Akhiri Penderitaan Muslimah Palestina dengan Penerapan Islam Kaffah


MutiaraUmat.com -- Di tengah gempuran Israel, perempuan di Gaza terpaksa minum obat penunda haid. Hal tersebut dilakukan karena kondisi sanitasi buruk akibat serangan Israel yang terus berlanjut.

Tinggal di pengungsian, kondisi tempat tinggal yang terlalu padat, dan kurangnya akses terhadap air dan produk kebersihan menstruasi seperti pembalut wanita dan tampon, para perempuan di Gaza telah mengonsumsi tablet norethisterone.
Obat ini biasanya diresepkan untuk kondisi seperti perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri haid.(cnnindonesia.com, 1/11/2023)

Begitulah, Palestina tak terkecuali para perempuan dan ibu sejak meletus perang tanggal 7 Oktober 2023 sebanyak 1,4 juta warga Gaza di wilayah utara terpaksa mengungsi. 

Menurut www.bbc.com (25/11/2023), kondisi pengungsian pun sangat tidak layak. Blokade total zionis Yahudi terhadap jalur Gaza telah membatasi pasokan kebutuhan untuk fungsi reproduksi perempuan termasuk kebutuhan kehamilan, nifas dan menstruasi serta kebutuhan dasar, seperti air minum dan makanan. Alhasil, para ibu harus menghadapi kenyataan yang menyedihkan. Mereka terpaksa mencuci dengan air laut yang tercemar, tidur ditenda-tenda penuh sesak bahkan harus bersabar tidur dalam kondisi miring, makan roti seadanya atau bahkan tidak makan seharian. 

Belum lagi ditambah masalah kesehatan, seperti munculnya penyakit kulit, cacar air, kudis dan kutil dampak dari sistem pembuangan limbah yang rusak. Dibagian selatan Gaza, ratusan ribu pengungsi berada dalam kondisi krisis kemanusiaan yang semakin lama, semakin melampaui batasannya.

Hingga seorang perempuan Gaza yang berusia 20 tahun mengatakan bahwa dia takut dengan semua aspek dalam proses melahirkan di tengah konflik yang berkecamuk, mulai dari proses menyiapkan perlengkapan bayi dan perlengkapan pasca melahirkan, pergi ke rumah sakit selama proses persalinan dan meninggalkan rumah sakit dengan selamat setelah melahirkan. Bahkan kondisi miris harus dialami oleh seorang ibu hamil di Gaza yang terpaksa menjalani persalinan caesar tanpa obat bius karena krisis obat di tengah serangan dan blokade zionis Yahudi.

Dikutip dari www.beautynesia.id menurut organisasi kesehatan dunia WHO diperkirakan ada 50.000 perempuan hamil di Gaza dan lebih dari 180 melahirkan setiap hari. Sebelum adanya serangan zionis Yahudi, angka malnutrisi pada ibu hamil sudah tinggi sehingga berdampak pada kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Ketika akses terhadap makanan dan air memburuk, maka para ibu kesulitan untuk memberi makan dan merawat keluarga mereka. Sehingga meningkatkan resiko kekurangan gizi, penyakit dan kematian. Sungguh kondisi tersebut menggambarkan penderitaan para perempuan yang sebagian besar berperan sebagai ibu. Konflik berkepanjangan yang terus dipelihara oleh negara adidaya dunia Amerika Serikat ini telah menghinakan aspek keibuan. Tidak ada yang menyangkal bahwa Amerika Serikat adalah negara yang memberikan support terbesar kepada zionis Yahudi sehingga mampu melancarkan serangannya ke penduduk Palestina.

Ideologi kapitalisme yang diemban Amerika dan diterapkan secara paksa di negeri-negeri Muslim memang merupakan ideologi yang tidak memanusiakan manusia. Ideologi tersebut bersumber dari akal manusia yang lemah dan syarat dengan hawa nafsu manusia. Tak heran, ideologi kapitalisme yang mengagungkan keuntungan materi dan manfaat duniawi mencetak manusia-manusia yang rakus akan harta dan kekuasaan, meski harus merampas hak-hak sebagian besar manusia lainnya.

Amerika Serikat sebagai negara ideologis benar-benar telah menjadikan penjajahan modern sebagai satu-satunya metode untuk menerapkan kapitalisme keseluruh dunia. Karena hanya dengan penjajahan semua negara di dunia terpaksa menerima ideologi bobrok ini. Penjajahan Palestina oleh zionis Yahudi yang sudah berlangsung bertahun-tahun merupakan salah satu bukti upaya menjadikannya persoalan abadi bagai duri dalam daging.

Menggantungkan harapan kepada para penguasa Muslim untuk segera mengirimkan tentaranya demi membela Muslimah Palestina pun bagaikan menegakkan benang basah, hanya menjadi angan-angan kosong. Umat Islam harus memahami bahwa penyebab mendasar diamnya penguasa Muslim terhadap nasib Palestina hari ini adalah ide nasionalisme yang merupakan turunan dari ideologi kapitalisme.

Umat Islam harus berani menyerukan untuk memboikot ide-ide yang membelenggu dalam mewujudkan kemerdekaan Palestina di bawah negara yang akan mempersatukan umat Islam, yaitu Khilafah Islamiyah. Apalagi, saat nampak pengaruh dari seruan MUI untuk memboikot produk pro Israel. Seharusnya umat Islam semakin yakin bahwa persatuan itu bisa terwujud nyata.

Umat Islam harus memahami bahwa mereka memiliki ideologi yang sahih, yang mampu membangkitkan umat Islam di seluruh dunia. Secara objektif, ideologi Islam lebih unggul daripada ideologi-ideologi lainnya. Islam adalah satu-satunya ideologi yang membawa kebaikan bagi umat manusia apapun rasnya, agamanya, bahasanya maupun warna kulitnya. Tercatat dalam sejarah, selama 1300 tahun sejarah ideologi Islam diterapkan oleh negara Islam. Mulai dari masa Rasulullah SAW di Madinah hingga Khilafah Utsmaniyah.

Ideologi Islam bisa lebih unggul dibandingkan dengan ideologi kapitalisme dan komunisme. Kekuatan dan keunggulannya terletak dalam diri individu-individu Muslim di masyarakat, juga kemampuan sistemnya dalam menerapkan berbagai aturan yang selaras dengan pemikiran dan perasaan umat. Dengan begitu, sistem ini sendirilah yang akan menjaga dan melindungi pemikiran dan perasaan masyarakat. Sehingga umat menganggap bahwa negara khilafah sebagai bagian dari hidup mereka bukan sesuatu yang asing.

Khilafah Islamiyah memang telah diruntuhkan oleh kaum kafir pada tahun 1924 melalui propaganda nasionalisme dan memecah belah negeri-negeri Muslim, namun kaum Muslim masih setia mengikuti Islam, mencintai syariatnya dan serta merindukan tegaknya kembali peraturan hidup Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah.

Oleh karena itu, umat Islam wajib menjadikan Islam sebagai ideologi yang menjamin cara berpikir mereka, demikian juga para penguasa Muslim harus membuang semua pemikiran Asing dan mendukung penerapan Islam di bawah institusi Khilafah Islamiyah. Sungguh hanya Khilafah Islamiyah yang bisa melindungi Islam, mengatur dunia sekaligus membela kaum Muslim di mana saja mereka berada. []


Oleh: Nabila Zidane
Jurnalis

0 Komentar