Palestina Berjuang Sendirian
" 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑢𝑙𝑢 𝑙𝑒𝑙𝑎ℎ, 𝑃𝑎𝑙𝑒𝑠𝑡𝑖𝑛𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟𝑎"
Mengutip Sebaris kalimat dari salah seorang pegiat media, kalimat sarat makna penyemangat untuk jiwa-jiwa yang hampir lelah meretas waktu yang makin memburuk. Tepat 40 hari lebih peperangan Pejuang kemerdekaan Palestina dengan Zionis.
Sudah bukan rahasia bahkan trending topik di berbagai media di tiap penjuru negeri berita peperangan besar Palestina melawan tentara zionis. Selalu ada headline news baru berkenaan dengan peperangan ini. Tidak hanya itu, perang ini juga memicu berbagai aksi dan perpecahan diantara rakyat dunia.
Banyak negara yang awalnya mendukung Israel setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, tapi berbalik setelah Israel melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat di Gaza untuk memerangi Hamas. Di sisi lain, sejumlah negara nampaknya sudah memantapkan posisi mereka walau pertikaian terus memakan korbang sipil. Saat ini kedua kubu tengah berdebat mengenai gencatan senjata.
Pada 27 Oktober, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan "gencatan senjata untuk kemanusian segera, bertahan lama, dan berkelanjutan" antara pasukan Israel dan milisi Hamas. Resolusi tidak mengikat yang diajukan oleh Yordania telah disepakati dengan rincian 120 suara setuju, 14 menentang, dan 45 abstain.
Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen, menyebut resolusi PBB itu "tercela". Adapun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menolak seruan gencatan senjata, dengan alasan bahwa menghentikan operasi saat ini berarti "menyerah" kepada Hamas.
Sejak saat itu, beberapa negara telah meningkatkan kritik mereka terhadapa Israel. Beberapa negara lainnya bahkan telah memanggil pulang duta besar atau memutuskan hubungan diplomatik.
Amerika Serikat, yang memberikan suara menentang resolusi gencatan senjata, telah melunakkan posisinya melalui Presiden Joe Biden yang menyerukan "jeda" dalam pertempuran. (bbc.com, 07/11 2023)
Terbaru menurut laporan berita di detikNews.com, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Riyadh, Arab Saudi. KTT tersebut menghasilkan sejumlah keputusan. Seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI kemlu.go.id, Minggu (12/11/2023), KTT membuahkan 31 keputusan dengan pesan yang kuat dan sangat keras. Resolusi ini dinilai menunjukan kesatuan posisi negara-negara yang tergabung dalam OKI terhadap situasi di Gaza yang memperihatinkan.
"KTT telah menghasilkan Resolusi. Resolusi ini berisi 31 keputusan dengan pesan- pesan yang sangat kuat dan sangat keras," pernyataan Kemlu.
"Pesan-pesan yang ada di dalam resolusi ini menurut hampir semua dari kita merupakan pesan yang paling keras yang pernah dilakukan oleh OKI sejauh ini," sambung Kemlu.
Beberapa keputusan di antaranya mengecam agresi Israel di Gaza. Selain itu, Sekretariat OKI dan Liga Arab akan diberikan mandat untuk mendokumentasi semua kejahatan yang dilakukan Israel ke rakyat Palestina.(detikNews.com, 12/11 2023)
𝐏𝐞𝐧𝐠𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐩𝐞𝐣𝐮𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐫𝐛𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠
"Solusi sementara",menelaah fakta-fakta berita di atas yang terasa tidak terlalu keras buktinya penjajah Zionis masih melenggang di medang perang dengan kebrutalan yang membabi buta. Resolusi-resolusi yang ditawarkan rasa-rasanya belum akan mencapai titik yang tepat hanya seperti menjahit pinggiran kain rapuh dengan benang yang kusut dan jarum yang tumpul.
Pada faktanya kaum Zionis tidak lagi mengerti berbicara dengan bahasa tapi mereka lebih mengerti berbicara dengan senjata. Terbukti mereka buta dan tuli ketika Dunia mengecam dan meminta berhenti berbuat aniaya bahkan alih-alih dihentikan justru dengan jumawa mereka tak lagi takut apalagi malu melanggar Hukum Humaniter International (IHL) yang diresmikan pada konvensi Jenewa 1949 silam, genosida semakin brutal.
Bukan hal istimewa ketika entitas Yahudi di bawah payung Zionis itu berhasil mendapat sokongan alat tempur canggih, logistik dan dana peperangan dari negeri-negeri Barat yang notabene bersebrangan akidah. Sebaliknya rakyat dan pejuang Palestina yang menjadi tameng utama Al Aqsha yang merupakan tanah istimewa tempat terjadinya Isra dan Mi'rajnya Rasulullah SAW justru harus berlapang dada menerima kenyataan tatkala negeri-negeri seakidahnya dengan sukarela memberikan jalan untuk perlintasan kendaraan-kendaraan penghancur dan pendistribusian bahan peledak penghancur generasi seakidahnya. Dan tidak hanya itu, yang tak kalah menyayat hati adalah negeri- negeri Islam ini enggan memutuskan hubungan bilateral dengan keum penjajah. Palestina sendirian !!.
