÙ†ًا Ù†َّصِيرا

Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.

Rasulullah Saw berpesan pada umatnya agar hati-hati pada kekuasaan, jika tidak mampu jangan meminta jabatan karena kelak akan dimintai pertanggung jawaban.

“Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepadamu karena diminta, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepadamu bukan karena diminta, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya,” (HR. Bukhari-Muslim)

Dari Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah SAW telah menyampaikan bahwa akan ada kondisi dimana kepemimpinan menjadi ajang perebutan kekuasaan.

Ø¥ِÙ†َّÙƒُÙ…ْ سَتَØ­ْرِصُونَ عَÙ„َÙ‰ الْØ¥ِÙ…َارَØ©ِ، Ùˆَسَتَصِيرُ Ù†َدَامَØ©ً ÙˆَØ­َسْرَØ©ً ÙŠَÙˆْÙ…َ الْÙ‚ِÙŠَامَØ©ِ

“Sesungguhnya kalian akan berambisi akan jabatan kepempimpinan. Padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan.” (HR. Bukhari)

Hakikatnya kekuasaan adalah amanah, amanah kekuasaan yang bisa menjadi beban si pemangku jabatan dan kekuasaan. Karena itu kekuasaan juga harus dibangun diatas pondasi keimanan yang kuat.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa;

"Agama adalah pondasi, sedangkan kekuasaan adalah penjaganya.
Jadi apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan lenyap".

Artinya kekuasaan harus diorientasikan untuk melayani umat, memelihara urusan umat, dan untuk kemaslahatan umat. Sehingga kekuasaan dapat dimanfaatkan dengan cara yang benar dan amanah sesuai perintah Allah SWT dan seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Dengan begitu kekuasaan akan menjadi kebaikan, keberkahan dan kesejahteraan bagi umat.

Namun kekuasaan seperti itu akan terwujud hanya dalam bentuk pemerintahan Islam yaitu Daulah Khilafah, yang akan menerapkan aturan Islam secara kaffah. Karena itu siapapun yang mempunyai ambisi pada kekuasaan atau jabatan tidak akan ada artinya jika tidak untuk menerapkan aturan Allah SWT.

Karena sudah faham tujuan dari pada kekuasaan tersebut, yaitu hanya untuk menolong agama Allah dan untuk menggapai ridho dari Allah SWT. Wallahu'alam bishshowwab.

Oleh: Muflihatul Chusnia
(Aktivis Muslimah)

0 Komentar