Penjajah Zionis Yahudi Harus Hengkang dari Tanah Palestina


MutiaraUmat.com -- Menjawab pertanyaan solusi atas persoalan Palestina, Da'i Muda dan Influencer Ustaz Felix Siaw menegaskan, para penjajah harus pergi dari tanah Palestina. 

"Kalau kita mau selesai maka kita lihat akar masalahnya apa. Akar masalahnya kalau kita sepakat bahwa ini pendudukan (penjajahan) maka solusinya adalah yang menduduki atau yang menjajah hengkang dari situ," ujarnya dalam acara Talkshow: Hamas itu Teroris?! Felix Siauw Bongkar Ini!! di YouTube dr. Richard Lee, MARS, Selasa (7/11/2023). 

Ia kemudian menjelaskan bahwa untuk sampai pada solusi, semua harus dimulai dari memperbaiki cara berpikir umat Muslim terlebih. Karena, ia menilai saat ini umat jauh dari pemahaman Islam. 

"Karena saya selalu bilang gini, problem itu diakibatkan dari informasi yang salah. Begitu kita dapat informasi yang salah maka kita berpikirnya salah. Begitu kita berpikir salah, maka kita pasti beraksi salah dan bereaksi dengan cara yang salah," ungkapnya. 

Ia mengungkapkan, saat Baitul Maqdis dalam kondisi terjajah oleh Pasukan Salib, kemudian dibebaskan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 1187 M, proses pembebasannya memakan waktu sekitar tujuh puluh hingga delapan puluh tahun. Semua itu, lanjutnya, dimulai dari pemikiran. 

"Karena kondisinya sama. Kondisinya saat itu umat muslim kacau balau seperti sekarang. Jadi, para ulama bilang gini, 'Kalau kalian ingin lihat umat Muslim, lihatlah Baitul Maqdis. Kalau Baitul Maqdis bukan di tangan kaum Muslimin, berarti mereka lagi berpecah-belah dan mereka lagi lemah'," ucapnya.  

Ustqz Felix menceritakan pengalamannya saat meminta nasihat kepada seorang profesor asal Baitul Maqdis yang juga perhatian terhadap persoalan Palestina Prof. Dr. Abdul Fattah El Awaisi yang mengatakan, 'Liberation of mind before liberation of land'.

"Kata dia (Prof. Dr. Abdul Fattah El Awaisi) adalah karena awal permasalahannya akibat kesalahan problem di kepala atau salah berpikir sehingga terjadi penjajahan maka yang harus dibenahi adalah berpikirnya dulu," jelasnya.

Menurutnya, dahulu hal yang sama juga dilakukan oleh para pejuang Indonesia melawan para penjajah. 

"Orang Indonesia melawan dengan bambu runcing. Tapi kenapa bapak negara ini adalah Soekarno? Karena Soekarno yang melakukan perjuangan secara pemikiran. Setelah dia menyampaikan secara pemikiran harusnya kita tidak terjajah, orang-orang semua sadar, baru kemudian terjadi pembebasan secara fisik," jelasnya.

Ia juga merasa percuma jika datang ke Baitul Maqdis hanya untuk alasan emosional, tetapi tidak mengerti duduk permasalahannya. Sebab, imbuhnya, hal terpenting saat ini adalah mengedukasi diri dan orang lain dengan pengetahuan Baitul Maqdis secara utuh. 

"Maka ketika kita bikin podcast, kita  sharing menjelaskan tentang masalah Palestina seperti apa, kemudian orang-orang tersadarkan, nah, itu sudah setengah dari solusi. Kata orang gini, 'Kalau kamu menyelesaikan pertanyaan kenapa, kamu sudah menyelesaikan sebagian pertanyaan apa dan bagaimana untuk masa depan'," tandasnya.  

Contoh sang Teladan

UFS mengingatkan, menyoal Palestina sepatutnya merujuk pada basis tindakan Rasulullah saw. "Rasulullah itu juga ketika hidup  menyaksikan Palestina dalam keadaan terjajah oleh Romawi pada saat itu. Maka Rasulullah pertama kali diminta oleh Allah untuk memperhatikan Baitul Maqdis. Ketika surat at-Tin turun, wat-tÄ«ni waz-zaitụn artinya: 'Demi (buah) tin dan (buah) zaitun'. Yang menarik, di Arab enggak ada pohon tin dan zaitun. Kenapa dikatakan di dalam Al-Qur'an ada buah tin dan zaitun?  Karena Rasul disuruh memperhatikan negeri di mana pohon tin dan zaitun tumbuh subur, yaitu negeri Palestina, negeri Baitul Maqdis yang sekarang kita kenal," ungkapnya. 

Selain itu, lanjutnya, Baitul Maqdis  menjadi tempat traveling dan menjadi momentum Isra'  Rasul ke Masjidil Aqsa. Menurutnya, begitulah cara Allah menghibur kekasih-Nya pada saat kondisi sedih Beliau.

"Ternyata, setelah Rasul menerima surat At-Tin itu, Rasul menghabiskan empat belas tahun untuk mendidik para sahabat, tidak langsung pergi ke sana. Empat belas tahun mendidik para sahabat terkait apa itu Baitul Maqdis, kiblat kita ke sana, salat kita menghadap ke sana, apa itu tempat, kenapa penting banget, kenapa tempatnya harus dibebaskan dan segala macam. Tapi, para sahabat sempat bingung karena penjelasannya begitu banyak tentang Baitul Maqdis itu. Empat belas tahun Rasulullah mendidik para sahabat. Dua tahun tahapan negoisasi, dua tahun lagi baru tahapan jihad fisabilillah. Artinya, empat belas tahun di antara delapan belas tahun perjuangan itu. Itu kan sebuah porsi yang sangat besar, ya, untuk menghabiskan why, untuk menghabiskan tentang ilmu, tentang makrifat, tentang masalah Baitul Maqdis," pungkasnya.[] Tenira

0 Komentar