Tak elok rasanya ketika membicarakan dukungan hanya sebatas diplomasi dengan alasan menjaga hubungan bilateral dan multilateral padahal jelas-jelas genosida Palestina makin kronis. Rasanya ini lebih dikatakan sebagai pengkhianatan berjamaah
Padahal sesungguhnya negeri-negeri muslim tidak kalah mampu secara peradaban, finansial dan teknologi dengan negeri-negeri seteru.
Mungkinkah jebakan propaganda kebangsaan dan batas-batas teritorial negeri-negeri terlanjur menjadi sekat yang sulit ditembus dengan nurani kemanusiaan dan aplikasi jihad yang semestinya sesuai akidah setiap muslim.
Jelas bukan lawan yang berimbang apabila salah satu kubu dalam pertempuran mendapat dukungan yang penuh secara senjata, mediadan finansial sementara kubu satunya hanya berbekal senjata yang itupun diperdebatkan asal usul dan legitimasinya. Ini lebih tepat disebut sebagai penjajahan dan pemusnahan massal (genosida).
Beruntungnya para Mujahiddin tangguh Palestina tak terprovokasi apalagi berkecil hati ketika negara-negara seakidah terkesan mengecilkan dan mengucilkan. Mujahiddin-mujahidin ini sepertinya sudah terbiasa dan faham benar dengan karakter Penguasa negeri-negeri itu, atau mungkin kondisi sulit yang hampir 100 tahun itu membuat keimanan mereka berlipat-lipat lebih kuat dibanding saudara seakidah di belahan bumi yang lain.
𝐊𝐞𝐩𝐞𝐦𝐢𝐦𝐩𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐨𝐥𝐮𝐬𝐢 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐚𝐢𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐛𝐮𝐭 𝐤𝐞𝐦𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐈𝐬𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢
Dua sisi berbeda dari peperangan Palestina dan Zionis adalah pembantaian, kedzalimam dan kelaliman para penguasa. Sementara disadari ataupun tidak sisi satunya menunjukan betapa Allah sedang menunjukan dan mengajari langsung pada setiap jiwa tentang Islam.
Ya 40 hari lebih sedikit peristiwa besar ini mampu menciptakan gelombang manusia yang berduyun-duyun mencari tahu tentang arti keimanan seorang muslim, mereka mencoba mengenal Allah , memburu sejarah dalam Al qur'an.
Tak bisa dipungkiri gelombang dukungan justru hadir dari rakyat dunia. Hal ini seolah menegaskan betapa Palestina menarik semua mata betapa Islam berhasil mempesona setiap mata dan dengan keimanan nya yang mampu memikat setiap hati. Ya tentu saja Allah Subhanahu Wa Ta'ala Sang Pembolak Balik hati yang tidak mungkin dan tidak akan gagal menyusun skenario di muka bumi ini.
Terbukti bahwa pada fitrahnya pada diri setiap insan ada hati yang bersih, hanya butuh arahan yang benar dan konsisten. Sejatinya orang-orang baik ini secara taraf berfikir sudah maju dan benar mereka sudah bisa membedakan mana yang benar mana yang salah. Tinggal dikomandokan dan dituntun serta dijaga jangan sampai kembali terkontaminasi pemikiran yang salah kaprah.
Butuh figur-figur intelektual yang benar-benar mampu mengemban tugas tersebut. Butuh wadah yang jelas dengan komitmen yang pasti dan ideologi yang benar dan sesuai fitrah.
Dan wadah itu terbentuk karena adanya pemikiran dan ideologi yang sama antar individu yang disatukan oleh kemurnian akidah. Umat akan berdiri di barisan yang satu dengan komando yang satu sehingga tidak memecah tujuan dan konsentrasi yang pada akhirnya jaminan keselamatan umat di dunia dan akhirat terjaga dan terawasi.
Sebagai muslim yang yakin dengan adanya hari akhir jangan sampai kita kehilangan meraih kesempatan menjaga agama ini, karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengambil alih dan menutup ladang jihad yang luar biasa.
Mari bersama kita mengambil tugas besar ini dengan penuh semangat untuk mewujudkan kepemimpinan Islam di bumi ini. Mengembalikan pengaturan seluruh aspek kehidupan pada syariah yang kaffah. Al-Qur'an dan sunah sebagai pedoman hakiki. Maka junnah islam akan kembali pada fitrahnya. Menjamin umat dalam naungan rahmatan lil'alamiin. Wallahu 'alam.
Oleh: Elis Dahliawati
Aktivis Muslimah
0 Komentar