Akankah tema HKN Menjawab Permasalahan Layanan Kesehatan di Indonesia?

MutiaraUmat.com -- Pada setiap tanggal 12 November senantiasa diperingati sebagai hari kesehatan Nasional atau HKN Indonesia. Dan tema HKN ke 59 kali ini bertema, Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju. Transformasi yang dimaksud adalah pemanfaatan ekosistem digital untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini memang sangat dibutuhkan, terlebih fakta menunjukkan masalah kesehatan di negeri ini begitu pelik (DetikNews, 19 Oktober 2023).

Berbagai masalah seperti kurangnya SDM medis berkualitas, stunting, mahalnya layanan kesehatan dan juga jauhnya kualitas layanan dari harapan (suarasoppeng.pikiran-rakyat.com, 2 Februari 2023).

Melalui General Agreement on Tarriffs and Trade WTO menyatakan bahwa sektor kesehatan merupakan salah satu dari 12 sektor untuk investasi. Dengan kata lain layanan kesehatan adalah sektor komersil yang pastinya menjadi ladang bisnis. Hal tersebut terlihat dari pernyataan direktur medis Indonesia IHC dr. Lia Gardenia Partakusuma.

Dimana beliau menjelaskan bahwa pemanfaatan ekosistem digital dapat meningkatkan inovasi bisnis dan daya saing di bidang kesehatan. Menurutnya ekosistem digital sektor kesehatan mengacu pada jaringan teknologi, perangkat dan pemangku kepentingan yang saling terhubung dan bekerja sama menyediakan layanan perawatan kesehatan yang komprehensif dan tanpa batas. Maka layanan proyeksi kesehatan akan semakin mahal dan tidak bisa dijangkau oleh semua masyarakat. 

Kesehatan yang seharusnya disediakan sebagai jaminan sosial justru disediakan dengan prinsip untung rugi. Prinsip ini sangat berbeda dengan prinsip dan realisasi layanan kesehatan dalam Islam. Dalam Islam, kesehatan adalah jaminan sosial publik, sebab setiap manusia membutuhkan layanan kesehatan.

Sementara itu layanan kesehatan memerlukan biaya yang sangat besar, para ahli dan juga teknologi yang canggih. Oleh karena itu Islam menetapkan bahwa layanan kesehatan mulai dari pengadaannya, fasilitas sampai hal teknis harus di selenggarakan oleh negara. 

Konsep ini dibangun berdasarkan hadits dan juga perbuatan Rasulullah Saw ketika mengurusi urusan kesehatan umatnya. Rasulullah Saw bersabda: "siapa saja diantara kalian yang berada di pagi hari sehat badannya, aman jiwa, jalan dan rumahnya dan memiliki makanan untuk hari itu naka seakan telah diberi dunia seisinya." (HR Al Bukhori). 

Secara perbuatan Rasulullah Saw pernah mengurusi masalah kesehatan masyarakatnya. Kala itu ada 8 orang dari Uraian datang ke Madinah dan menjadi mualaf. Kemudian mereka menderita gangguan limpa. Rasulullah Saw memerintahkan delapan orang ini di rawat di Dzi Jidr arah Quba'. Tempat tersebut merupakan tempat penggembalaan ternak unta unta milik Baitul mal. Orang orang Urainah dirawat di tempat tersebut. Mereka meminum susu unta hingga sehat dan pulih. 

Perbuatan Rasulullah Saw yang demikian bukan hanya karena kebaikan beliau secara personal namun hal itu merupakan bentuk tanggung jawab beliau sebagai kepala pemerintahan negara Islam. Perbuatan ini kemudian di lanjutkan oleh Khalifah setelah Rasulullah Saw.

Pada masa khilafah Bani Umayyah yaitu Khalifah Al Walid bin Abdul Malik membangun rumah sakit bagi pengobatan para penderita lepra serta kebutaan. Bahkan totalitas layanan kesehatan yang diberikan Khilafah kepala warga negaranya diakui oleh seorang orientalis barat Will Durant dalam bukunya the story of Civilization beliau mengatakan bahwa Islam telah menjamin seluruh dunia dalam menyiapkan berbagai rumah sakit yang layak sekaligus memenuhi keperluannya. 

Maka jelaslah, layanan kesehatan dalam Islam merupakan tanggung jawab negara dalam penyelenggaraannya dan semua tanggung jawab tersebut mudah dilakukan oleh khilafah. Sebab khilafah memiliki sumber dana yang kokoh yaitu berasal dari Baitul mal. Alhasil layanan kesehatan didalam khilafah bisa didapatkan secara gratis oleh semua warga khilafah. Wallahu 'alam bishshawwab.[]

Oleh: Nanik Rofikah
(Aktivis Muslimah)

0 Komentar