Media Barat Tidak Mempertahankan Prinsip Imparsiality


MutiaraUmat.com -- Mantan Jurnalis Senior BBC, Asyari Usman mengatakan, media cetak yang masih mempertahankan prinsip imparsiality, hanya media yang cukup lama dikenal dan tua, seperti The Washington Post.

“Fox News yang di Australia, dan channel lain yang dimiliki oleh Rupert Murdock meskipun bukan saham tunggal tapi ada beberapa media yang dimiliki Rupert Murdock. Di Amerika pun tidak semua pemberitaan seperti CNBC dan CNN bisa disetir. CNN yang internasional justru lebih menunjukkan bahwa mereka memang orang-orang yang ingin berbicara atas nama masyarakat internasional,” kata Usman dalam Focus Live Streaming: Krisis Palestina, War in Media? Ahad (19/11/2023) di Kanal YouTube UIY Official.

CNN domestik juga di Amerika, itu mungkin berbeda sedikit. Tetapi kalau di Amerika memang rata-rata lah medianya mau tidak mau kita memang merasakan tidak adanya fair yang betul-betul utuh, ungkap Usman.

Usman menjelaskan, rata-rata surat kabar di Inggris yang mainstream seperti The Times, itu masih waras. Saya pakai karena waras. The Times is Ok, The Guardian sama oke juga. The Guardian sampai sekarang saking tidak mau berpihak, mereka tidak mau jual saham. Mereka minta sumbangan dari pembaca, untuk mempertahankan agar mereka bisa terbit sampai sekarang. Jadi tahapnya itu mereka hidup dari donasi publik, itu luar biasa.

Publik Inggris sangat bersimpati kepada The Guardian, ternyata cukup untuk biaya operasional mereka, membayar wartawan dan sebagainya. Jutaan pound juga mereka dapat dari donasi. Dan The Guardian sendiri menyatakan, kami tidak mau jurnalistik kami luntur, lanjutnya.

Kalau masyarakat mau jual ini kepada perusahaan, sudah banyak yang mau membeli tapi memang tidak akan dijual. Itu sebagai contoh, jadi di Inggris sebetulnya Imparsiality (ketidakberpihakan) itu tradisi media yang sangat kuat. Itu gambaran media Inggris, tapi media berbasis di Amerika memang lain, ada forced memang, paparnya.

Gaduh dan riuh rendahnya media di Barat ini karena mereka memang tidak expect, begitu di luar dugaan serangan 7 Oktober itu. Dan seolah-olah melecehkan Israel Zionis, IDF, Netanyahu, jadi itu yang membuat mereka kesal sekali. Sehingga ada yang terus terang menganjurkan agar finished it, selesaikan itu, imbuhnya.

Ini memang agak aneh. Tetapi tidak aneh dan heran kalau memang tugasnya itu dari Amerika Serikat. Itu tidak muncul di media mainstream di Inggris, kecuali The Sun, The Sun itu lawannya ada The Mirror. The Sun itu kanan, The Mirror itu kiri. Di Inggris itu memang kita relatif lebih di tengah, tambahnya.

Dalam konflik sekarang ini, memang harus diakui tidak mudah bagi saya pribadi untuk tidak kelihatan memihak oleh israel dan oleh pemerintah-pemerintah Amerika Serikat, jadi memang sulit ketika berbicara itu, bagaimana lagi orang dibunuh dengan tidak proporsional. Hari ini jumlah korban di Palestina 3500 untuk imparsial, untuk privilege, keistimewaan, untuk dipuja-puji oleh media-media sebagian media Barat, jelasnya.

Jangankan imparsiality itu tidak tertunjukkan secara utuh, di bagian-bagian yang sangat mengherankan dari reaksi salah seorang yang mengaku ustaz, bahwa Hamas itu buatan Israel, menurut saya sangat menyakitkan. Saya yakin sangat menyakiti banyak orang di Indonesia ini, terangnya.

Bahkan mengeluarkan kata-kata yang lebih kurang: harus dihabisi itu Hamas. Itu di judge ustaz yang orang Indonesia, betul-betul unbelievable, di luar perkiraan. Bagaimana tidak heran, jika ada orang seperti itu yang membakar-bakar israel terus, untuk terus berpikiran seperti itu, pungkasnya.[]Tari Handrianingsih

0 Komentar