Bentrok antara Aksi Pro Palestina dan Pro Israel di Bitung, Direktur Pamong Institute Duga Ada Aktor Intelektualnya


MutiaraUmat.com -- Menyikapi bentrok antara peserta aksi solidaritas Palestina dengan ormas Manguni pendukung Israel yang terjadi di Bitung Sulawesi Utara, Direktur Pamong Instuture Drs. Wahyudi Al-Maroky, M.Si. menilai ada aktor intelektualnya.

“Saya pikir setiap kegiatan yang seperti itu tentu ada aktor intelektualnya, ada aktor lapangan juga,” ujarnya di acara Kabar Petang Live: Usut Dalang dan Tangkap Pelaku Kekerasan di Bitung! di kanal YouTube Khilafah News, Ahad, 26 November 2023.

Menurut Wahyudi, Sebenarmya masyarakat tidak ingin terjadi kekacauan, namun menurutnya, ada pihak lain diluar masyarakat, yang justru mereka mempunyai niat-niat tertentu untuk mengadu domba masyarakat, sehingga yang rugi adalah masyarakat.

Menurutnya, kekerasan yang terjadi di Bitung Sulawesi Utara, pasti ada yang memicu dan memprovokasi, kemudian ada niat jahat yang lain. 

“Makanya menurut saya ini tidak akan bisa berdiri sendiri, pasti ada yang memicu dan kita bisa memberikan catatan bahwa kalau ada yang memprovokasi dan membawa bendera-bendera yang mirip dengan bendera Israel,” ujarnya.

“Saya pikir ini persoalan yang cukup serius kalau dia terpapar dengan ajaran zionis Israel, itu kan sangat berbahaya sekali,” tambahnya.

Selain itu menurutnya, selama ini yang dipersoalkan adalah terpapar ajaran radikal. Maka ia menegaskan bahwa tindakan itu membuat publik tahu siapa yang sesungguhnya radikal, siapa yang sesungguhnya melakukan tindakan terorisme dan siapa sebenarnya aktor-aktor yang ada di lapangan ada di belakang.

Ia menyesali bahwa selama ini yang selalu dituding radikal adalah umat Islam, padahal menuurtnya, yang melakukan tindakan radikalisme, tindakan terorisme itu bukan umat Islam, tapi umat Islam yang sudah korban, sekaligus difitnah.

“Itulah menurut saya ada provokator disitu. Kalau tidak ada provokator, tentu tidak terjadi,” ungkapnya.

Oleh karena itu ia berpesan kepada pihak kepolisian segera menghentikan tindakan-tindakan kekerasan dan juga tidak boleh melakukan tindakan-tindakan kekerasan. Karena menurutnya, mencegah tindakan kekerasan dengan cara kekerasan juga tidak boleh, jadi harus terukur melakukan tindakan hukum, jangan sampai tindakan kekerasan itu terulang dan harus dilakukan secara tuntas, transparan dan tentu harus diproses secara hukum.

Wahyudi menilai, kalau hal tersebut tidak terjadi, nanti publik bisa menduga ada aktor di belakangnya ada backingnya, ada orang kuatnya. Sehingga menurutnya, tidak bisa ditegakkan hukum dan tidak bisa diselesaikan. 

“Ini menurut saya polisi harus menghilangkan dugaan-dugaan publik yang seperti itu, jadi segeralah dihentikan, segera dicegah diproses supaya tidak terulang lagi, terutama melakukan tindakan kekerasan yang jauh dari nilai-nilai keberadaban,” tegasnya.

Ia menegaskan kepada aparat keamanan, mestinya lebih paham, lebih tahu, karena aparat mempunyai perangkat intelijen, alat-alat yang canggih,. Menurutnya, mereka sudah bisa melakukan antisipasi siapa saja yang melakukan tindakan terorisme, radikalisme, kekerasan dan hal itu tidak boleh dibiarkan.

“Jadi yang harus dikedepankan adalah pencegahan dan berhentilah menuding umat Islam sebagai radikal, teroris, faktanya yang melakukan itu bukan umat Islam justru pihak lain yang melakukan, shingga kita umat menyadarinya jangan mau diadu domba, jangan ada stigma negatifsasi kepada umat Islam,” terangnya.

“Jelas bahwa posisi kita adalah sebagai umat islam yang cinta damai, anti penjajahan, sehingga kalau ada penjajahan, memang harus di hilangkan dari muka bumi, jangan sampai dimanfaatkan pihak ketiga atau pihak luar yang justru mengadu domba kita yang justru membuat masyarakat tidak tenang tidak nyaman, justru merugikan umat,” tutupnya. [] Aslan La Asamu

0 Komentar